Sejumlah keluhan yang masih dirasakan membuat penyintas Covid-19 berjejaring lewat forum di media sosial. Bermula dari situ, jejaring solidaritas dan persaudaraan di antara mereka juga turut terjalin.
Oleh
ADITYA DIVERANTA/SATRIO PANGARSO WISANGGENI
·4 menit baca
KOMPAS/ADITYA DIVERANTA
Sejumlah pasien dan penyintas Covid-19 bertanya dalam grup Covid Survivor Indonesia di media sosial Facebook, Selasa (8/12/2020). Grup ini menjadi forum berbagi informasi para penyintas terkait keluhan setelah sembuh dari Covid-19.
Bermula dari rasa tidak puas saat berkonsultasi dengan dokter, Alida Susanti (40) terus mencari informasi terkait keluhan yang dialami setelah sembuh dari paparan Covid-19. Setelah berstatus negatif pada 4 November 2020, dia masih kerap mengeluhkan rasa lemas dan napas yang agak sesak saat beraktivitas di rumah.
Dokter saat itu bilang kepadanya, meski telah berstatus negatif, sebagian pasien mungkin masih merasakan sejumlah keluhan tertentu. Pernah pula saat berkonsultasi dengan seorang dokter lain, Alida tidak diperiksa dan hanya dinasihati agar menjaga protokol kesehatan.
Kurang puas dengan jawaban itu, Alida terus mencari sumber informasi lain. Dia juga mendapat rekomendasi sejumlah teman agar berjejaring dengan sesama penyintas di forum internet. Kemudian, dia menemukan grup bernama ”Covid Survivor Indonesia” di media sosial Facebook.
Dari grup tersebut, Alida baru mengetahui istilah long covid untuk sejumlah keluhan yang dia alami. Sebagian penyintas Covid-19 membagi kondisi serupa sehingga dia tahu bahwa dirinya tidak mengalami keluhan itu sendirian.
”Di grup ini, saya akhirnya mendapat sedikit penjelasan tentang keluhan yang belakangan kurasakan. Saya menjadi agak tenang karena saya bukan satu-satunya orang yang mengalami ini. Ternyata saya enggak halusinasi, banyak juga yang merasakan,” ujar Alida, Senin (7/12/2020) silam.
Itulah sepintas cerita perjumpaan Alida dengan forum jejaring penyintas Covid Survivor Indonesia. Alida adalah satu dari ratusan penyintas yang tergabung di dalam grup itu. Hingga Minggu (20/12/2020), terdapat sekitar 422 orang yang tergabung dalam grup Covid Survivor Indonesia.
Seiring dengan laju kasus Covid-19 di Indonesia yang terus tinggi, muncul pula forum media sosial di kalangan penyintas sebagai wadah berbagi informasi. Forum itu belakangan juga menjadi wadah curahan hati dan keluh kesah para penyintas di tengah pandemi Covid-19.
KOMPAS/SATRIO PANGARSO WISANGGENI
Salah satu penyintas Covid-19 yang mengalami gejala Long Covid, Juno (kiri), menunjukkan lembaran kuitansi pembayaran konsultasi dan obat untuk meringankan berbagai gejala long covid, saat diwawancarai secara virtual pada Senin (7/12/2020).
Juno (36), seorang yang menginisiasi grup Covid Survivor Indonesia, paham betul bagaimana rasanya sendirian berjuang sebagai penyintas Covid-19. Saat terpapar Covid-19 pada periode Maret-Mei, informasi yang beredar terkait penyembuhan dan pasca-kesembuhan masih terbatas. Juno kerap menggali sendiri informasi melalui jurnal ilmiah dari berbagai publikasi internasional di internet.
Di grup ini, saya akhirnya mendapat sedikit penjelasan tentang keluhan yang belakangan kurasakan. Saya menjadi agak tenang karena saya bukan satu-satunya orang yang mengalami ini. Ternyata saya enggak halusinasi, banyak juga yang merasakan.
