Kendati bertugas di malam pergantian tahun, para sukarelawan tetap menjalaninya. Mereka masih setia dengan pekerjaanya meski berbulan-bulan di garis depan penanganan pandemi.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 menjadi ujian kesabaran dan keikhlasan sukarelawan tenaga kesehatan yang bertugas menangani Covid-19. Di saat warga lain bisa berkumpul bersama keluarga, mereka tetap memastikan pelayanan terhadap pasien Covid-19 tetap terpenuhi.
Letda Laut (K/W) dr Uniqueain Maliu (26) merupakan salah satu sukarelawan tenaga kesehatan yang menjalani malam pergantian tahun di bagian Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet, Jakarta. Dia bertugas sejak pukul 22.00-06.00.
”Karena fokus bikin laporan perkembangan pasien, jadi enggak sempat lihat kembang api,” ujarnya kepada Kompas, Jumat (1/1/2021) sore.
Sebelum memulai dinas, dia menghubungi orangtuanya yang berada di Surabaya, Jawa Timur, untuk mengucapkan selamat Tahun Baru. Setelah itu, dia langsung menuju UGD, menemani pasien Covid-19 hingga terbit fajar tahun 2021.
Uniqueain baru seminggu bertugas di rumah sakit darurat ini. Sebelumnya, dia bertugas di Rumah Sakit Angkatan Laut dr R Oetojo, Sorong, Papua Barat. Di rumah sakit itu, perempuan lajang ini pun merawat pasien Covid-19.
Bekerja seminggu di rumah sakit darurat, dia mendapati tak hanya pasien tua yang kesulitan bernapas. Pasien dengan usia 30-an juga mengalami kekurangan kadar oksigen dalam darah. Akibatnya, pasien itu harus bernapas dengan alat bantu.
Dia juga menyaksikan orang-orang dari berbagai usia terus berdatangan ke rumah sakit darurat. Sekali waktu, ketika dinas siang (15.00-22.00), dia pernah merawat 200 lebih pasien gejala ringan. Kenyataan ini membuatnya prihatin karena masih ada saja orang yang meragukan pandemi Covid-19.
”Aku juga jadi sadar betapa serius kerja sukarelawan. Mereka mengenakan alat pelindung diri lengkap selama delapan jam, tak bisa makan, minum. Pokoknya benar-benar menguji kesabaran dan keihklasan kita,” tambahnya.
Defri (27), perawat di ruang isolasi khusus pasien Covid-19 di RSUD Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat, juga kebagian dinas malam. Dia bertugas dari pukul 21.00-01.00. Dia bersama empat perawat lainnya menjaga 31 pasien yang sedang menjalani isolasi.
Di satu sisi, katanya, memang ada kerinduan untuk merayakan pergantian tahun dengan berkumpul bersama keluarga. Apalagi, anak pertamanya baru saja lahir. Usianya baru tiga bulan. Namun di saat bersamaan, sumpah setia untuk melayani pasien dalam kondisi apa pun juga harus dijunjung tinggi. Atas dasar itulah dia menjalani tugas ini dengan ikhlas.
”Kemarin saya bilang begini ke pasien, ’Ibu tak bisa keluar. Saya juga begitu. Jadi, kita rayakan saja pergantian tahun di ruang isolasi ini. Semoga di tahun depan pandemi usai dan kita bisa merayakan kembali Tahun Baru secara normal’,” demikian Defri menenangkan pasiennya.
Sementara itu, sukarelawan tenaga kesehatan di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet, Jakarta, Futri Dewi S, bisa sedikit menghirup udara ”bebas” di malam pergantian tahun. Sebab, dia kebagian dinas pagi. Menjelang sore, dia sudah lepas dinas.
Awalnya, dia dan rekan satu tim berencana untuk merayakan malam pergantian tahun di rumah sakit darurat saja. Lagi pula, ada acara makan bersama bagi para tenaga kesehatan di malam Tahun Baru.
”Tetapi akhirnya mikir juga, pasti kumpul sama orang yang itu-itu terus dan kemungkinan akan bosan. Makanya kami putuskan staycation di hotel. Karena mendadak, kami jadi enggak dapat lagi hotel bagus (bintang lima). Jadinya di hotel bintang tiga saja,” ujar perawat yang sudah sembilan bulan bekerja di rumah sakit itu.
Setelah mengantongi izin keluar dari sekretariat rumah sakit, berangkatlah mereka ke hotel yang sudah dipesan. Tetapi, suasana di jalanan Ibu Kota tak seperti yang diharapkan. Tak ada tanda-tanda Jakarta akan berpesta. Jalan-jalan protokol ditutup. Kafe dan restoran sudah tak beroperasi pukul 19.00.
”Aduh, akhir tahun 2020 ini benar-benar tahun yang menyedihkan. Semoga tahun depan situasi menjadi lebih baik,” katanya.