Tahun 2021 dunia menggulirkan vaksinasi Covid-19 besar-besaran. Muncul optimisme ekonomi bakal tumbuh. Namun, tanpa pengendalian pandemi secara komprehensif, optimisme itu bisa buyar.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN DAN BENNY D KOESTANTO
·5 menit baca
Sebulan terakhir di pengujung tahun 2020 ini kabar gembira bermunculan. Hasil uji klinis fase akhir beberapa calon vaksin Covid-19 mulai terlihat. Sejumlah negara juga telah memulai vaksinasi Covid-19. Perkembangan vaksinasi ini diharapkan bakal diikuti oleh pengurangan kebijakan jarak sosial di masyarakat sehingga ikut mendorong pemulihan ekonomi global.
Lembaga pemeringkat Fitch Ratings dalam proyeksi ekonomi global yang dirilis awal Desember 2020 memperkirakan pemulihan ekonomi global akan menguat dan menjadi lebih pasti mulai pertengahan tahun 2021. Fitch memproyeksikan produk domestik bruto (PDB) dunia turun sebesar 3,7 persen tahun 2020. Ada kenaikan dibandingkan proyeksi, September lalu, saat PDB global 2020 diperkirakan minus 4,4 persen.
”Jalur pemulihan global terbukti lebih bergelombang dari yang diharapkan karena gelombang kedua virus mendorong pembatasan baru, tetapi berita vaksin sangat positif bagi prospek ekonomi selama dua tahun ke depan,” kata Brian Coulton, Kepala Ekonom Fitch Ratings.
Fitch telah merevisi perkiraan pertumbuhan global 2021 menjadi 5,3 persen—dari sebelumnya di level 5,2 persen—dengan pertumbuhan yang lebih kuat hingga paruh kedua tahun depan. Pertumbuhan PDB Amerika Serikat diproyeksikan positif 4,5 persen (naik dari 4,0 persen) dan China sebesar 8,0 persen (naik dari 7,7 persen).
Pemulihan zona euro diperkirakan sedikit tersendat seiring langkah penutupan wilayah di triwulan terakhir 2020. Zona euro diperkirakan tumbuh 4,7 persen tahun depan, turun dari proyeksi sebelumnya, yakni tumbuh 5,5 persen.
Pertumbuhan ekonomi global pada 2022 diproyeksikan Fitch lebih tinggi lagi. Ekonomi 2022 diperkirakan tumbuh menjadi 4,0 persen dari 3,6 persen. Proyeksi itu mencerminkan antisipasi atas kemungkinan gangguan jarak sosial berkurang setelah program vaksinasi diperluas. Ekonomi AS diperkirakan tumbuh 3,5 persen pada 2022, sedangkan zona euro diproyeksikan tumbuh 4,4 persen.
Harapan vaksin sebagai pendorong ekonomi global juga disampaikan lembaga Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD). Lembaga itu pada Juni lalu memperingatkan, gelombang kedua infeksi Covid-19 pada akhir tahun bisa menghentikan peluang dan proses pemulihan ekonomi. Maka, didorong agar para pembuat kebijakan untuk memastikan kondisi kesehatan masyarakat dan menjaga dukungan fiskal sehingga proses pemulihan berlanjut.
OECD memperkirakan aktivitas akan terus dibatasi dengan jarak sosial, sebagian perbatasan kemungkinan besar akan tetap tertutup hingga paruh pertama tahun 2021.
Bertahap
Ekonomi global diperkirakan akan mendapatkan momentum secara bertahap. Ini terkait proyeksi vaksinasi yang akan dilakukan di seluruh negara OECD selama tahun 2021. Setelah turun tajam sebesar 4,2 persen tahun ini, PDB dunia diproyeksikan naik sebesar 4,2 persen pada 2021. China diperkirakan mencakup sepertiga dari total proyeksi pertumbuhan PDB tahun depan.
Kepala Ekonom OECD Laurence Boone mengingatkan, kemungkinan pemulihan tidak akan merata di sejumlah negara dan sektor sehingga bisa berdampak pada perubahan jangka panjang ekonomi dunia. Negara-negara dengan program tes, pelacakan kasus, dan isolasi kasus positif Covid-19 yang efektif diperkirakan mempunyai kinerja ekonomi lebih baik. Langkah-langkah itu akan didukung vaksinasi yang efektif dan distribusi vaksin yang cepat.
