Varian Baru SARS-CoV-2 Menyerang Balik
Terdeteksinya varian baru virus SARS-CoV-2, B 1.1.7 ke Indonesia sejauh ini tak akan mengganggu efektivitas vaksin. Namun, belajar dari Brasil, mutasi varian lain memiliki dampak sangat buruk.
Setelah kasus Covid-19 global menurun selama tujuh pekan berturut-turut, sepekan terakhir kembali meningkat. Brasil menjadi tempat pertempuran paling mengkhawatirkan, dengan mencatat rekor kematian. Tragedi ini dipicu oleh penyebaran varian baru virus korona yang lebih menular dan memicu infeksi ulang.
Selama dua hari terakhir, Brasil mencatat rekor kematian harian tertinggi selama pandemi. Pada Selasa (2/3/2021), kematian harian akibat Covid-19 di negeri ini mencapai 1.726 jiwa dan Rabu (3/3) sebanyak 1.840 jiwa.
Berdasarkan data Worldometers.info, total 10.796.056 kasus Covid-19 ditemukan di Brasil dan korban jiwa mencapai 261.188 hingga Jumat (5/3), dan eskalasinya terus meninggi. Jumlah kasus di Brasil ini merupakan yang tertinggi ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan India dan dari sisi jumlah korban jiwa diurutan kedua setelah Amerika Serikat.
Situasi ini membuat Asosiasi Sekretaris Kesehatan Nasional Brasil mengumumkan,"Percepatan epidemi di berbagai negara bagian menyebabkan runtuhnya sistem rumah sakit umum dan swasta, yang mungkin akan segera menjadi kasus di setiap wilayah Brasil."
Vaksin akan membantu menyelamatkan nyawa, tetapi jika negara hanya mengandalkan vaksin, mereka membuat kesalahan. (Tedros Adhanom Ghebreyesus)
Perkembangan di Brasil ini menjadi alarm bahaya bagi dunia. Apalagi, setelah mengalami penurunan kasus global selama enam pekan, data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan, sepekan terakhir kembali terjadi peningkatan jumlah kasus.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, analisis terbaru menunjukkan infeksi telah meningkat di empat dari enam wilayah, yaitu Amerika, Eropa, Asia Tenggara, dan Mediterania Timur. “Ini mengecewakan, tetapi tidak mengherankan,” kata Tedros.
“Vaksin akan membantu menyelamatkan nyawa, tetapi jika negara hanya mengandalkan vaksin, mereka membuat kesalahan,” katanya. "Langkah-langkah kesehatan masyarakat dasar tetap menjadi dasar dari tanggapan tersebut."
Peringatan serupa juga dikeluarkan oleh ilmuwan Inggris, Sir Patrick Vallance dan Chris Whitty. Dalam pemodelan mereka, virus akan memiliki ruang untuk menyebar bahkan jika 80 persen orang dewasa divaksinasi.
Baca juga: Mutasi yang Menggagalkan "Herd Immunity"
Karenanya, mereka mengingatkan agar peralatan pelindung diri, intervensi non-farmasi, serta proses surveilans yang meliputi tes, lacak dan isolasi harus dilanjutkan sampai prevalensi SARS-CoV-2 sangat rendah untuk mengurangi risiko penularan.
Ancaman varian baru
Epidemiolog Indonesia di Griffith University Dicky Budiman mengatakan, meningkatnya kembali kasus secara global menjadi peringatan bahwa pandemi ini jauh dari selesai. "Kemunculan varian-varian baru ini akan menjadi tantangan lebih berat, terutama karena membutuhkan surveilans genomik yang tidak mudah dan lebih mahal," kata dia.
Kasus di Brasil menunjukkan, Covid-19 bisa menyerang balik dengan armada dari varian hasil mutasi. Studi ahli virologi dari University of São Paulo, William M de Souza diunggah di The Lancet pada 1 Maret 2021 menunjukkan, varian baru SARS-CoV-2, bernama P.1 yang menyerbu Kota Manaus di Brasil tidak hanya lebih menular, tetapi dapat menginfeksi beberapa orang yang telah pulih dari versi virus sebelumnya.
Dalam paper yang masih ditinjau sejawat ini juga menyebutkan, varian P.1 mampu menyiasati antibodi penetral yang dihasilkan rangsangan dari luar. Disebutkan, kapasitas penetralan dari plasma konvalesen berkurang enam kali lipat saat menghadapi varian P.1 dalam proses eksperimen. Selain itu, yang patut jadi perhatian di Indonesia juga, plasma dari individu yang mendapat imunisasi CoronaVac dari Sinovac, gagal menetralkan isolat garis keturunan P.1 secara efisien.
