Hasil Uji Lab: Gas Air Mata Picu Kematian di Kanjuruhan
Hasil uji laboratorium memastikan ada komponen ikutan dalam gas air mata yang ditembakkan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Komponen ikutan merupakan hasil penguraian senyawa utama di serbuk yang membahayakan.
Oleh
INSAN ALFAJRI, DHANANG DAVID ARITONANG, IRENE SARWINDANINGRUM, DEFRI WERDIONO, DAHLIA IRAWATI, ANDY RIZA HIDAYAT
·5 menit baca
UNDEFINED
Seorang warga menunjukkan foto penembakan gas air mata yang mengarah ke tribune penonton di sisi selatan Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Rabu (9/11/2022). Penembakan ini memicu kepanikan sehingga sejumlah penonton berdesak-desakan keluar, sementara yang lain lemas karena paparan gas air mata.
JAKARTA, KOMPAS — Tim Investigasi harian Kompas mendapatkan dua dokumen hasil pengujian laboratorium atas sampel gas air mata yang ditembakkan polisi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, seusai laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya di ajang BRI Liga 1 Indonesia, Sabtu (1/10/2022). Hasil uji di dua laboratorium ini mengungkap, selain senyawa CS gas yang menjadi komponen utama gas air mata, setidaknya ada empat senyawa lain yang ditemukan.
Hasil uji laboratorium salah satu perguruan tinggi negeri di Jatim menemukan, komponen utama gas air mata adalah O-chlorobenzylidene malononitrile sebanyak 49,6 persen. Senyawa ini dikenal dengan sebutan CS gas. Namun, ada empat komponen ikutan hasil penguraian CS gas yang ditemukan, yakni 2-chlorobenzaldehyde (36,5 persen), 0-chloropropylbenzene (11,6 persen), benzene (1,2 persen), dan benzyl dichloride atau p-Chlorobenzyl chloride (1,1 persen).
Menurut peneliti laboratorium berinisial AKS, empat komponen ikutan dari sampel gas air mata yang ditembakkan di Stadion Kanjuruhan memiliki sifat beracun, mudah terbakar, menimbulkan kerusakan organ tubuh, dan pada kondisi tertentu bisa memicu kematian. ”Semua senyawa bisa memicu kanker. Ketika kena paparan gas, maka akan menjadi senyawa berbahaya,” kata AKS ditemui kampusnya, Rabu (2/11/2022). Sampel yang diuji merupakan gas air mata yang ditemukan di tribune utara Stadion Kanjuruhan.
Memperparah
Menurut AKS, CS gas terurai menjadi empat senyawa berbahaya karena penyimpanan yang tidak layak, telah kedaluwarsa, serta akibat kelembapan udara. Senyawa ikutan ini teridentifikasi setelah peneliti melarutkan serbuk gas air mata dan memasukkannya ke mesin bernama Gas Chromatography Mass Spectrometer. ”Pada menit ke-29, kami mendapatkan spektra (seperti sidik jari) senyawa ini,” kata AKS.
Faktor lain yang memperparah dampak gas air mata adalah waktu penembakan malam hari. Penguraian zat gas air mata pada malam hari, kata AKS, lebih lambat dibandingkan dengan di siang hari karena pengaruh suhu udara.
Empat komponen ikutan dari sampel gas air mata yang ditembakkan di Stadion Kanjuruhan memiliki sifat beracun, mudah terbakar, menimbulkan kerusakan organ tubuh, dan pada kondisi tertentu bisa memicu kematian. Semua senyawa bisa memicu kanker. Ketika kena paparan gas, maka akan menjadi senyawa berbahaya.
Hasil uji laboratorium salah satu kampus negeri di Jatim ini terkonfirmasi dengan pengujian 10 sampel gas air mata di laboratorium milik lembaga riset pemerintah. Dari dokumen hasil uji laboratorium yang diperoleh Kompas, salah satu butir risalah penelitian menyebutkan, dari semua sampel yang diuji, terdapat senyawa lain yang diperkirakan hasil penguraian CS gas. Namun, tidak ada penjelasan nama senyawa lain tersebut. Risalah menyebut kemungkinan penambahan senyawa lain pada 10 sampel gas air mata.
Sepuluh sampel gas air mata yang diuji di laboratorium milik lembaga riset pemerintah ini berasal dari Satuan Brimob Polda Jatim, Shabara Polres Malang, dan suporter Arema FC. Sampel berupa amunisi gas air mata hijau polos, ungu polos, merah polos, amunisi flashball powder kaliber 4 mm (merah), amunisi flashball smoke kaliber 4 mm (kuning), amunisi biru polos, selongsong perangkat gas air mata, amunisi silver polos, amunisi silver GL-2303/ L, dan amunisi CS flashball.
