Imbangi Vaksinasi dengan Memperketat Penerapan Protokol Kesehatan
Setelah tenaga kesehatan, giliran pedagang pasar, yang masuk kategori pekerja dan pelayan publik, divaksinasi Covid-19. Hal itu mesti disertai kepatuhan menjalankan protokol kesehatan.
Oleh
Tim Kompas
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah memperluas cakupan vaksinasi nasional untuk mengendalikan pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung lebih dari 11 bulan. Setelah tenaga kesehatan, pada Rabu (17/2/2021) pedagang pasar, yang masuk kategori pekerja dan pelayan publik, menjalani vaksinasi Covid-19.
Vaksinasi massal itu mesti tetap diikuti kedisiplinan menjalankan protokol kesehatan di tengah kondisi penularan yang tinggi. Menurut Satuan Tugas Penanganan Covid-19, rasio tes positif di Indonesia dalam sepekan 28,2 persen. Bahkan, Selasa (16/2/2021), rasio tes positif nasional 38,3 persen. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, rasio tes positif Covid-19 lebih dari 20 persen menandai penularan kasus di komunitas dalam skala tertinggi.
Kemarin, vaksinasi bagi pekerja dan petugas pelayanan publik diawali pemberian suntikan kepada pedagang di Pasar Tanah Abang, Jakarta. Vaksinasi disaksikan Presiden Joko Widodo, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan.
Presiden menegaskan, pemerintah akan terus melanjutkan program vaksinasi nasional yang dimulai pada 13 Januari lalu. Vaksinasi tahap pertama dengan sasaran tenaga kesehatan sudah berjalan, sementara vaksinasi tahap kedua bagi pelayan dan pekerja publik dimulai dari Pasar Tanah Abang.
Jumlah pekerja dan petugas pelayanan publik yang menjadi sasaran vaksinasi Covid-19 sebanyak 16,9 juta orang. Selain itu, sasaran vaksinasi tahap kedua meliputi 21,5 juta penduduk berusia lanjut atau lansia.
Setelah DKI Jakarta, vaksinasi bagi pekerja dan petugas pelayanan publik digelar di provinsi-provinsi lain. Presiden mengharapkan semua pekerja dan pelayan publik, antara lain aparat keamanan, pedagang pasar, aparatur sipil negara, wartawan, atlet, serta pekerja toko dan mal, segera divaksinasi.
Meski vaksinasi berjalan, masyarakat tetap diminta menjalankan protokol kesehatan dengan ketat. Siapa pun agar selalu mengenakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan menjauhi kerumunan.
Pada hari pertama vaksinasi di Pasar Tanah Abang, kemarin, sejumlah pedagang tak mengetahui titik vaksinasi, tidak memiliki kupon pendaftaran ulang, dan kekurangan informasi mekanisme vaksinasi. Rivelino (42) dan istrinya, pedagang di Blok A, misalnya, tergopoh-gopoh menuju lantai 12 saat mendengar panggilan vaksinasi dari pengeras suara.
”Vaksinasi pada pedagang pasar dilakukan dengan model berbeda. Sebelumnya, orang datang ke fasilitas kesehatan atau tempat vaksinasi massal, tetapi sekarang kami mencoba datang langsung ke pasar. Secara bertahap, hal ini akan dilakukan di 115 pasar di Jabodetabek, serta akan menjadi model di provinsi lain,” tutur Budi Gunadi.
Rasio kasus
Dalam acara terpisah, Budi Gunadi menilai, rasio kasus positif (positivity rate) Covid-19 di Indonesia yang amat tinggi tidaklah normal. Belum bisa dipastikan apakah hal itu menandai tingginya penularan dan kurangnya tes atau masalah terkait memasukkan data.
Vaksinasi pada pedagang pasar dilakukan dengan model berbeda. Sebelumnya, orang datang ke fasilitas kesehatan atau tempat vaksinasi massal, tetapi kini kami mencoba datang langsung ke pasar.
Rasio tes positif seharusnya kurang dari 5 persen sesuai batas yang ditetapkan WHO. Di Indonesia, angkanya di atas 20 persen. Rasio tes positif merupakan perbandingan jumlah kasus positif dengan jumlah orang yang diperiksa.
”Positivity rate tinggi sekali, terutama empat hari terakhir. Mungkin di hari libur, jumlah yang dites turun,” katanya.
Ada tiga hipotesis yang diselidiki. Pertama, belum semua tes Covid-19 dengan hasil negatif dimasukkan dalam laporan karena data banyak dan cara memasukkan ke aplikasi rumit. ”Kami memperbaiki sistem untuk memudahkan semua laboratorium dan rumah sakit memasukkan laporan,” ujarnya.
Hipotesis kedua, belum semua rumah sakit memasukkan laporan hasil tes secara lengkap. Ketiga, kasus Covid-19 di Indoensia tinggi dan pemeriksaan kurang banyak. ”Karena itu, kami perbanyak dengan tes cepat antigen,” kata Budi.
Epidemiolog Indonesia di Griffith University, Dicky Budiman, mengatakan, Indonesia belum bisa mengklaim penurunan kasus dan penularan Covid-19 sebelum memperbaiki data epidemiologi, termasuk rasio tes positif. Tanpa data akurat, kebijakan penanganan pandemi bisa keliru. ”Rasio tes positif menjadi ukuran paling jelas melihat kecukupan tes dan cakupannya. Jumlah tes dan lacak kasus di Indonesia sangat kurang,” ujarnya.
Epidemiolog lapangan dari Universitas Jenderal Soedirman, Yudhi Wibowo, mengatakan, dibandingkan dengan negara lain, rasio tes positif Indonesia paling tinggi. India, misalnya, hanya 2 persen.
Rasio kasus-lacak Indonesia juga rendah dibandingkan dengan negara lain, yakni 1 berbanding 4 orang yang diperiksa dari tiap kasus positif Covid-19. Vietnam memiliki rasio kasus-lacak 1:698,2; Myanmar 1:103,5; India 1:62.
Seiring pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro, perlu ada peningkatan jumlah tes dan lacak, diikuti tindak lanjut bagi warga yang berkontak erat dengan orang yang positif Covid-19.
Vaksin Nusantara
Vaksin Nusantara, yang berbasis sel dendritik autolog atau komponen sel darah putih, tengah dikembangkan dan selesai uji klinis fase satu. Vaksin diklaim aman karena bersifat personal sehingga bisa menjadi vaksin alternatif bagi orang dengan penyakit penyerta.
Vaksin Nusantara diteliti oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan bersama RS Umum Pusat Dr Kariadi Semarang, Universitas Diponegoro, dan AIVITA Biomedical asal Amerika Serikat.
Anggota tim peneliti Vaksin Nusantara, Yetty Movieta Nency, di RSUP Kariadi Semarang, mengatakan, prosedur vaksin berbasis sel dendritik berbeda dengan vaksin Covid-19 yang kini beredar. Subyek atau penerima vaksin diambil darah terlebih dulu, kemudian diambil sel darah putih, lalu diambil sel dendritiknya. (AIK/TAN/NTA/DIT)