Kisah Mereka dari Balik Situs Judi
(Tulisan 4 dari 19). Mereka yang bekerja di situs judi daring berbagi cerita pekerjaan. Ada yang berhenti dan ada yang terjebak adiksi judi.
Kemenangan terbesar adalah berhenti. Tidak hanya bagi pemain, tetapi juga bagi para bandar atau mereka yang berada di balik situs-situs judi daring. Mereka memilih meninggalkan keuntungan berkali-kali lipat, yang akan terus masuk walaupun ditinggal tidur.
Pada Rabu (15/11/2023) pagi, tim mendapat kesempatan mengobrol dengan Dennis Lim Setiawan (32) yang populer dipanggil Ustaz Dennis, via Zoom. Dennis adalah pendakwah muda yang kini populer karena cara berdakwahnya yang atraktif, sekaligus latar belakangnya yang pernah menjadi bandar judi.
Baca juga: Judi "Online" Mengepung Indonesia dari Kamboja
Berbagai video Dennis dalam berbagai siniar (podcast), yang membahas latar belakang dirinya sebelum menjadi ustaz, selalu viral karena ditonton berjuta-juta kali. Dari kediamannya di Bogor, Jawa Barat, Dennis bercerita kepada Tim Kompas tentang awal perjalanannya di dunia gelap itu hingga akhirnya sampai pada titik yang sekarang.
Menurut Dennis, ia berada di lingkaran judi lebih kurang selama tiga tahun dari 2014 sampai 2017. Bukan di Indonesia, melainkan di perbatasan antara Kamboja dan Thailand. Sebelum diajak teman dan berangkat ke luar negeri, Dennis pernah bekerja di salah satu perusahaan di Jakarta. ”Ternyata itu (perusahaan) cuma sampingannya. Usaha utamanya yang di sana (Kamboja) dan saya direkrut untuk mengurus (perjudian) yang di sana,” kata Dennis.
Selama dua tahun, Dennis bekerja di kasino daring. Selain gaji, ia juga mendapatkan fasilitas apartemen gratis dari perusahaan tempatnya bekerja. Dennis tidak sendiri dari Indonesia. Menurut dia, pada tahun 2015 sudah ada ribuan orang Indonesia di perbatasan Kamboja dengan Thailand, Kamboja dengan Vietnam, termasuk di kota Sihanoukville di Kamboja.
Baca juga: Wajah Bersolek Perjudian Mengarungi Zaman
Meski tiga tahun berada di lingkaran judi daring, Dennis menegaskan, dirinya tidak ikut bermain. ”Saya jatuhnya enggak kecanduan main. Justru sebetulnya enggak suka. Karena memang dulu, dari yang senior-seniornya (pekerja judi) juga suka ngasih nasihat gitu, ya,” kata Dennis.
Nasihat itu, kata Dennis, adalah soal main judi daring yang pasti berujung sia-sia atau kekalahan.
”Mohon maaf, ya. Bahasanya, jangan makan dan buang air di piring yang sama. Dalam artian, kalau kita makannya dari judi waktu itu, ya, jangan main judi. Kamu pasti hancur. Jadi, ya, kita bandarnya, kita menyediakan wadahnya, kita menyediakan, menawarkan harapan tentang siapa pun yang pengin kaya cepat, ya, pilihannya adalah ini,” kata Dennis.
Menurut Dennis, hal itu tidak lain karena judi daring sudah diprogram agar bandar selalu menang.
”Karena, ya, kita sudah punya sistem. Di sistem itu, ya, IT-nya sudah diprogram secara algoritmanya, pasti bandar yang menang, bukan yang kalah,” kata Dennis.
Kemudahan mengoperasikan judi daring di luar negeri tidak lepas dari legalitas aktivitas judi darat di sana. Berbeda dengan di Indonesia yang memang melarang judi darat. Menurut Dennis, mereka tinggal menyewa tempat di kasino yang telah berlisensi dan tentunya punya beking kuat.
”Kalau misalnya suatu ketika digerebek, ya, kami akan diakui sebagai sub-unit dari gedung kasino tersebut. Ini adalah sub-unit online-nya. Jadi tetap kami juga ada bayar upeti ke sana supaya bisa beroperasi,” kata Dennis.
Perekrutan tim
Dennis akhirnya membuka judi daring sendiri pada tahun 2016. Menurut dia, ia pernah sampai pada keuntungan bersih hingga Rp 80 juta per hari. Padahal, bisnis judi daring-nya itu disebutnya masih berskala kecil-menengah saja.
