Jepang Jadi Negara Kelima yang Sukses Mendarat di Bulan
Jepang kini resmi masuk ”klub elite” negara-negara yang sukses mendaratkan misinya ke Bulan, menyusul empat negara lain.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·4 menit baca
TOKYO, SABTU — Jepang menorehkan kesuksesan dalam sejarah dan misi antariksanya dengan menjadi negara kelima di dunia ini yang berhasil menembus Bulan. Wahana robot angkasa luar dari ”Negeri Matahari Terbit”, Sabtu (20/1/2024) dini hari, sukses menyentuh permukaan Bulan.
Wahana Pendarat Cerdas untuk Penyelidikan Bulan atau Smart Lander for Investigating Moon (SLIM) alias ”Pembidik Bulan (Moon Sniper)”, demikian nama dan alias wahana robot yang mendarat di Bulan itu, menyentuh dengan lembut permukaan bulan dekat kawah khatulistiwa, kawah Shioli. Pendaratan ini tepat sesuai jadwal yang dirancang dan di lokasi yang diharapkan.
Jepang menjadi negara kelima dalam sejarah yang mampu mendarat di Bulan. Empat negara lainnya adalah Amerika Serikat, Uni Soviet, China, dan India.
Namun, para insinyur antariksa Jepang kini bekerja keras untuk menyelamatkan agar misi bersejarah itu mampu bertahan lama di Bulan. Seperti dilansir BBC, karena faktor penyebab yang belum bisa dipahami sepenuhnya, panel surya wahana robot tersebut tidak akan menghasilkan sendiri tenaga listrik dari pancaran cahaya matahari.
Akibatnya, SLIM sangat bergantung pada ketahanan baterainya. Jika daya baterainya habis, SLIM akan diam, tidak menerima perintah atau berkomunikasi dengan Bumi. Yang bisa dilakukan para insinyur antariksa Jepang saat ini adalah memprioritaskan aktivitas yang diperintahkan pada SLIM untuk menjaga wahana itu ”hidup” lebih lama.
Kantor berita Kyodo, Sabtu (20/1/2024), mengutip Badan Eksplorasi Antariksa Jepang (JAXA), melaporkan bahwa SLIM) berhasil melakukan pendaratan di Bulan sesuai jadwal. Wahana antariksa itu diluncurkan pada September 2023 dan memasuki orbit Bulan pada 25 Desember 2023.
Pendaratan presisi
JAXA menyebutkan, pendaratan SLIM menandai era transisi misi ke Bulan di masa depan. Selama ini, peluncuran wahana antariksa ke Bulan dilakukan dengan tujuan ”mendarat di lokasi mana pun bisa mendarat”. Dengan SLIM, wahana antariksa ke Bulan diluncurkan untuk ”mendarat di lokasi yang diinginkan”.
SLIM menggunakan teknologi pendaratan pinpoint untuk melakukan pendaratan secara presisi dengan selamat dan andal. ”Kami meyakini wahana itu sukses melakukan pendaratan karena data yang dikirimkan dari wahana ke Bumi sejauh ini menunjukkan sebagian besar peralatan yang terpasang berfungsi dengan baik,” jelas Hitoshi Kuninaka, Direktur Jenderal Lembaga Ilmu Pengetahuan Astronotika dan Antariksa (ISAS) yang juga Wakil Presiden JAXA, dalam konferensi pers.
Para insinyur di JAXA saat ini berupaya keras untuk menyelamatkan misi itu. Mereka mematikan mesin pemanas dan mengambil gambar-gambar dari wahana. Mereka juga mengambil data yang akan memberi tahu sebaik apa perangkat lunak pendaratan itu bekerja.
Presiden JAXA Hiroshi Yamakawa menegaskan, JAXA masih memerlukan waktu untuk menganalisis yang sesungguhnya terjadi pada wahana tersebut. Para pejabat JAXA tidak akan menyerah begitu saja jika SLIM terdiam. Menurut mereka, selalu ada kemungkinan SLIM hidup lagi saat sudut cahaya di Bulan berubah dan panel tenaga surya bisa terkena pancaran cahaya matahari.
Selalu ada kemungkinan SLIM hidup lagi saat sudut cahaya di Bulan berubah dan panel tenaga surya bisa terkena pancaran cahaya matahari.
Meski SLIM menghadapi kendala teknis, para pengamat antariksa mengapresiasi dan menghargai misi pendaratan Bulan dengan presisi itu. ”Bagi saya, ini semua adalah tentang pendaratan yang presisi. Upaya Jepang ini bisa dikatakan sukses yang besar. Saya akan sangat bahagia jika saya menjadi mereka,” ujar Simeon Barber dari Universitas Terbuka Inggris.
”Kita ada di era di mana banyak misi ke Bulan dilakukan oleh banyak pelaku yang berbeda. Jika kita menggabungkan semua pengetahuan yang diperoleh para pelaku melalui misi ke Bulan, sebagai komunitas kita akan belajar bagaimana menyusun misi yang lebih berhasil ke depannya,” kata Barber.
Bersejarah
Emma Gatti dari majalah digital SpaceWatch Global menyatakan, pencapaian itu merupakan hal bersejarah bagi Jepang. ”Pencapaian ini adalah masalah prestise. Tentu saja ini penting bagi Jepang, sebagai sebuah negara, bahwa semua investasi yang mereka lakukan membuktikan mereka mampu (mengirim misi ke Bulan) meski mereka tidak sebesar AS atau China,” katanya.
Penghargaan dan apresiasi itu disampaikan karena sangat susah melakukan pendaratan di Bulan. Kira-kira hanya separuh dari semua upaya pengiriman misi ke Bulan selama ini berhasil.
Jepang terus berinovasi dalam hal teknologi pendaratan ke Bulan secara presisi. Para insinyur di JAXA merancang SLIM bisa mendarat di area sejauh 100 meter dari lokasi target. Secara otonom, SLIM bisa menentukan titik terbaik untuk mendarat.
Saat menurun untuk mendarat, wahana juga akan mengambil foto-foto dari kawah dan permukaan Bulan, serta membuat perbandingan dengan gambar-gambar yang sudah diambil sebelumnya.
Setelah pendaratan pada Sabtu tengah malam itu, para insinyur JAXA kini tengah mengkaji sebaik apa SLIM bekerja. Indikasi awal menunjukkan teknologi yang dipakai bekerja baik sesuai rancangan.
”Melihat jejak data, saya yakin SLIM berhasil mendarat tepat dengan akurasi 100 meter. Seperti yang kami sampaikan sebelumnya, perlu waktu satu bulan untuk menganalisis informasi secara akurat,” imbuh Kuninaka. (AP/REUTERS)