181 Juta Penduduk Menjadi Target Vaksinasi Covid-19
Sebanyak 181 juta penduduk Indonesia akan menjadi sasaran vaksinasi Covid-19 untuk membentuk kekebalan komunitas. Pemerintah daerah mulai mempersiapkan vaksinasi.
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah mengupayakan penyediaan 329 juta dosis vaksin Covid-19 dari empat perusahaan. Selain itu, tambahan pengadaan juga bisa dilakukan sampai 334 juta dosis. Hal itu untuk menjamin pasokan vaksin bagi 181 juta penduduk yang menjadi sasaran vaksinasi.
Vaksinasi akan dilakukan setelah berkonsultasi kepada badan independen Indonesia Technical Advisory Groups on Immunization. Pada tahap pertama, vaksinasi diberikan kepada 1,3 juta petugas kesehatan secara bersamaan.
Kelompok kedua yang menjadi prioritas vaksinasi adalah 17,4 juta petugas publik. Tahap ketiga, vaksinasi terhadap 21,5 juta warga berusia di atas 60 tahun. Selanjutnya, vaksinasi untuk masyarakat umum.
Baca juga: Bersiap Menghadapi Mutasi dan Varian Virus Korona
Kini, sejumlah daerah mulai mempersiapkan vaksinasi Covid-19. Persiapan itu, antara lain, menyediakan fasilitas penyimpanan dan distribusi vaksin serta data dan sosialisasi kepada warga.
Kekebalan komunitas
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, untuk mencapai kekebalan komunitas, vaksinasi akan dilakukan kepada setidaknya 181 juta orang. Angka ini didapat dari jumlah warga berusia di atas 18 tahun, yakni sekitar 188 juta orang, dikurangi orang dengan penyakit penyerta, orang yang pernah terinfeksi Covid-19, dan ibu hamil.
Jika tiap orang memakai dua dosis vaksin, dibutuhkan 362 juta dosis. Selain itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga merekomendasikan agar pemerintah menyediakan cadangan 15 persen dari kebutuhan. Karena itu, Indonesia akan memerlukan 426 juta dosis vaksin.
”Pemerintah berusaha keras mengamankan jumlah ini dan sampai kini ada lima jalur pengadaan vaksin yang kita tempuh,” kata Budi Gunadi dalam keterangan pers secara daring dari Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (29/12/2020).
Baca juga: Pemerintah Pastikan Ketersediaan Vaksin Covid-19
Empat jalur pengadaan secara bilateral, sedangkan satu jalur multilateral. Empat jalur bilateral ini adalah kontrak pengadaan vaksin dengan Sinovac, perusahaan asal China; Novavax, perusahaan vaksin Amerika-Kanada; AstraZeneca yang berbasis di London, Inggris; dan BioNTech-Pfizer, perusahaan Jerman-Amerika.
Kontrak dengan Sinovac yang sudah ditandatangani akan menyediakan 125 juta dosis vaksin dan opsi menambahkan sampai 100 juta dosis. Pemerintah Indonesia juga sudah menandatangani kontrak dengan Novavax untuk 130 juta dosis. Itu terdiri dari 50 juta dosis yang sudah pasti dan 80 juta yang bisa ditambahkan.
Pemerintah berusaha keras mengamankan jumlah ini dan sampai kini ada lima jalur pengadaan vaksin yang kita tempuh.
Kontrak dengan AstraZeneca akan segera ditandatangani untuk pengadaan 100 juta dosis. Jumlah ini terdiri dari 50 juta dosis yang sudah pasti dan 50 juta dosis yang bisa ditambahkan. Pemerintah juga akan menandatangani kontrak dengan BioNTech-Pfizer untuk penyediaan 100 juta dosis dengan komposisi sama seperti AstraZeneca. ”Kami harap finalisasi dengan AstraZeneca dan Pfizer selesai dalam waktu dekat,” kata Budi Gunadi.
Adapun dari kerja sama multilateral dengan GAVI (organisasi internasional yang mendorong akses vaksin), Indonesia dijanjikan mendapat vaksin gratis. Jumlahnya belum dapat dipastikan, tetapi berkisar 16 juta sampai 100 juta dosis. Belum pastinya jumlah vaksin dari GAVI ini membuat kontrak dengan setiap penyedia vaksin dilakukan dengan opsi penambahan.