DHANANG DAVID ARITONANG
Seorang lelaki mengamati video yang memperlihatkan tembakan gas air mata di luar Stadion Kanjuruhan, Rabu (9/11/2022). Pada potongan video itu terlihat kepanikan penonton dari luar yang berlari kembali ke area dalam stadion.
Penelusuran di tiga rumah sakit di Malang menemukan, kondisi korban meninggal pada umumnya mengalami hipoksia (kekurangan oksigen). Sebagian korban yang masih hidup mengalami iritasi di mata, sesak napas, kerongkongan gatal, mata merah, dan mengalami luka di dada, tangan, dan kaki.
Dokter M Harun Al Rasyid dari Rumah Sakit Umum Wava Husada Kepanjen, Malang, meyakini korban-korban yang meninggal di Kanjuruhan karena paparan gas air mata. RS Wava Husada merupakan rumah sakit yang paling banyak menerima korban meninggal. Dari pengamatan tim medis, korban meninggal kulitnya membiru kehitaman dengan iritasi di mata.
”Tentu saja, berdasarkan diagnosis dokter dan hasil pengamatan korban yang masuk rumah sakit, penyebab kematian akibat gas air mata,” kata Harun.
Keyakinan Harun sejalan dengan kondisi korban meninggal di tribune penonton, bukan di lorong pintu keluar. Salah satunya adalah Syahrullah (18), warga Gondanglegi, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Jenazah Syahrullah ditemukan rekan-rekannya di tribune 13 dalam posisi meringkuk dengan wajah membiru.
Tentu saja, berdasarkan diagnosis dokter dan hasil pengamatan korban yang masuk rumah sakit, penyebab kematian akibat gas air mata.
Sepupu korban, Syakur (42), menjelaskan, tidak ada luka di jenazah saudaranya. Pihak keluarga tidak percaya Syahrullah meninggal karena terjepit di pintu keluar. ”Tubuhnya utuh, badannya terlihat biru,” kata Syakur.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Garis polisi masih terpasang di pintu 13 saat anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) mengunjungi Stadion Kanjuruhan di Kepanjeng, Malang, Jawa Timur, Selasa (4/10/2022).
Dikepung
Selain dokumen hasil uji laboratorium, Kompas juga mendapatkan rekaman CCTV Stadion Kanjuruhan. Dari sekitar 300 potongan video terlihat, penembakan gas air mata terjadi di dalam dan luar stadion. Letusan gas air mata paling banyak mengarah ke tribune selatan Stadion Kanjuruhan mulai pukul 22.08.59. Asap gas di tribune ini terlihat di video yang mengarah ke pintu 13 sekitar pukul 22.12.38.
Tembakan gas air mata juga mengarah ke lapangan mulai pukul 22.09.08 dari depan tribune VVIP ke arah lapangan di sisi timur laut. Gas air mata juga jatuh di pintu 2 di tribune utara pukul 22.21.20 dari arah luar stadion. Tembakan ini memicu kepanikan penonton yang sudah berada di luar masuk lagi ke dalam stadion.
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia menganggap gas air mata sebagai pemicu jatuhnya korban jiwa di Kanjuruhan. ”Sebagai penyebab langsung ataupun penyebab tidak langsung,” kata M Choirul Anam, komisioner Komnas HAM.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Letnan Jenderal (Purn) Doni Monardo
Letnan Jenderal (Purn) Doni Monardo, anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF), menduga kandungan gas air mata yang ditembakkan ke arah penonton beracun dan mematikan. Sebab, laporan yang diterima TGIPF sampai Selasa (8/11/2022) belum ada korban meninggal dari area lapangan. Semua laporan kematian korban berasal dari tribune penonton, tempat sasaran sebagian besar gas air mata. Doni meminta kepolisian berinisiatif memeriksa kandungan gas air mata. Jika ditemukan ada kandungan yang berbahaya, sebaiknya segera ditarik peredarannya.
Saat dikonfirmasi, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jatim Komisaris Besar Totok Suharyanto membantah ada senyawa lain dalam kandungan gas air mata di Kanjuruhan. ”Gas air mata (itu) dikelompokkan sebagai senyawa tidak beracun, tetapi menyebabkan iritasi pada kulit dan mata,” ujarnya.
Komandan Satuan Brimob Polda Jatim Komisaris Besar Guruh Arif Darmawan menjelaskan, personelnya menggunakan gas air mata buatan PT Pindad. ”Itu semua lewat PT Pindad,” kata Guruh.
Lewat pesan singkat, Direktur Utama PT Pindad Abraham Mose mengaku tak hapal susunan kimia gas air mata buatan mereka. ”Nanti sama engineer saya saja,” jawabnya. Situs PT Pindad menyebutkan, gas air mata yang mereka produksi komposisinya berisi bubuk CS dengan efek kontaminasi iritasi mata dan iritasi kulit.