Dari 286 juta mobil pribadi di AS, 70 persen sudah tidak digaransi pabrik karena sudah tua.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·3 menit baca
DETROIT, KAMIS — Kendaraan milik warga Amerika Serikat kini berusia rata-rata 12,6 tahun. Kenaikan harga mobil saat pendapatan terus menurun menjadi penyebab warga lebih lama memiliki mobil.
Usia rata-rata mobil adalah salah satu temuan dari laporan S&P Global Mobility. Salah satu unit di lembaga konsultansi S&P itu memaparkan temuannya pada Rabu (22/5/2024) siang waktu Detroit atau Kamis dini hari WIB. Temuan didasarkan pada data pendaftaran kendaraan di kantor Departemen Kendaraan Bermotor (DMV) di berbagai penjuru AS.
Harga rata-rata mobil baru di AS kini 45.000 dollar AS per unit. Pada kurs Rp 15.800 per dollar AS, harga itu setara Rp 711 juta. Harganya turun 2.000 dollar AS dibandingkan Desember 2022 atau puncak tertinggi harga mobil AS.
”Harga sekarang terlalu mahal bagi kebanyakan rumah tangga. Saya kira konsumen terpojok dan terpaksa memiliki kendaraan lebih lama,” kata Kepala Unit Mobil Bekas pada S&P Global Mobility, Todd Campau.
Di sisi lain, memang ia menyinggung indikasi peningkatan penjualan mobil baru. Tahun ini diperkirakan ada 16 juta mobil baru terjual di AS. Pada 2022 dan 2023, di AS hanya terjual 13,9 juta dan 15,6 juta mobil baru.
Ia menjelaskan, saat ini harga mobil dan suku bunga menjadi faktor yang paling berpengaruh bagi konsumen untuk membeli mobil. Dua faktor ini mengalahkan faktor kesehatan dan masalah di rantai pasok.
Pada Januari 2024, Bloomberg melaporkan, biaya kepemilikan mobil baru di AS naik lebih dari 30 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019. Harga yang dicantumkan gerai kendaraan baru mencapai 48.759 dollar AS.
Angka itu belum termasuk biaya bulanan yang harus dikeluarkan oleh pemilik. Biaya itu terdiri dari bahan bakar, asuransi, hingga perawatan rutin dan pembelian suku cadang.
Pada Januari 2019, biaya perawatan bulanan rata-rata 400 dollar AS. Kini, biayanya bisa mencapai 778 dollar AS atau hampir dua kali lipat. Suku bunga kredit juga naik dari 3,9 persen menjadi 7,5 persen.
Harga naik
Sementara harga kendaraan naik rata-rata 34 persen dalam lima tahun terakhir. Kenaikan terbesar dilakukan Stellantis. Kelompok usaha itu memayungi, antara lain, Jeep, Dodge, dan Chrysler di AS. Menurut CarEdge, harga produk-produk Stellantis naik sampai 50,61 persen dalam lima tahun terakhir. Padahal, akumulasi inflasi dalam lima tahun terakhir hanya 22 persen.
Kenaikan tertinggi kedua tercatat pada produk-produk Hyundai. Pabrikan Korea Selatan yang juga memayungi KIA itu menaikkan harga sampai 49,67 persen.
Dari Jepang, Honda dan Toyota menaikkan harga masing-masing 29,43 persen dan 29,46 persen. Sementara Subaru hanya menaikkan 19,05 persen dan Nissan 19,1 persen.
Di pasar mobil bekas, harga juga naik. Lembaga analisis data otomotif, Edmunds, menemukan cicilan bulanan kredit mobil bekas mencapai 561 dollar AS. Sebelumnya, cicilan bulanan rata-rata 410 dollar AS. Benjamin Preston dari Consumer Reports menyebut, sekarang masa sulit membeli mobil bekas, apalagi baru.
Harga sekarang terlalu mahal bagi kebanyakan rumah tangga. Saya kira konsumen terpojok dan terpaksa memiliki kendaraan lebih lama.
Laman pemasaran mobil, iSeeCars.com, menyebut, dana 23.000 dollar AS di 2019 bisa dipakai membeli mobil berusia tiga tahun. Kini, dana yang sama hanya cukup untuk membeli mobil berusia rata-rata enam tahun.
Ada faktor lain yang mendorong konsumen menunda ganti mobil: persaingan produsen mobil konvensional dengan produsen mobil listrik. Campau mengatakan, banyak konsumen belum membeli mobil listrik karena stasiun pengisian daya masih terbatas. Daya tahan mobil listrik juga menjadi salah satu perhatian konsumen.
Ia juga menyebut, 70 persen mobil di AS kini sudah tidak digaransi pabrik. Sebab, usia pakainya sudah melewati masa garansi bertahun-tahun sebelumnya.
Konsumen kini berusaha menjaga kondisi mobil mereka sebaik mungkin. Mereka, antara lain, rutin merawat mobil ke bengkel. Meski biaya perawatan bulan terus naik, tetap saja lebih murah daripada membeli mobil baru.
Kini diperkirakan ada 286 juta mobil pribadi di AS. Mayoritas sudah berusia lebih dari enam tahun. Meski masih tinggi, ada harapan harga mobil baru semakin terjangkau.
Harapan itu tidak mudah karena Pemerintah AS tidak selalu membuat kebijakan yang membuat harga lebih terjangkau. Pekan lalu, AS mengumumkan kenaikan tarif bea masuk impor mobil listrik China. Dengan demikian, mobil listrik China yang murah di luar AS akan lebih mahal saat masuk AS.
CEO Stellantis Carlos Tavares mengatakan, perusahaannya tidak hanya berhadapan dengan China di pasar AS. Di pasar Eropa pun anak-anak usaha Stellantis juga berhadapan dengan mobil listrik China. Kini, 10 persen pasar mobil listrik China dikendalikan China. ”Akan ada dampak sosial dari persaingan ini,” katanya.
Ia tidak sepakat dengan kebijakan menaikkan tarif bea masuk impor. Sebab, pada akhirnya konsumen yang akan menanggung. Kebijakan itu malah akan memicu inflasi di lokasi penerap kenaikan tarif. (AP/REUTERS)