Silaturahmi Aman Saat Lebaran, Protokol Kesehatan Jangan Kendur
Silaturahmi yang aman di masa pandemi Covid-19 masih memungkinkan dilakukan. Publik bisa memilih silaturahmi virtual atau silaturahmi berjarak di udara terbuka.
Oleh
Sekar Gandawangi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Silaturahmi pada hari Lebaran bisa dilakukan walau pandemi Covid-19 masih berlangsung. Namun, sejumlah prinsip kesehatan perlu diingat publik agar dapat bersilaturahmi secara aman, seperti memastikan ada akses ke udara terbuka.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tjandra Yoga Aditama merekomendasikan publik bersilaturahmi secara daring. Ini dinilai sebagai cara paling aman untuk menjalin tali silaturahmi pada masa pandemi. Cara lain adalah bersilaturahmi di lingkungan terdekat, misalnya di rumah yang semua penghuninya negatif Covid-19.
”Ada banyak cara sebenarnya. Namun, saya anjurkan agar tidak bertemu secara fisik. Kalaupun bertemu, minimal jaga jarak 6 kaki (1,8 meter). Bisa juga keluarga menyapa dari dalam mobil di depan pagar rumah. Itu jauh lebih aman dibandingkan dengan kita berdekatan,” tutur Tjandra saat dihubungi dari Jakarta, Rabu (12/5/2021).
Ia menyarankan agar sedapat mungkin publik menghindari kerumunan. Ada tiga hal yang bisa dilakukan jika seseorang terpaksa berada di kerumunan. Pertama, pastikan perkumpulan terjadi di ruang terbuka agar sirkulasi udara optimal. Ini lebih aman dibandingkan dengan berkumpul di dalam ruangan tertutup.
Kedua, menjaga jarak sedikitnya 1 meter dengan orang di sekitar. Lebih jauh jaraknya, lebih baik pula untuk menghindar dari orang yang bersin, batuk, atau berbicara dengan lantang.
Ada banyak cara sebenarnya. Namun, saya anjurkan agar tidak bertemu secara fisik. Kalaupun bertemu, minimal jaga jarak 6 kaki (1,8 meter).
Ketiga, upayakan berada di kerumunan sesebentar mungkin. Semakin sebentar ada di kerumunan, makin kecil pula kemungkinan tertular Covid-19, begitu pula sebaliknya. Ketiga cara ini perlu diimbangi dengan penggunaan masker yang tepat dan rutin mencuci tangan.
”Sebelum telanjur berada di kerumunan, upayakan menjauhinya sebisa mungkin. Begitu lepas dari kerumunan, segera bersihkan diri dan ganti baju. Selain 3M (menjaga jarak, mencuci tangan, memakai masker), kesehatan perlu dijaga dengan makan makanan bergizi dan olahraga teratur,” kata Tjandra.
Hal ini penting mengingat kerumunan masih terjadi menjelang Idul Fitri. Awal Mei 2021, kerumunan sempat terjadi di Pasar Tanah Abang, Jakarta, dengan jumlah pengunjung mencapai 100.000 orang.
Di sisi lain, membendung mobilitas masyarakat jelang Lebaran pun tidak mudah. Meski ribuan kendaraan yang nekat mudik telah diminta diputar balik, sekitar 1,2 juta pemudik berhasil meninggalkan wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) pada periode 1-10 Maret 2021. Padahal, larangan mudik bertujuan untuk menekan penyebaran Covid-19.
Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Ede Surya Darmawan turut mengingatkan agar masyarakat tidak lengah menaati protokol kesehatan saat merayakan Lebaran. Ia juga menyarankan silaturahmi dilakukan secara virtual. Silaturahmi langsung dapat dilakukan dengan menjaga jarak aman dan bermasker.
Sementara itu, shalat Idul Fitri disarankan dilakukan di tempat terbuka. Orang yang sakit disarankan beribadah di dalam rumah atau menyetel siaran langsung shalat Idul Fitri. ”Jangan sampai di hari kemenangan kita malah kalah dengan Covid-19. Hari kemenangan perlu dirayakan dengan kesadaran bahwa ini masih situasi pandemi,” kata Ede.
Imbauan shalat Idul Fitri di rumah atau tempat terbuka juga disarankan PP Muhammadiyah. Hal itu disampaikan melalui Surat Edaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 03/EDR/1.0/E/2021 tentang Tuntunan Ibadah Ramadhan 1442 H/2021 M.
Shalat Id bisa dilakukan dengan jumlah orang terbatas. Hal ini memungkinkan apabila tidak ada warga sekitar yang menderita Covid-19 dan kondisi sekitar dinilai aman.
Sementara itu, Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar melalui konferensi pers kemarin mengatakan, Masjid Istiqlal tidak akan menyelenggarakan shalat Id. Keputusan ini diambil setelah rapat pengurus dan simulasi dilakukan.
”Kami memang diberi kesempatan membuka (masjid) dengan kapasitas 10 persen. Dengan kapasitas maksimal 250.000, berarti ada ribuan orang yang akan datang. Mereka pasti akan berjumpa di titik-titik tertentu, seperti pintu masuk, tempat penitipan sandal, dan tangga. Kami mohon maaf kepada segenap jemaah,” kata Nasaruddin.