Perekrutan tim pengoperasian judi daring juga tidak susah. Apalagi dengan iming-iming tiket pesawat gratis, gaji Rp 3,5 juta per bulan bersih (2015), mendapat uang makan, dan tempat tinggal gratis. Menurut Dennis, bagi buruh warga negara Indonesia yang hanya lulusan SD atau SMP, imbalan demikian sudah lebih dari cukup. Di samping itu, ada juga orang khusus yang menjalankan peran mencari tenaga kerja tersebut (head hunter). Terkait dengan tim kerja, Dennis mengaku mencari sendiri dari lingkungan atau teman-temannya.
Kebutuhan penting lain untuk bisnis judi daring, seperti rekening, juga harus disiapkan. ”Kita jelas butuh rekening. Nah, itu rekening juga ada yang jual. Penjual rekening bodong itu juga ada. Ini karena kita enggak mungkin pakai nama sendiri dong rekeningnya,” kata Dennis.
Menurut Dennis, investasi yang dikeluarkan di awal paling untuk menyewa kantor, membayar karyawan, termasuk membeli komputer dan pasang internet. Tiga karyawan di awal sudah cukup untuk customer service (CS) dan admin.
Baca juga: Gim, Judi Daring, hingga Dampak Kenaikan Suku Bunga
Sementara itu, terkait dengan gim yang dipasang di situs, bergantung pada pembicaraan dengan agen penyedia gim. Persentase pembagian baik keuntungan maupun kerugian antara agen dan pemilik situs juga dibicarakan.
Di luar itu, para pemilik situs juga harus siap-siap jika ada oknum ”reseh” yang meminta setoran. Baik dari Indonesia maupun di luar negeri (Kamboja). Dennis mengaku setorannya untuk oknum dari Tanah Air berkisar Rp 3 miliar-Rp 4 miliar per bulan.
Titik balik
Seperti orang kebanyakan, sebelum terjun ke bisnis judi daring, Dennis mengira punya uang banyak adalah kunci bahagia. Namun, justru keuntungan besar saat mengelola situs judi daring sendiri menjadi titik balik Dennis ke kehidupannya sekarang.
”Dulu saya kira punya uang banyak itu bahagia, ya. Apalagi, namanya masih muda. Pengin jadi kebaikan buat orangtua. Karena sempat ada kondisi ayah sakit, ada utang yang harus dibayar dan nominalnya enggak sedikit, anak pertama dari empat bersaudara, adik-adik masih sekolah. Ya, ada doronganlah, ya, untuk begitu (terjun bisnis judi daring),” kata Dennis.
Setelah semua keinginan duniawi terwujud, Dennis malah merasa gelisah. ”Anggaplah kita beli handphone baru. Hari pertama menyenangkan, tahun kelima belum tentu. Dilempar-lempar, ditaruh di bawah, jadiinganjelan juga biasa aja, kan,” kata Dennis.
Ia mengira hal itu hanya perasaan sendiri. Namun, dalam pertemuan dengan bandar besar judi daring lainnya yang jauh lebih kaya darinya, dorongan untuk berhenti semakin kuat.
”Ketika bergaul dengan (bandar) yang benar-benar lebih besar, yang lebih kaya lagi pun, malah nemu hal-hal yang kayak mereka, tuh, punya masalah masing-masing-lah. Ada yang anaknya kecanduan judi, obat. Di kasino lain, ada yang pemiliknya mati kena HIV-AIDS, dipenjara, hingga dikhianati istri,” kata Dennis.
Dennis mengaku sempat yakin bahwa masih ada cerita yang berakhir bahagia dari para bandar dan pemilik judi daring. Tetapi, pada akhirnya, ia tidak menemukan satu pun contoh bahagia tersebut.
Sebelum akhirnya pulang ke Tanah Air pada 15 Maret 2017, Dennis sempat dilanda dilema apakah keputusannya tepat. Ia bingung, jika pulang, pekerjaan apa yang bisa dijalaninya di Indonesia. ”Tahu-tahu, di kasino lihat potongan video ceramah Aa’ Gym (Abdullah Gymnastiar) terkait rezeki. Katanya, kalau kamu masih takut sama rezeki, ya, kalah dong sama janin. Janin shalat enggak bisa, kerja enggak bisa, ibunya makan apa pun, tetap tuh diatur ini vitamin, mineral, dialirkan darah masuknya ke mana. Pertanyaannya, kan, itu janin yang nyari rezeki atau rezekinya yang datengin janin?” tutur Dennis.
