China Luncurkan Wahana Penjelajah ke Bagian Terjauh di Bulan
Misi Chang'e-6 akan mengambil sampel dari bagian terjauh Bulan, yang belum terjamah penjelajah mana pun, untuk dikaji.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
WENCHANG, JUMAT — China meluncurkan wahana penjelajah untuk mengeksplorasi bagian-bagian Bulan yang belum banyak diketahui oleh manusia. Selain diharapkan menyumbang untuk perkembangan ilmu pengetahuan, eksplorasi Bulan juga semakin memantapkan kiprah China sebagai salah satu pemain besar di bidang antariksa.
Wahana penjelajah itu diluncurkan dari Pusat Peluncuran Wenchang di Provinsi Hainan, China, Jumat (3/5/2024) malam. Bertindak sebagai pengangkut wahana adalah roket Long March 5-YB. Data Badan Antariksa Nasional China (CNSA) menunjukkan, peluncuran dilakukan pada pukul 17.27 waktu setempat.
Wahana tersebut diberi nama Chang’e, sesuai dengan nama Dewi Rembulan dalam mitologi China. Kali ini yang diluncurkan adalah seri Chang’e-6. Tidak ada awak yang turut serta di dalamnya. Menurut rencana, Chang’e-6 berada di Bulan selama 53 hari.
Misi yang diembannya belum pernah dilakukan oleh negara mana pun. Chang’e-6 akan menjelajahi bagian-bagian dari Bulan yang belum terjamah oleh teknologi manusia. Di sana wahana ini akan mengumpulkan sampel yang nanti dibawa pulang ke Bumi untuk diteliti.
Media Amerika Serikat, NBC, berkesempatan meliput langsung peluncurannya di Wenchang. Dalam laporannya, NBC menyebutkan, masyarakat awam sangat bersemangat menyaksikan peristiwa tersebut. Warga lokal menyewakan atap-atap rumah mereka sebagai lokasi untuk mengamati peluncuran. Satu kursi di atas atap warga dihargai 200 yuan (Rp 300.000).
”Saya tidak boleh melewatkan kesempatan bersejarah ini. Akhirnya, China mengambil langkah pertama dalam babak baru penjelajahan Bulan,” kata Ng Yiuwah (28), warga dari kota Zhuhai. Ia rela menyetir selama enam jam dan dilanjutkan naik feri selama tiga jam demi melihat peluncuran Chang’e-6.
Target 2030
Eksplorasi pertama China ke Bulan dilakukan pada tahun 2013 dengan Chang’e-3. Pada tahun 2020, China mengirim Chang’e-5 ke Bulan. Alat ini berhasil pulang dengan membawa sampel dari sana.
Sejak AS mendaratkan misi Apollo terakhir di Bulan pada akhir tahun 1970-an dan misi Luna-24 Uni Soviet tahun 1976, belum ada lagi misi yang mengambil sampel dari satelit Bumi tersebut. Sampel yang dibawa oleh Chang’e-5 menunjukkan di dalam tanah Bulan ada butir-butir air.
Target China ialah per tahun 2030 mereka bisa menempatkan antariksawan di Bulan dan membangun stasiun luar angkasa di sana. Harapannya, mereka bisa memulai misi tidak hanya menjelajahi Bulan, tetapi juga mencari tahu apakah Bulan bisa dikelola dan diolah untuk masa depan kesejahteraan manusia.
Clayton Swope, Wakil Direktur Bidang Proyek Keamanan Dirgantara di Centre for International and Strategic Studies di Washington DC menjelaskan bahwa dunia sedang memasuki era balapan menuju antariksa. Selain AS, kini ada pemain-pemain yang tidak bisa dianggap remeh, yaitu China, Rusia, dan India.
”China benar-benar serius soal ini. Mereka menganggap diri mereka berkompetisi dengan semua negara,” ujar Swope.
Kesuksesan Chang’e-6 akan membuktikan kemajuan dan kecanggihan teknologi China hanya dalam kurun waktu yang relatif singkat. Padahal, 25 tahun lalu, AS dan Eropa menganggap teknologi dan peralatan luar angkasa China masih sangat sederhana dan tertinggal jauh dari mereka.
Akan tetapi, ternyata pada 2019, China telah membuktikan melalui wahana Chang’e-4 yang berhasil mendarat di sisi Bulan paling jauh dari Bumi. Misi ini tidak membawa pulang sampel.
Misi Chang’e-6 ini, seperti dilaporkan oleh Hindustan Times, juga bekerja sama dengan Pakistan, Italia, Perancis, dan Badan Antariksa Eropa untuk pengadaan peralatannya. Institut Teknologi Antariksa Pakistan (IST) berkolaborasi dengan Universitas Shanghai membuat satelit mini bernama ICUBE-QAMAR. Satelit ini hanya berbobot 7 kilogram dan dilengkapi dengan kamera untuk memotret bagian Bulan yang belum tereksplorasi. (AP/REUTERS)