Palang Merah Indonesia mengingatkan bahwa potensi penularan Covid-19 masih ada. Kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerumunan menjelang dan saat Lebaran perlu diantisipasi sebab rentan terjadi penularan.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Palang Merah Indonesia mengingatkan publik agar tidak lengah dengan potensi penularan Covid-19 di masa libur Lebaran. Upaya pencegahan pun perlu terus dilakukan, khususnya di tempat rawan kerumunan.
Sebelumnya, berdasarkan tes secara acak terhadap 6.472 pemudik saat Operasi Ketupat didapati 4.123 pemudik yang positif Covid-19. Sebagian dari mereka telah melakukan isolasi mandiri dan ada yang dirawat di rumah sakit.
Sekretaris Jenderal PMI Sudirman Said mengatakan, Lebaran perlu diingat sebagai momen mobilitas masyarakat, baik untuk bersilaturahmi, berkumpul dengan keluarga, maupun shalat Id. Kegiatan-kegiatan itu berpotensi menciptakan kerumunan dan meningkatkan risiko Covid-19.
”Penyebab naiknya kasus Covid-19 adalah kerumunan. Beberapa pekan ini perlu kewaspadaan dari daerah-daerah untuk melakukan mitigasi agar tidak ada ledakan kasus,“ kata Sudirman pada telekonferensi pers, Selasa (11/5/2021).
Oleh karena itu, ia mengingatkan masyarakat agar tidak lengah walau sudah divaksinasi. Sebab, muncul lonjakan kasus Covid-19 dari kluster perkantoran di Jakarta pada April 2021. Sebagian kasus yang telah dikonfirmasi terjadi di perkantoran yang telah menerima vaksin.
Ada 157 kasus positif Covid-19 di 78 perkantoran pada periode 5-11 April 2021. Pada periode 12-18 April 2021 tercatat 425 kasus positif di 177 perkantoran (Kompas.id, 27/4/2021).
Penyebab naiknya kasus Covid-19 adalah kerumunan. Beberapa pekan ini perlu kewaspadaan dari daerah-daerah untuk melakukan mitigasi agar tidak ada ledakan kasus.
Selain itu, kerumunan juga terjadi di Pasar Tanah Abang, Jakarta, baru-baru ini. Pada akhir pekan di awal Mei 2021, pengunjung pasar mencapai lebih dari 100.000 orang. Adapun Satgas Penanganan Covid-19 mencatat kenaikan mobilitas masyarakat ke pusat perbelanjaan sebesar 14,82 persen pada periode 20-27 April 2021.
”Seluruh cerita penularan (Covid-19) datang dari kerumunan. Ini memberi kita sinyal bahwa jika tidak hati-hati, bisa jadi ada penularan walau sebagian dari mereka memakai maker,” kata Sudirman.
Kampanye mitigasi Covid-19 menurut rencana akan terus dilakukan. Untuk itu, PMI menyiapkan sukarelawan ke semua provinsi dan kabupaten/kota. Ambulans dan armada untuk disinfeksi massal pun dikerahkan. Hingga kini, penerima manfaat dari disinfeksi massal oleh PMI sebanyak 53 juta jiwa.
Kepala Divisi Penanggulangan Bencana PMI Pusat Arifin Hadi menambahkan, PMI terbuka jika ada masjid yang minta bantuan untuk disinfeksi hingga mengukur suhu tubuh saat shalat Id. Salah satu masjid yang sudah meminta bantuan untuk disinfeksi ialah Masjid Istiqlal.
Pada kesempatan berbeda, Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati mengingatkan pentingnya warga menahan diri untuk tidak mudik. Mobilitas massa yang terjadi secara masif pada waktu bersamaan dapat meningkatkan kasus Covid-19. Lonjakan kasus kerap terjadi setelah libur panjang.
”Ini pembelajaran dari pola-pola yang sudah ada. Ketika sudah tiba di kampung halaman, belum tentu daerah itu punya akses yang memadai untuk tes dan tracing. Belum tentu fasilitas (kesehatannya) sama dengan di kota besar (jika ada infeksi Covid-19 di sana),” kata Adita pada telekonferensi pers Satgas Penanganan Covid-19.
Kementerian Perhubungan mencatat, lebih dari 138.000 mobil bergerak keluar dari Jakarta per hari. Pengemudi yang nekat mudik dan tidak memenuhi syarat bepergian diminta putar balik.
Dokter sukarelawan Covid-19, Fajri Addal, mengatakan, semakin tinggi mobilitas orang, semakin tinggi juga mobilitas virus. Hasil tes negatif Covid-19 dinilai tidak menjamin seseorang bebas dari virus karena SARS-CoV-2 bisa menempel di perjalanan.
Vaksin pun tidak menjamin seseorang tidak terkena Covid-19. Dampak vaksin adalah meminimalkan dampak Covid-19 jika terinfeksi. Artinya, seseorang yang sudah divaksinasi masih bisa tertular atau menularkan virus. (SKA)