(Tulisan 11 dari 16) Kampanye politik sembako banyak ditemukan di rusun-rusun Jakarta. Aspirasi warga masih diabaikan.
Oleh
VAN/FRD/JOG/ILO
·3 menit baca
Senam sore yang diikuti puluhan ibu-ibu berlangsung meriah di kompleks permukiman warga yang berjarak puluhan meter dari Rumah Susun Milik Bidara Cina, Jatinegara, Jakarta Timur, Selasa (28/11/2023) sore. Senam sore itu sejatinya kegiatan seorang calon anggota legislatif (caleg) untuk kursi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi DKI Jakarta.
Sepintas, tak ada atribut caleg atau partai dalam kegiatan olahraga sore itu. Namun, di tempat berbeda, tepatnya di Blok 2D Rusun Bidara Cina, tampak ada ibu-ibu rusun yang tengah berkumpul. Mereka serius mendengar penjelasan dari seorang perempuan setengah baya.
Perempuan yang mengaku istri salah satu caleg itu menjelaskan kepada warga sembari memegang contoh surat suara. Dia meminta warga untuk menghafal nomor partai dan nomor urut caleg yang sedang disosialisasikan.
”Ingat, buka kertas suara. Di sini, ada calon legislatif nomor urut 1. Nanti pilih nomor 1 ya, itu suami saya,” katanya.
Setelah menjelaskan berkali-kali, perempuan itu kembali bertanya kepada ibu-ibu rusun yang berkumpul sore itu. Mereka diminta mengulang nomor partai dan nomor urut calon anggota legislatif yang disosialisasikan sore itu.
Setelah warga di rusun itu mengerti, mereka diminta mengumpulkan fotokopi identitas diri berupa kartu tanda penduduk (KTP) dan kartu keluarga (KK) kepada anggota tim yang menggelar sosialisasi itu. Warga kemudian diarahkan ke sisi lain rusun dan dibagikan sembako berupa 5 kilogram beras dan 1 liter minyak goreng.
Aktivitas sosialisasi yang berlangsung selama sekitar 3 jam itu berlangsung tanpa ada sosialisasi mengenai visi dan misi dari caleg. Tim kampanye hanya fokus menjelaskan nomor urut partai, nomor urut caleg, mengumpulkan fotokopi KTP, KK, dan membagikan sembako.
Wandi (47), salah satu warga Blok D, Rusun Bidara Cina, mengatakan, aktivitas sosialisasi caleg tingkat provinsi hingga pusat mulai ramai di tempatnya sejak satu pekan terakhir menjelang masa kampanye resmi yang dimulai sejak 28 November 2023. Setiap caleg yang datang tak banyak yang bertanya tentang keinginan dan harapan warga.
”Mereka paling hanya kumpul KTP dan bagi-bagi sembako. Sudah sekitar lima caleg yang ke sini. Kami terima saja, kalau dikasih sembako,” ucapnya.
Mereka paling hanya kumpul KTP dan bagi-bagi sembako. Sudah sekitar lima caleg yang ke sini. Kami terima saja kalau dikasih sembako.
Menurut lelaki asal Bandung, Jawa Barat, itu, sembako yang dibagikan kepada warga tak berarti mengikat mereka memilih calon-calon anggota legislatif itu. Apalagi sebagian caleg yang datang sama sekali tak pernah dikenal warga.
Politik sembako juga menyasar Rumah Susun Sewa (Rusunawa) Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara. Rusunawa milik Pemprov DKI Jakarta itu tampak bersih dari baliho caleg, Senin (4/11/2023) pagi. Baliho dan poster hanya ditemukan di jalan depan rusunawa. Namun, di rusun-rusun itu masih banyak ditemukan stiker caleg yang ditempel di tembok unit-unit rusun.
Siti Halimah (40), salah satu warga di Rusun Muara Baru, mengakui, aktivitas kampanye caleg jarang ditemui di sekitar area rusun. ”Yang muncul hanya tim sukses. Banyak sekali warga sini yang jadi tim sukses. Kemarin ada yang ngasih beras dan minyak goreng,” katanya.
Ibu dua anak itu sudah dua kali mendapat bantuan sembako dari tim sukses caleg. Sembako pertama yang dia peroleh ialah beras 5 kg. Berselang berapa hari kemudian, dia juga mendapat bantuan minyak goreng berukuran 2 liter dari tim sukses calon anggota legislatif lainnya.
”Kalau momen pemilu seperti ini, banyak sekali yang ngasih bantuan. Namanya juga bantuan untuk kebutuhan sehari-hari, ya, saya terima saja,” katanya.
Halimah tak mengenal satu pun tim sukses dari caleg-caleg pemberi sembako. Dia pernah mengalami situasi seperti saat ini di Pemilu 2019. Saat itu, dia tak hanya menerima sembako, tetapi juga uang tunai.
”Ada dua-tiga caleg di Pemilu 2019. Uang yang dikasih Rp 100.000 per caleg,” ucapnya, yang kemudian mencoblos caleg pilihannya, bukan pemberi sembako.