Penularan Covid-19 Masih Tinggi, Pembatasan Diperpanjang
Pemerintah memperpanjang pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat. Ini agar didukung penerapan protokol kesehatan serta masifnya tes dan pelacakan kasus Covid-19.
Oleh
Tim Kompas
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perpanjangan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat agar disertai pengawasan ketat dan kedisiplinan dalam nenjalankan protokol kesehatan. Selain itu, tes dan pelacakan juga digencarkan untuk memutus rantai penularan Covid-19.
Langkah-langkah mendasar itu perlu dijalankan supaya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) periode kedua, 26 Januari-8 Februari 2021 tak membuang waktu. Ini mengingat PPKM pertama, 11-25 Januari 2021, hingga kini tak mencapai target penurunan kasus aktif hingga 50 persen.
Yang terjadi, penambahan kasus justru terus meningkat dan penambahan kematian pada Kamis (21/1/2021) mencapai tertinggi, yaitu 346 jiwa.
Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Ede Surya Darmawan menilai, pembatasan kegiatan masyarakat saat ini gagal mengendalikan penularan Covid-19. Implementasi aturan yang dibuat pemerintah pusat belum menyentuh akar rumput di tingkat terkecil masyarakat, yakni rumah tangga.
Sejumlah aturan tidak dipatuhi secara maksimal, misalnya, pembatasan di tempat kerja 25 persen. Mobilitas masyarakat pun masih tinggi dan kesadaran bahwa saat ini kondisi pandemi sedang darurat tidak terlihat.
Di Tangerang Selatan, Banten, misalnya, warga tetap nongkrong di kafe-kafe yang buka di dekat permukiman hingga lebih dari pukul 20.00. Karena itu, Kamis dini hari, Satpol PP Pemkot Tangsel menindak tiga kedai kopi dan kafe yang menjadi tempat nongkrong.
”Jika perpanjangan pembatasan kegiatan masyarakat ini tidak diperkuat dengan kedisiplinan dan pengawasan yang tegas, kondisi masyarakat bisa semakin terpuruk,” kata Ede.
Ini akan berdampak pada kolapsnya rumah sakit. Peningkatan kapasitas rawat inap dan ICU terkendala ketersediaan tenaga kesehatan dan alat kesehatan seiring membeludaknya jumlah pasien.
Diperpanjang
Juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, menyatakan, pembatasan kegiatan masyarakat akan efektif jika disiplin dan serius. ”Apabila tidak, kita akan terus memperpanjang periode pembatasan kegiatan ini sampai waktu yang tidak bisa diprediksi agar menjadi efektif,” tuturnya.
Ia menyampaikan, pembatasan kegiatan ini masih harus terus dioptimalkan. Sejumlah upaya yang perlu dilakukan, antara lain, meningkatkan pemeriksaan reaksi rantai polimerase (PCR) di seluruh daerah, memperluas cakupan penelusuran kontak erat, serta meningkatkan kualitas serta kuantitas fasilitas pelayanan kesehatan.
Rasio tes positif yang sangat tinggi menunjukkan, jumlah orang yang terinfeksi di komunitas sudah jauh lebih tinggi dari kasus yang ditemukan. (Iqbal Elyazar)
Dalam pengumuman resmi, Kamis, Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN) Airlangga Hartarto mengatakan, perpanjangan PPKM karena kasus penularan di sebagian besar daerah masih tinggi. ”Data yang ada (menyebutkan) bahwa di provinsi-provinsi (yang diberlakukan PPKM) itu kurvanya belum melandai. Itu sebabnya diputuskan (PPKM) diperpanjang selama dua minggu,” kata Menteri Koordinator Perekonomian tersebut.
Saat PPKM pada 11-25 Januari 2021, terdapat 73 kabupaten/ kota di Pulau Jawa dan Bali yang memberlakukan kebijakan tersebut. Daerah yang memberlakukan pembatasan ini setidaknya memenuhi empat indikator yang ditetapkan, yaitu kasus aktif, kasus kematian, tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit di atas rata-rata nasional, dan tingkat kesembuhan di bawah rata-rata nasional.
Di sisi lain, mengacu pada laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hingga 20 Januari 2021, sebanyak 64,3 persen atau 604.274 kasus dari jumlah kumulatif Covid-19 yang dikonfirmasi berada di Jawa. DKI Jakarta memiliki jumlah kasus terkonfirmasi tertinggi per satu juta penduduk diikuti oleh Kalimantan Timur.
Laporan itu pun menunjukkan, proporsi tes positif meningkat tajam setelah 23 November 2020 dan mencapai 25 persen pada 17 Januari 2021. Selain menandai tingginya penularan di komunitas, tingginya rasio tes positif juga menunjukkan kurangnya jumlah pemeriksaan.
”Rasio tes positif yang sangat tinggi menunjukkan jumlah orang yang terinfeksi di komunitas sudah jauh lebih tinggi dari kasus yang ditemukan,” kata epidemiolog kolaborator Lapor Covid19, Iqbal Elyazar. (TAN/NTA/IGA/AIK)