Baca juga: Mutasi SARS-CoV-2 yang Bisa Menyiasati Vaksin
Sekalipun demikian, kajian terhadap efektivitas vaksin ini dilakukan menggunakan sel dalam tabung reaksi. Tidak berarti bahwa vaksin secara otomatis akan kurang efektif dalam melindungi orang yang sebenarnya dari P.1.
Vaksin mungkin memberikan perlindungan yang kuat dari P.1 meskipun antibodi yang dihasilkannya tidak sekuat itu alias terdapat penurunan efektivitas. Kita juga masih berharap bahwa orang yang divaksinasi masih tetap terlindung dari serangan Covid-19 yang parah.
Kemampuan varian P.1 menyiasati antibodi penetral, termasuk yang dipicu oleh vaksin ini bisa menjadi masalah besar di tengah upaya mengejar herd immunity melalui vaksin. Sebelumnya, varian SARS-CoV-2 dari Afrika Selatan, B.1.351 juga terbukti telah menurunkan efektivitas berbagai vaksin yang ada.
Peneliti genomik molekuler dari Aligning Bioinformatics dan anggota Konsorsium Covid-19 Genomics UK, Riza Arief Putranto mengatakan, mutasi SARS-CoV-2 menjadi tantangan besar bagi kita saat ini dalam menghadapi pandemi, terutama setelah ditemukannnya varian B.1.1.7 di Indonesia. Dikhawatirkan, hanya soal waktu, varian-varian baru lain, bakal ditemukan.
Filipina telah mengumumkan bahwa varian B.1.351 pada 2 Maret 2021 telah masuk ke negara mereka dengan setidaknya ditemukan enam kasus dari 300 sampel yang diperiksa Pusat Genom Filipina. Setidaknya tiga dari varian baru itu telah ditemukan di Metro Manila, dua lainnya dari orang Filipina yang kembali dari luar negeri, dan satu kaaus lagi masih diverifikasi.
Sebelumnya, Filipina juga berhasil menemukan varian B.1.1.7 dari Inggris sejak awal Januari setelah menganalisis spesimen yang diambil dari pria yang memiliki riwayat perjalanan dari Dubai. Hasil penelusuran kontak erat pasien ini juga menemukan 13 orang lain yang positif Covid-19, di mana 10 orang di antaranya adalah penumpang pesawat bersama dengan kasus pertama.
Baca juga: Dua Warga Karawang Terpapar Mutasi Virus Korona Inggris, Penelusuran Dilakukan
Sementara itu, Indonesia baru melaporkan keberadaan varian B.1.1.7 pada 2 Maret, dari sampel dua pasien yang baru tiba dari Arab Saudi akhir Januari 2021 lalu. Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono mengatakan varian baru ini ditemukan dari 462 spesimen yang telah diperiksa genomnya. "Artinya, kita akan menghadapi pandemi ini dengan tingkat kesulitan yang semakin berat," kata Dante, saat mengumumkan temuan dari varian baru yang telah di 94 negara ini dan mulai menggeser varian lama.
Baca juga: Terpapar Covid-19 Varian Baru Buruh Migran Brebes dan Keluarga Diisolasi
Mengacu pada laporan Pusat Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, penularan varian B.1.1.7 mencapai 50-70 persen lebih cepat dibandingkan varian SARS-CoV-2 sebelumnya. Mutasi ini juga berpotensi meningkatkan efek gejala hingga mortalitas sebesar 30 persen.
Satu-satunya yang melegakan, varian B.1.1.7 belum mengganggu efektivitas vaksin yang ada. Namun demikian, jika kemudian varian B.1.351 dan P.1 yang masuk ke Indonesia, kita harus bersiap menghadapi penurunan efektivitas vaksin.
Selain itu, kita juga harus mewaspadai munculnya berbagai varian baru yang bisa jadi muncul di Indonesia, sebagaimana terjadi di banyak negara lain. Wabah yang tak terkendali dan berbagai terapi yang dilakukan, termasuk pemberian plasma konvalesen yang tidak tepat, terbukti justru bisa memicu risiko munculnya mutasi baru SARS-CoV-2, sebagaimana dilaporkan di jurnal Nature pada 5 Februari 2021.