Umat Islam di Gaza Rayakan Idul Fitri dalam Aneka Keterbatasan
Di tengah reruntuhan dan kabar duka, warga Gaza berusaha untuk tetap menikmati Idul Fitri. Semangat berbagi terus dijaga
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·4 menit baca
JALUR GAZA, RABU - Warga Palestina di Gaza berusaha merayakan Idul Fitri di tengah kehancuran dan kabar duka akibat serangan Israel di Gaza. Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyerukan agar warganya membatasi perayaan Idul Fitri hanya pada ritual keagamaan saja. Hal ini karena kondisi sulit yang tengah dialami rakyat Palestina. Di Riyadh, Arab Saudi, Raja Salman menekankan perlunya menghentikan serangan terhadap rakyat Palestina.
Meski di tengah segala keterbatasan itu, warga Palestina tetap menjaga semangat berbagi. Sejumlah ibu di pengungsian tetap memasak dan memanggang kue-kue tradisional untuk dibagi ke tetangga. Malam menjelang Idul Fitri, warga Palestina turun ke jalan di Gaza sambil membaca takbir dan memuliakan nama Allah. Seperti dilaporkan Al-Jazeera, mereka merayakan Idul Fitri setelah puasa sebulan di tengah serangan Israel, pada Rabu (10/4/2024).
Di malam menjelang Idul Fitri itu, anak-anak berbaris mengikuti seruan takbir itu melalui di jalan yang membelah puing-puing dan reruntuhan kota. Suasana gelap tanpa penerangan sama sekali.
Pada hari terakhir puasa itu, warga Gaza berusaha mempersiapkan Idul Fitri dengan meramaikan pasar dan kios-kios darurat. Manisan, kacangan-kacangan, kurma, buah dan sayuran, serta cemilan dijual para pedagang kaki lima di antara reruntuhan dan puing bangunan.
Kota-kota di Gaza hancur. Bahan pangan langka karena pasokan yang terbatas setelah enam bulan kawasan itu dikepung Israel. Di tengah berbagai keterbatasan itu, sejumlah ibu-ibu pengungsi di Deir el-Balah bernisiatif membuat kue-kue tradisional di tenda-tenda mereka.
Kue-kue itu lalu dibagikan pada para pengungsi lain untuk merayakan hari pertama Idul Fitri. Umm Hassan Al Massri (65), misalnya, memasak somakia untuk dibagikan ke tetangganya di Deir el-Balah. Somakia merupakan makanan tradisional yang biasa dimasak warga Gaza pada hari terakhir Ramadhan dan disantap pada hari pertama Idul Fitri.
“Saya biasa memasak somakia setiap Idul Fitri, dan saya akan terus melakukannya, tapi tanpa daging karena harga daging sekarang terlalu mahal,” kata Al Massri kepada media Uni Emirat Arab, The National.
Berbagi makanan manisan merupakan tradisi perayaan Idul Fitri di kawasan Timur Tengah. Perayaan Hari Idul Fitri dimulai sejak malam sebelumnya, diikuti Shalat Idul Fitri di pagi harinya. Mereka lalu melanjutkan kemeriahan dengan berkumpul bersama dengan teman dan keluarga untuk makan makanan manis dan berbagi hadiah.
Hanneen Hinawi (35), pengungsi dari Gaza dan sekarang tinggal di tenda di Rafah, mengatakan, perayaan Idul Fitri bagi keluarganya tahun ini akan sangat sederhana. Tak ada baju baru, tak ada hadiah untuk anak-anaknya.
Biasanya, warga Gaza akan membelikan anak-anak mereka baju baru, coklat, dan jajanan untuk Idul Fitri. Namun tahun ini tidak ada baju baru dan coklat. Anak-anak Hinawi memahami bahwa saat ini merupakan masa-masa sulit sehingga mereka menerima perayaan Idul Fitri yang sederhana.
“Saya hanya membelikan biskuit Idul Fitri untuk mereka, karena mereka menyukainya dan ingin memakannya pada hari pertama setelah Ramadhan, seperti yang selalu mereka lakukan,” kata Hinawi.
Tahun ini, perayaan Idul Fitri di Gaza berada dalam bayang-bayang serangan Israel yang terus berlanjut. Menurut pihak berwenang Palestina, serangan Israel di Gaza telah menewaskan sekitar 33.360 orang dan melukai 75.993 lainnya.
Bahkan di sehari menjelang Idul Fitri itu, serangan dan kekerasan masih berlangsung. Aparat Pertahanan Sipil Gaza melaporkan anggotanya menemukan 14 jenazah dari sebuah rumah milik keluarga Abu Youssef.
Rumah itu dibom oleh tentara Israel, di daerah al-Zawaida di kamp pengungsi di Gaza tengah. Sebelumnya, dilaporkan serangan ini menewaskan sedikitnya 10 warga Palestina, termasuk empat anak-anak.
Batasi perayaan
Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyerukan agar warganya membatasi perayaan Idul Fitri hanya pada ritual keagamaan saja. Hal ini karena kondisi sulit yang tengah dialami rakyat Palestina. Kesulitan ini, kata Abbas seperti dikutip media Palestina, Wafa, terjadi akibat serangan oleh otoritas pendudukan Israel di Gaza yang masih terus berlangsung.
Dalam pernyataannya itu, Abbas mendoakan kesembuhan bagi warga yang terluka di seluruh wilayah Palestina dan Gaza. Ia juga berdoa untuk pembebasan bagi para tahanan secepatnya.
Abbas berharap pada Idul Fitri mendatang, rakyat Palestina telah mencapai kebebasan dan kemerdekaan di tengah negara yang merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. Ia juga berharap para pengungsi Gaza sudah kembali ke rumah masing-masing pada perayaan tahun depan.
Dengan penderitaan di Gaza, banyak warga Muslim Australia merayakan Idul Fitri dengan kesedihan.
Di Riyadh, Arab Saudi, Raja Salman menekankan perlunya menghentikan serangan terhadap rakyat Palestina. Dalam pidato Idul Fitri yang dikutip The Arab News, ia juga menyerukan penyediaan koridor kemanusiaan yang aman.
Raja Salman juga menyerukan untuk mengakhiri penderitaan warga Palestina dengan memungkinkan mereka memperoleh semua hak sah mereka, termasuk pembentukan negara merdeka dan hidup aman.
Dalam pidato yang disampaikan oleh Menteri Media Kerajaan, Salman Al-Dosari itu, Raja Salman mengucapkan selamat Idul Fitri kepada semua orang dan memanjatkan doa untuk keselamatan, keamanan, dan stabilitas Kerajaan.
Sementara itu di Australia, dalam ucapan Idul Fitri, Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengatakan, dengan penderitaan di Gaza, banyak warga Muslim Australia merayakan Idul Fitri dengan kesedihan.
“Ini adalah masa yang sulit dan mencemaskan bagi banyak orang. Dan saya harap Anda dapat menemukan kenyamanan dan kekuatan di antara keluarga dan teman-teman Anda serta ekspresi iman Anda,” katanya dalam unggahan di X, dulunya Twitter.