Ceramah pendek itu benar-benar membuka mata Dennis. ”Ya Allah, bodoh ternyata saya teh selama ini. Ya sudah ditutup kajiannya, pesen tiket, pulang, ngaji sampe sekarang nyantri,” kata Dennis.
Dalam proses hijrah itu, Dennis mengaku benar-benar mulai dari nol. Semua hal, termasuk uang dari hasil judi daring, ia tanggalkan. Sebelum menjadi seperti sekarang, ia sempat berjualan kaus kaki hingga jadi kurir ekspedisi. Citra ustaz yang kini fokus berdakwah soal buruknya perjudian melekat pada sosok Dennis. Itu membuatnya kerap dicolek dan diancam ”rekan lama”. Akan tetapi, itu tidak membuatnya gentar karena, baginya, mereka juga sebenarnya ingin berhenti.
”Yang sekarang sudah jadi bandar-bandar besar dan banyak duit juga enggak ada yang pengin selamanya kayak begitu. Cuma tinggal (persoalan) yang masih menghalangi, kan, kamu sanggup enggak ninggalin semua uang sebanyak itu,” kata Dennis.
Tidak hanya ”rekan lama”, para pemain juga banyak yang datang kepadanya. Tidak sedikit yang benar-benar berhenti dan meninggalkan judi daring seperti dirinya.
”Pokoknya kemenangan terbesar dari seorang penjudi adalah ketika bisa berhenti,” kata Dennis.
”Win rate” diatur
Selain dengan Dennis, Tim Kompas juga bertemu dengan Hafid (30), bukan nama sebenarnya, di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (16/11/2023) malam. Jika Dennis adalah pemilik situs judi, Hafid berperan sebagai customer service (CS) di sebuah situs judi.
Hafid menuturkan, pada awal 2021 ia sedang dilanda kesusahan dan butuh uang untuk biaya perawatan mendiang pamannya yang mengalami depresi. Sekali dalam dua minggu, pamannya membutuhkan biaya hingga Rp 500.000 untuk obat penenang dari dokter. Pada saat yang sama, Hafid juga perlu biaya untuk kebutuhan neneknya yang kini sudah tiada.
Sialnya, ketika itu Hafid sedang menganggur. Di tengah kebuntuan, seorang teman menawari dia bekerja di tempat judi sebagai CS, medio Maret 2021. Meski sedikit bingung, Hafid menerimanya.
Jika Dennis merantau ke luar negeri, Hafid tetap di Indonesia. Perusahaan judi daring yang merekrutnya berlokasi di Jakarta Barat.
”Lokasinya semacam apartemen. Di Jakarta Barat. (Jakarta) Barat itu sarangnya. Perbatasan Teluk Gong sampai barat, ke sana, sampai Cengkareng,” tutur Hafid.
Hafid mengatakan, ia menjadi CS untuk delapan situs judi daring dan menurut dia masih skala kecil. Sebagai CS, Hafid bertugas melayani keluhan pelanggan dengan waktu kerja 12 jam. Mulai dari deposit bermasalah, gagal penarikan (withdraw), hingga makian pemain soal gim rusak yang menjadi penyebab kekalahan mereka.
Baca juga: Uang Judi Gagal Membangun Kota, ”Bang Oma” Sudah Ingatkan
Hafid mengatakan tidak bekerja sendiri. Untuk mengelola situs yang menurut dia berskala kecil itu, ada 15-20 orang. Perannya pun beragam, dari CS, teknologi informasi (TI), hingga mencari rekening bank untuk menampung deposit pemain judi. Latar belakang mereka dari tukang warteg, anak SMA, hingga penjaga warnet.
Dari ruangan kecil yang menyerupai warnet dengan sejumlah komputer, Hafid dan rekan-rekannya mengelola situs judi daring. Meski demikian, seperti Dennis, menurut Hafid, dia tidak pernah ikut bermain.
”Enggak kalau main, mah. Karena tahu judi enggak bakalan ada yang menang. Jadi selama ini saya kerja di situ, tuh, enggak ada yang menang. Mau ada yang menang Rp 4 juta, dia pasti hancur di tempat (situs) lain,” kata Hafid.
Menurut Hafid, hal itu sangat bisa dilakukan oleh pengelola situs. Misalnya dengan mengatur persentase kemenangan (win rate).
”Jadi gini, Mas, misalnya, kalau Mas, saya tahu, habis depo nih. Soalnya habis menang kemarin, misalnya. Aku pasti lapor sama bos. Bos, ini si A, dia habis depo. Ya udah tapi win rate-nya turunin. Kadang-kadang win rate-nya udah otomatis jalan. Cuma ada beberapa, tuh, algoritma itu, kan, enggak semuanya sempurna, kan. Ada yang di-setting lagi,” tutur Hafid.
