SLIM Mendarat Akurat, Misi ke Bulan Makin Bergairah
SLIM dinyatakan mendarat secara akurat meski mengalami kendala teknis saat pendaratan ke Bulan.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
TOKYO, KAMIS — Meski mengalami kendala teknis, wahana antariksa pendarat Bulan milik Jepang dinilai berhasil mendarat secara akurat. Badan Eksplorasi Antariksa Jepang atau JAXA menyatakan, pendaratan itu akan menggairahkan misi-misi antariksa ke Bulan lainnya.
Dalam konferensi pers, Kamis (25/1/2024), disebutkan, wahana Pendarat Cerdas untuk Penyelidikan Bulan atau Smart Lander for Investigating Moon (SLIM) mendarat dalam radius 100 meter dari targetnya. JAXA menerima data dalam 2 jam dan 37 menit setelah SLIM mendarat di titik pendaratan sebelum kehilangan daya.
”Kami membuktikan kalian bisa mendarat di mana pun yang kalian inginkan, tidak hanya di mana yang kalian bisa. Ini akan menginspirasi lebih banyak orang, misi-misi yang diinginkan Jepang, untuk mendarat di tempat-tempat yang belum dijelajahi di Bulan,” kata Manajer Proyek Pendaratan SLIM Shinichiro Sakai.
SLIM diluncurkan dari Bandar Antariksa Tanegashima di Prefektur Kagoshima pada 7 September 2023. SLIM dijadwalkan mendarat di permukaan Bulan pada 20 Januari 2024. Pendaratan SLIM menjadikan Jepang negara kelima di dunia yang berhasil menjejak Bulan.
Kantor berita Kyodo melaporkan, SLIM mendarat di permukaan bulan, Sabtu (20/1/2024) pukul 00.20 waktu Jepang. Seperti yang direncanakan, SLIM mendarat di satu titik di sekitar kawah Shioli, kawasan yang disebut Lautan Nektar atau Sea of Nectar.
Sakai mengatakan, salah satu dari dua mesin utama SLIM kemungkinan berhenti pada tahap akhir pendaratan sehingga wahana itu terseret sejauh 55 meter dari target yang diinginkan. Jika tidak ada permasalahan mesin, SLIM bisa mendarat hingga 3-4 meter dari target.
Berdasarkan gambar yang diambil SLIM dan diterbitkan JAXA terlihat wahana itu terguling di lereng kawah. Akibat terguling, SLIM mengarah ke barat atau membelakangi Matahari sehingga panel surya tidak bisa membangkitkan listrik. Perubahan arah menghadap Matahari diharapkan bisa menghidupkannya lagi sebelum Matahari di Bulan tenggelam berikutnya pada 1 Februari dan menyebabkan hawa beku. ”SLIM tidak dirancang untuk bertahan dalam malam hari di Bulan,” kata Sakai.
Dengan matinya daya, peralatan pada SLIM, seperti kamera spektral multipita yang bertugas mempelajari komposisi batuan Bulan, hanya bisa menghasilkan gambar beresolusi rendah. Meski demikian, pendaratan dalam radius 100 meter itu membuat SLIM melampaui angka akurasi konvensional, yakni beberapa kilometer, bagi wahana pendarat Bulan.
Setelah berhasil mengunduh semua data yang terekam terkait pendaratan SLIM, JAXA memutuskan mematikan wahana itu dengan daya tersisa 12 persen. Dengan sisa itu, SLIM kemungkinan bisa dioperasikan kembali saat sudut Matahari berubah.
SLIM menggunakan navigasi ”berbasis penglihatan” yang, menurut JAXA, bisa menjadi alat mumpuni bagi eksplorasi kutub Bulan yang berbukit-bukit di masa mendatang. Kutub Bulan dinilai sebagai sumber bahan bakar serta sumber air dan oksigen penopang kehidupan. Kemungkinan itu akan menjadi kunci untuk suatu hari nanti bisa membangun pangkalan di Bulan, sekaligus tempat persinggahan dalam penjelajahan ke Mars.
Japan bermaksud mengirim astronot ke Bulan melalui program Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dalam beberapa tahun ke depan. Namun, JAXA mengalami kemunduran dalam beberapa waktu terakhir terkait pengembangan roket, termasuk kegagalan peluncuran roket H3 pada Maret.
Kegagalan itu menyebabkan penundaan beberapa misi luar angkasa Jepang, termasuk SLIM dan LUPEX, proyek eksplorasi bersama dengan India. Pada Agustus 2022, India mengukir sejarah dengan keberhasilan mendarat di kutub selatan Bulan.
Tahun lalu, tiga misi ke Bulan oleh perusahaan rintisan Jepang ispace, badan antariksa Rusia, dan perusahaan AS Astrobotic gagal. Namun, tahun ini semakin banyak wahana pendarat akan meluncur ke Bulan.
Perusahaan rintisan AS, Intuitive Machine, berniat meluncurkan pendarat IM-1 pada pertengahan Februari. Adapun China berencana mengirimkan wahana antariksa Chang’e-6 ke sisi jauh Bulan pada pertengahan 2024. NASA pun tak ingin ketinggalan. Mereka akan meluncurkan penjelajah kutub Bulan, VIPER, pada November. (AFP/REUTERS/AP)