Tingkat kepercayaan dan keyakinan warga dunia atas perekonomian mungkin terpukul jika masalah muncul dalam distribusi atau efek sekunder tak terduga dari vaksin. ”Dengan prospek vaksin dan manajemen virus yang lebih baik, gambaran ekonomi global terlihat lebih cerah, tetapi situasinya tetap genting, terutama bagi mereka yang tingkat keterampilannya rendah dan untuk usaha kecil yang kesulitan,” kata Boone.
Pernyataan Boone soal performa tes, penelusuran kasus, dan isolasi kasus positif Covid-19 serta kaitannya dengan kinerja ekonomi negara seolah mengingatkan bahwa pandemi yang terjadi saat ini adalah krisis kesehatan yang menyebabkan, salah satunya, krisis ekonomi. Dengan begitu, apa pun rencana pemulihan ekonomi yang dimiliki akan tetap bergantung pada bagaimana pemerintah mencegah penularan dan penyebaran, menelusuri kasus positif, dan merawat pasien positif Covid-19.
Waspadai ilusi
Hadirnya vaksin memang memberikan tambahan ”senjata” untuk memenangi perang melawan pandemi. Namun, terlalu mengandalkan vaksin sama saja menciptakan ilusi bahwa hanya vaksin yang bisa menghentikan pandemi. Vaksin merupakan salah satu opsi intervensi yang dapat ditempuh untuk mengendalikan pandemi.
Seperti dikutip The Harvard Gazette, Kamis (10/12/2020), Dekan Fakultas Kedokteran Harvard University, George Daley memperingatkan bahwa keberhasilan pengembangan dan distribusi vaksin Covid-19 tidak boleh membuat dunia terlalu percaya diri. Sikap ini sama bahayanya dengan ketidakpercayaan pada vaksin.
”Ketidakpercayaan pada vaksin berbahaya, tetapi kepercayaan berlebihan pada vaksin juga sama bahayanya,” ujar George. ”Kita harus mewaspadai bahaya melihat vaksin sebagai peluru perak. Vaksin tidak akan menawarkan solusi dalam semalam. Kita harus meredam optimisme kita dengan satu dosis kenyataan dan mempersiapkan diri dengan pencegahan penularan dan pembatasan sosial selama berbulan-bulan selama vaksinasi berjalan.”
Dalam acara daring When Public Health Means Business yang disponsori oleh TH Chan School of Public Health, Harvard University, dan jurnal kedokteran New England Journal of Medicine, Rabu (9/12/2020), Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular AS Anthony Fauci menyampaikan prediksinya soal vaksin.
Fauci memperkirakan, kekebalan kelompok di AS akan tercapai di akhir kuartal ketiga jika cakupan vaksinasi Covid-19 yang dimulai di kuartal kedua sebesar 75-80 persen. Namun, apabila cakupan vaksinasi Covid-19 hanya 40-50 persen, kekebalan kelompok akan sangat lama tercapai.
Itu baru bicara AS saja, belum dunia. Dengan mayoritas stok vaksin Covid-19 dikuasai negara kaya, bagi negara berkembang—jangankan mencapai kekebalan kelompok—untuk mendapatkan kebutuhan vaksinnya saja masih harus antre lama.
Fauci juga mengingatkan bahwa sambil vaksinasi berjalan, pencegahan primer dengan memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak harus tetap disiplin dijalankan.
Di tengah optimisme bahwa perekonomian tahun depan akan lebih baik dengan adanya vaksin Covid-19, ditemukannya strain baru virus korona baru (SARS-CoV-2) di Inggris dan sejumlah negara bakal menjadi tantangan baru pada 2021. Kemampuan strain B117 ini menyebar hingga 70 persen lebih mudah dibandingkan versi sebelumnya, menuntut kedisiplinan setiap penduduk mematuhi protokol kesehatan serta keseriusan pemerintah setiap negara mencegah penularan dan mengendalikan penyebaran Covid-19.
Tidak ada salahnya membangun optimisme memasuki tahun yang baru setelah vaksin Covid-19 tersedia. Namun, dengan jumlah korban meninggal akibat Covid-19 mencapai lebih dari 1,7 juta jiwa, dunia butuh porsi kesungguhan yang lebih besar untuk mengendalikan pandemi bersama-sama tanpa meninggalkan satu negara pun. (AFP/REUTERS)