Alih-alih bermain, justru Hafid melihat hal lain di ruang mereka bekerja. Misalnya, rekan-rekannya yang justru rajin ibadah.
”Makanya, aku juga baru nemu. Itu mereka shalat, ya, shalat, puasa, ya, puasa,” kata Hafid.
Selama bekerja di perusahaan judi daring tersebut, Hafid mendapat gaji Rp 6 juta-Rp 7 juta per bulan. Ada bonus juga jika semakin banyak pemain yang kalah. Itu di luar fasilitas tempat tinggal (sekaligus kantor) dan makan dua kali sehari. Mereka juga diperbolehkan keluar jalan-jalan, misalnya ke mal.
”(Kerjanya) tujuh hari. Enggak ada libur. Sisanya (12 jam) buat tidur, di situ saja. Ya, paling keluar kamar kalau nonton, paling itu doang,” kata Hafid.
Meski mendapat gaji yang cukup, ditambah bonus, sehingga bisa membayar kebutuhan paman dan neneknya, Hafid mengaku tidak betah bekerja di sana. Hampir setiap hari berpikir untuk keluar.
”Aduh ingin keluar. Aku enggak ingin di tempat kayak gini lama-lama. Pengin cari kerjaan lain, tapi apa gitu,” kenang Hafid.
Penangkapan mantan perwira tinggi Polri Ferdy Sambo pada Agustus 2022 membuka jalan bagi Hafid. Sebulan setelah Sambo ditangkap, ia diusir dari kantor perusahaan judi daring tersebut. Pada momen itu, kata Hafid, berbagai operator judi daring, termasuk bos-bosnya, eksodus ke luar negeri, seperti Kamboja, untuk menyelamatkan diri. Hafid mengungkapkan, operator judi daring tempatnya bekerja juga rutin menyetor uang kepada oknum polisi.
Menjadi ”streamer”
Jika umumnya pekerja di belakang situs judi daring tidak bermain dan bisa berhenti sepenuhnya, lain cerita dengan Oni (28). Oni tidak hanya bekerja di situs judi daring, tetapi sekaligus bermain, bahkan membuatnya sempat terjerat pinjaman daring. Setelah terpuruk pun, hingga sekarang ia juga masih terus bermain.
Oni mengakui mulai mengenal judi online pada 2018-2019. Saat itu ia sudah menjadi karyawan di sebuah perusahaan swasta di Jakarta.
”Sebelumnya gue (main) judi darat aja. Misalnya, ketika ada pertandingan final Liga Champions, gue ajak teman taruhan gopek-gopek. Dan, judi gue pertama itu bukan slot. Gue main bacarat dulu, pertama gue sentuh. Setelah itu, parlays (judi bola) dan sekarang slot,” kata Oni.
Oni mengaku puncak kegilaannya bermain judi online pada 2021. Ia main hampir setiap hari. Terutama setelah menang paling besar di slot hingga Rp 37 juta dengan taruhan Rp 25.000 sekali putar.
Menurut Oni, saat itu ia bahkan sampai terjerat pinjaman online hingga Rp 120 juta demi bisa terus bermain judi daring. Bahkan, itu terjadi saat ia juga sudah menjadi bagian atau karyawan di situs judi daring.
Sejak 2021, ia mengambil pekerjaan sebagai seorang streamer. Tugasnya adalah menyiarkan atau mengalirkan konten secara langsung tentang judi daring di platform media sosial seperti Youtube.
Pekerjaan sebagai streamer adalah salah satu cara promosi judi daring yang sempat ramai. Para streamer bisa dibayar hingga ratusan juta sekali tayang. Saat ini, praktik itu sudah tidak bisa dilakukan karena bisa langsung diturunkan oleh penyedia platform.
Oni mengaku direkrut temannya yang lebih dulu menjadi streamer. Bayaran Rp 10 juta setiap bulan ia terima dari teman yang merekrutnya itu. ”Live di Youtube. Cuma gue enggak pake muka. Jadi tampilan gim saat gue main gim. Gue full 30 hari dengan live satu jam per hari. Dibayar Rp 10 juta per bulan. Jamnya bebas, yang penting orang situs melihat gue live aja,” kata Oni.
Tak seperti Dennis dan Hafid, Oni telanjur terjerat adiksi judi, yang mengikat dirinya harus menjalani realitas bekerja di perusahaan judi demi juga untuk berjudi. Sebuah pertaruhan hidup yang tak berujung.
Baca juga: Lingkaran Setan Judi Daring