Setelah dinyatakan sembuh, Juno mulai membikin grup Covid Survivor Indonesia pada 1 Agustus 2020. Melalui grup itu, dia menyampaikan berbagai perhatian terkait masalah Covid-19. Salah satu fokusnya itu adalah soal fenomena Long Covid, yakni gejala yang berkelanjutan setelah pasien berstatus negatif Covid-19.
Pertemanan Juno dengan sesama penderita long covid dari seluruh dunia turut membukakan jalan untuk bertemu langsung secara virtual dengan Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus pada akhir Agustus, bersama perwakilan penderita long covid dari sejumlah negara lainnya.
Pertemuan ini pun menjadi salah satu pengakuan WHO paling awal mengenai keberadaan long covid. Tedros meyakinkan bahwa WHO juga akan mendukung program riset mengenai fenomena yang masih misterius ini.
Merasa didengar
Kehadiran grup Covid Survivor Indonesia menjadi wadah bagi para penyintas untuk lebih didengar. Alida, misalnya, merasakan bahwa selama bergabung di grup Covid Survivor Indonesia, dia merasa lebih didengarkan oleh sesama kalangan penyintas. Hal ini terasa cukup berbeda dengan dukungan dari teman yang belum terpapar atau bahkan dari kalangan keluarga yang belum terpapar sekalipun.
”Semangat dari sesama penyintas seperti memberi energi yang lain. Mungkin sebagian keluarga yang belum terpapar hanya akan mengingatkan untuk banyak berdoa, istirahat, tetapi kurang bisa mendalami keluhan yang sedang aku rasakan. Mungkin dari situ, dukungan sesama penyintas jadi terasa berbeda,” ucap Alida.
Landhyta Swastika (27), penyintas Covid-19 dari Depok, Jawa Barat, juga merasakan suasana yang positif dan memotivasi dari grup Covid Survivor Indonesia. Suasana positif itu terutama karena tidak ada pihak mana pun yang terasa menyalahkan penyintas. Tidak ada pula stigmatisasi yang muncul di kalangan sesama penyintas.
”Pertama-tama, grup itu membuat saya merasa enggak sendirian. Kedua, para penyintas di sana sudah enggak lagi fokus ngebahas soal kita terpapar karena apa. Mereka semua fokus untuk kesembuhan sesama penyintas,” jelas Landhyta.
Seorang penyintas Covid-19, Landhyta Swastika (27), menceritakan pengalamannya hingga saat ini bergulat dengan long covid, saat ditemui secara virtual pada Minggu (6/12/2020).
Dokter Divisi Rehabilitasi Kardiorespirasi Departemen Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Cipto Mangungkusumo Deddy Tedjasukmana menuturkan, kehadiran grup penyintas bisa jadi mendukung riset terhadap keluhan yang dialami oleh para penyintas. Meski begitu, pendekatan kepada grup tersebut belum banyak dilakukan oleh kalangan kesehatan.
Deddy mengatakan, pendekatan dengan kelompok penyintas mungkin perlu dilakukan secara intensif di masa yang akan datang. Hal itu terutama untuk mengetahui kondisi gejala sisa Covid-19 atau dampak berkelanjutan lainnya yang mereka alami. ”Ke depan, mungkin perlu ada pendekatan semacam itu,” ujarnya dalam webinas rehabilitasi medik yang diadakan RSUPN Cipto Mangunkusumo, 3 November 2020 lalu.
Juno berharap, seiring dengan ada forum Covid Survivor, kalangan ahli kesehatan dan pemerintah lebih mendengar keluhan para penyintas. Terutama terkait fenomena long covid, dia berharap pemerintah dan dunia kedokteran Indonesia mulai menganggap serius keberadaan fenomena ini.
Masyarakat pun perlu diberi pemahaman bahwa long covid adalah ancaman nyata bagi mereka yang terpapar Covid-19. Lalu, dengan kerangka berpikir tersebut, pemerintah dapat menyediakan pelayanan kesehatan bagi para penderita long covid ini sekaligus mempelajari penyakit ini lebih jauh.