Cerita Makan Siang Gratis di Brasil, Banyak Siswa Sudah Lupa Buah
Pemkot Rio de Janeiro menyisihkan anggaran untuk memastikan ada subsidi makan siang sehat dan gratis di setiap sekolah.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
Obesitas menjadi momok bagi anak-anak di Brasil. Jumlahnya terus meningkat gara-gara pola makan yang tidak sehat. Saking terbiasa mengonsumsi makanan dan minuman dalam kemasan, banyak anak di negara itu tidak tahu wujud buah dan sayuran segar.
Pemerintah Kota Rio de Janeiro berusaha mengintervensi masalah tersebut dengan menyediakan makanan sehat di kantin-kantin sekolah. Inisiatif ini diterapkan di sekolah negeri maupun swasta, mulai dari SD sampai SMA sederajat.
”Kue dan minuman berpemanis? Wah, di sini sudah tidak menyediakan,” kata Neide Oliveira, juru masak di sekolah negeri Burle Marx, Curicaca, Rio de Janeiro.
Oliveira sibuk mencincang bawang bombay, salah satu bahan baku untuk makan siang 650 murid di sekolah itu. Menu makanan yang ia persiapkan adalah ayam dengan kentang goreng dan sayuran. Ia senang murid-murid lahap menyantap hidangan yang ia siapkan bersama stafnya.
”Makanan di kantin enak-enak. Di rumah saya biasanya makan hamburger, piza,” kata Guilherme (15), salah seorang murid.
Program makan siang bergizi ini sejatinya telah berlangsung sejak tahun 2016 di Brasil. Akan tetapi, tidak menjadi kewajiban di seluruh sekolah. Hanya sekolah yang mau dan mampu yang menjalankannya. Sejak Januari 2024, Pemerintah Kota Rio de Janeiro mengambil langkah drastis.
Mereka menyisihkan anggaran untuk memastikan ada subsidi makan siang sehat dan gratis di setiap sekolah. Khusus di sekolah swasta, subsidi itu juga ditambah iuran dari para wali murid.
Alasan utama penyediaan makan siang sehat ini adalah mencegah murid-murid kelaparan. Dalam penerapannya, terungkap masalah lain, yaitu banyak murid yang menderita obesitas. Berdasarkan survei Observa Infancia bersama Kelompok Pengamat Kesehatan Anak Yayasan Oswaldo Cruz (Fiocruz) tahun 2022, jumlah anak dengan obesitas di Brasil tiga kali di atas rata-rata dunia.
Hasil survei itu diterbitkan oleh kantor berita Agencia Brasil edisi 23 November 2023. Dikatakan bahwa 5,6 persen anak-anak berumur 1-5 tahun di dunia obesitas. Di Brasil, jumlahnya mencapai 14,2 persen. Di kelompok umur 10-18 tahun, jumlahnya 31,2 persen.
”Jumlahnya meningkat 6 persen selama periode pandemi Covid-19, yaitu tahun 2019-2022. Hal ini karena selama masa isolasi, anak-anak banyak mengonsumsi makanan dan minuman dalam kemasan yang sarat pemanis, tetapi minim gizi,” kata Cristiano Boccolini, koordinator survei tersebut.
Survei tahun 2022 memperlihatkan, jumlah anak dengan obesitas di Brasil tiga kali di atas rata-rata dunia.
Ketika melihat iklan produk-produk makanan dan minuman dalam kemasan di Brasil, semuanya ditujukan untuk anak-anak. Salah satu jenama menampilkan iklan televisi yang menampilkan seorang perempuan artis cilik. Tampak adegan bocah itu menggeleng jijik saat melihat buah-buahan segar, antara lain jeruk, mangga, dan jambu, yang disajikan di depannya.
Kemudian, ibu bocah itu menghidangkan minuman dingin yang dibuat dari minuman kemasan instan. Rasanya ada rasa jambu, jeruk, dan berbagai buah yang sebelumnya ditolak oleh anaknya. Si bocah bintang iklan bersama teman-temannya pun meminum dengan riang gembira.
Mengenal lagi buah-sayur
Program makan siang sehat itu tidak hanya menyediakan asupan bergizi bagi para murid, tetapi juga mengajar mereka mengenal kembali berbagai buah dan sayuran khas Brasil. Ubi, bendi, dan kesemek dikenalkan kembali kepada para murid. Banyak di antara mereka yang saking seringnya mengonsumsi yang instan-instan tidak tahu wujud buah-buahan asli.
Marluce Fortunato, ahli gizi Pemerintah Kota Rio de Janeiro yang bertanggung jawab untuk Sekolah Burle Marx, mengatakan, perjalanan awal program ini tidak mulus. Banyak wali murid protes ke sekolah karena anak-anak mereka tiba-tiba meminta dibelikan buah segar yang harganya lebih mahal dibandingkan minuman dalam kemasan. Padahal, para orangtua ini hanya pekerja serabutan.
Vera Lucia Perreira (60) baru merasakan makanan dari sayuran segar. Cucunya tidak bisa menghabiskan makan siang di sekolah dan membungkus sisanya untuk dibawa pulang yang kemudian dimakan oleh nenek itu. ”Rasanya lebih enak daripada makanan instan,” ujar Perreira.
Di kota Sao Paolo, kebijakan makan siang sehat ini belum dijalankan secara masif. Pasalnya, berbeda dengan Rio de Janeiro, masih ada sekolah yang menjual jajanan tidak sehat di kantin. TK Lourdes Heredia Mello adalah salah satu yang berusaha secara menyeluruh menyediakan makanan sehat.
Diliput oleh media NPR yang terbit pada 8 Januari 2024, sekolah ini mencoba mendidik murid-murid mengenai porsi makan. Mereka menyediakan makan siang berupa prasmanan. Murid-murid berumur 3-6 tahun menyendok sendiri makanan yang mereka inginkan sesuai dengan porsi yang mampu mereka habiskan.
Hidangan juga disajikan tidak menggunakan alat makan dari plastik. Anak-anak dilatih makan dari piring kaca dengan memakai sendok dan garpu dari logam. (AFP)