Penundaan ke Rumah Sakit Penyebab Tingginya Kematian Covid-19
Rata-rata pasien Covid-19 yang meninggal di Jakarta hanya dalam 11 hari setelah munculnya gejala, lebih cepat dibandingkan data di sejumlah negara lain.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Rata-rata pasien Covid-19 yang meninggal di Jakarta hanya dalam 11 hari setelah munculnya gejala, lebih cepat dibandingkan data di sejumlah negara lain. Kematian anak-anak di bawah lima tahun juga tertinggi. Dua kondisi ini di antaranya disebabkan keterlambatan deteksi dini dan perawatan pasien masuk di rumah sakit.
Data ini didapatkan dari studi retrospektif berbasis rumah sakit di Jakarta selama lima bulan pertama pandemi Covid-19. Hasil kajian yang ditulis tim peneliti dari Eijkman-Oxford Clinical Research Unit (EOCRU) bersama Dinas Kesehatan Jakarta. Peneliti lain berasal dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Imperial College London.
Henry Surendra, peneliti EOCRU yang menjadi penulis pertama kajian ini, Selasa (1/12/2020), menyebutkan, analisis dilakukan terhadap data 4.265 orang dewasa dan anak-anak terkonfirmasi Covid-19 yang dirawat di 55 rumah sakit rujukan. Hasil kajian dalam proses pemuatan di jurnal ilmiah, tetapi sudah bisa diakses di laman medRxiv.
Dalam kajian ditemukan, pola penyakit pasien di Jakarta mencerminkan kondisi global, dengan pasien biasanya datang dengan beberapa gejala demam, batuk, malaise, dan atau sesak napas, dan hampir 40 persen memiliki diagnosis klinis pneumonia saat masuk. Kematian secara keseluruhan mencapai 12 persen atau 497 dari 4265 kasus.
Kajian ini juga menemukan, meskipun mayoritas atau 57 persen dari semua kematian lebih muda dari 50 tahun, termasuk 5 persen anak-anak, sebagian besar atau 78 persen (383 orang) yang meninggal berusia 50 tahun atau lebih. Kematian meningkat seiring bertambahnya usia, dari 7 persen pada pasien usia 40-49 tahun menjadi 34 persen pada pasien berusia 70 tahun.
Meskipun sebagian besar kematian atau 78 persen (383 orang) berumur 50 tahun atau lebih, kematian terjadi di semua kelompok umur. Kematian berdasarkan usia adalah 11 persen berumur 0-4 tahun, 4 persen berumur 5-9 tahun, 2 persen umur 10-19 tahun, 3 persen umur 20-29 tahun, 3 persen 30-39 tahun, 7 persen umur 40-49 tahun, 16 persen umur 50-59 tahun, 22 persen umur 60-69 tahun, dan 34 persen 70 tahun.
Angka kematian terkait Covid-19 secara keseluruhan di Jakarta mencapai 12 persen, jauh lebih rendah daripada yang dilaporkan di negara-negara berpenghasilan tinggi, misalnya, di AS 21 persen dan Inggris 26 persen. Namun, populasi di negara-negara tersebut cenderung lebih tua, dengan lebih banyak komorbiditas dan lebih sering muncul dengan penyakit parah.
”Kematian keseluruhan yang lebih rendah di Jakarta kemungkinan besar didorong oleh usia rata-rata yang lebih rendah dari populasi rumah sakit,” tulis Henry.
Sebaliknya, analisis nasional pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 di China melaporkan kematian keseluruhan hanya 3,1 persen. Akan tetapi, dalam populasi tersebut, kasus dan penyakit penyerta yang parah relatif jarang terjadi, sedangkan usia rata-rata serupa dengan Jakarta.
Penelitian juga mengungkap, dari 5 persen total kematian anak-anak, sebanyak 11 persen (7 anak) di antaranya adalah berumur di bawah 5 tahun. Sebagai perbandingan, data surveilans nasional di Indonesia melaporkan angka kematian kasus pada anak usia 0 - 5 tahun sebesar 1 persen.
Disebutkan, angka ini jauh lebih tinggi daripada angka kematian anak balita di India Selatan yang hanya ebesar 0,16 persen. Beberapa penelitian lain di China, Brasil, Uganda, dan Afrika Selatan juga menyebutkan, kematian terkait Covid pada anak di bawah usia 5 tahun sangat jarang terjadi. Sebuah tinjauan data dari AS, Korea dan Eropa pada awal epidemi memperkirakan tingkat kematian kasus secara keseluruhan di antara anak-anak (0-19 tahun) hanya 0,03 per 100.000.
Analisis Henry dan tim, faktor yang menjelaskan tingginya angka kematian di antara anak-anak di rumah sakit Jakarta di antaranya penundaan pengobatan, kapasitas perawatan intensif anak yang terbatas, adanya kondisi yang mendasari seperti keganasan atau malanutrisi. ”Investigasi lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi tingkat dan penyebab kematian di antara anak-anak dengan Covid-19 di Jakarta,” katanya.
Dalam kajian ini juga ditemukan, di Jakarta, waktu rata-rata dari munculnya gejala sampai kematian hanya 11 hari, lebih pendek dari rata-rata 6 hari dibandingkan di negara lain. Misalnya, di Jepang rata-rata 17 hari, China 18,5 hari, dan Amerika Serikat 12,7 hari. Hal ini dapat menunjukkan kemungkinan penundaan dalam masuk rumah sakit dan pengobatan.
Temuan ini sejalan dengan pengamatan Akmal Taher, Guru Besar Kedokteran Universitas Indonesia, yang pernah menjabat Kepala Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satuan Tugas Penanganan Covid-19. Menurut dia, tingginya kematian pasien Covid-19 di antaranya disebabkan oleh keterlambatan pasien datang ke rumah sakit.
Di tengah peningkatan angka kasus dan pasien ke rumah sakit, menurut Akmal, risiko kematian pasien akan semakin tinggi karena ketersediaan tempat perawatan yang semakin terbatas. ”Saat ini rata-rata kalau di Jakarta dan sekitarnya pasien sudah menumpuk di IGD (instalasi gawat darurat) karena tidak bisa masuk ke ruang isolasi dan ICU (ruang perawatan intensif). Informasi serupa juga kami peroleh dari berbagai daerah lain,” kata Akmal.