Baca juga: Vaksin Oxford-AstraZeneca Diklaim Berikan Perlindungan 100 Persen dan Murah
”Kita mengamankan 330 juta dosis yang pasti dan opsi (penambahan vaksin) 330 juta dosis. Jadi total 660 juta dosis. Kita ada buffer (stok cadangan) cukup kalau ada sumber gagal diuji klinis atau tertunda pengirimannya,” tutur Budi Gunadi.
Pada tahap pertama, vaksinasi diberikan kepada 1,3 juta petugas kesehatan. Di tiap negara, petugas kesehatan mendapat prioritas pertama vaksinasi karena menjadi garda terdepan melawan pandemi Covid-19.
Terkait warga usia di atas 60 tahun, vaksinasi dilakukan di tahap ketiga sembari memastikan vaksin bisa untuk warga lansia. Uji klinis tahap tiga vaksin Sinovac diterapkan pada warga usia 18-59 tahun. Di Turki dan Brasil, vaksin itu juga diuji klinis pada warga lansia. Selain itu, beberapa vaksin, seperti buatan Pfizer, juga diuji klinis kepada warga berusia di atas 60 tahun.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan menyerahkan kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk menentukan rentang usia warga yang bisa mendapat vaksin. BPOM mengobservasi uji klinis fase 3 vaksin Covid-19.
Persiapan di daerah
Sejumlah daerah mulai mempersiapkan vaksinasi Covid-19. Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah mengatakan, hal yang disiapkan, antara lain, fasilitas mesin refrigerasi dan data klinis warga.
Pemerintah Provinsi Lampung menyiapkan sarana dan juru imunisasi Covid-19 dan menghitung masyarakat yang akan mendapat vaksin gratis. Dinas Kesehatan Kepulauan Riau memperkirakan, Provinsi Kepulauan Riau membutuhkan 3,64 juta dosis vaksin Covid-19. Pemprov Kepri menyiapkan fasilitas penyimpanan dan distribusi vaksin.
Baca juga: Tetap Waspada di Tahun Vaksinasi
Adapun Pemprov Sulawesi Tenggara menyiapkan anggaran Rp 500 juta untuk sosialisasi vaksinasi Covid-19 agar warga tidak panik saat vaksinasi digelar. Di Papua, dinas kesehatan setempat akan memberikan vaksin lebih dulu di daerah pusat penularan Covid-19, antara lain Kabupaten Jayapura dan Mimika.
Epidemiolog dari Universitas Halu Oleo, Ramadhan Tosepu, mengingatkan agar tahapan vaksinasi dimatangkan sejak awal.
Menurut Laporan Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Selasa (29/12/2020), kasus Covid-19 bertambah 7.903 orang sehari sehingga total 727.122 kasus. Rasio kasus positif di Indonesia 20,5 persen atau dari lima orang yang diperiksa ditemukan satu orang positif. Jumlah korban jiwa bertambah 251 orang.
Mutasi virus
Untuk mengantisipasi munculnya varian baru hasil mutasi virus korona baru (SARS-CoV-2) pemicu Covid-19, pemerintah meminta sejumlah rumah sakit rujukan mengirimkan sampel ke jejaring laboratorium yang dikoordinasikan Kemenkes bersama Kementerian Riset dan Teknologi.
Ketua Satuan Tugas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia Zubairi Djoerban mengatakan, meski SARS-CoV-2 yang bermutasi menular lebih cepat, para ahli yakin virus ini tidak lebih mematikan ketimbang varian sebelumnya. Selain itu, tes PCR juga tetap bisa mendeteksi virus ini dan vaksin diyakini akan tetap efektif. Untuk memastikan hal ini, riset vaksin kini mengikutsertakan para pasien dengan varian virus baru itu.
Adanya mutasi baru SARS-CoV-2 membuat semua penduduk harus waspada. Budi Gunadi meminta warga disiplin memakai masker, rajin mencuci tangan, dan menjaga jarak. (INA/AIK/REN/VIO/JAL/FLO/RTG/NDU/COK)