Hewan Pun Tak Akan Bisa Hidup, Kondisi Khan Younis Setelah Israel Menarik Pasukan
Khan Younis hancur lebur setelah 4 bulan digempur Israel. Menurut warga, bahkan hewan pun tak bisa lagi hidup di sana.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
Warga Palestina berbondong pulang ke Khan Younis, kota di Gaza selatan, Senin (8/4/2024). Sebagian besar berjalan kaki bersama keledai yang menarik gerobak berisi setumpuk barang. Orang-orang itu sebelumnya terpaksa mengungsi ke Rafah dan Deir al-Balah akibat serbuan Israel pada Desember 2023.
Saat tiba di Khan Younis, mereka tak lagi mengenali kampung halamannya. Semua telah musnah. Yang tercium hanya aroma kematian.
”Kami kembali ke Khan Younis untuk melihat rumah kami, tetapi kami tidak bisa menemukannya. Semua tinggal puing. Kami tidak bisa hidup di sini lagi, bahkan hewan pun tak akan bisa. Apa yang harus kami lakukan sekarang? Kehancuran yang terjadi amat mengerikan,” ujar salah satu warga, Ahmad Abu Reesh, kepada wartawan Al Jazeera.
Khan Younis dulunya adalah kota dengan populasi 400.000 jiwa. Menurut ahli dari City University of New York dan Oregon State University yang melakukan analisis citra satelit, kini 55 persen bangunan atau sekitar 45.000 gedung di kota itu dalam kondisi hancur.
”Saya harus bekerja 20 tahun untuk bisa membangun rumah ini. Saya membangunnya dari nol dengan susah payah menyusun batu satu per satu. Namun, dengan satu pencetan tombol saja, rumah saya dihancurkan jadi puing,” kata Ahmad al-Farra, seperti dikutip The New York Times.
Bagi warga Khan Younis, kini kota itu terasa asing. Rumah mereka kebanyakan telah rata dengan tanah. Bangunan yang masih berdiri pun temboknya sebagian besar sudah bolong dihantam bom. Jalan kota juga dihancurkan dan tinggal menyisakan tumpukan pasir.
Melansir Al Jazeera, sukarelawan masih berupaya mencari korban tewas di puing-puing bangunan Khan Younis. Hingga Senin (8/4/2024) waktu Gaza atau Selasa dini hari waktu Indonesia, mereka telah mengevakuasi 84 jenazah.
”Tak ada kata-kata yang bisa melukiskan betapa hancurnya hati saya. Kenangan dan mimpi masa kecil juga keluarga kami semuanya musnah,” ujar seorang perempuan bernama Hanan.
Serbuan Israel ke Khan Younis merupakan respons Israel terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 warga. Selain itu, Hamas juga menculik 250 warga Israel. Militer Israel mengklaim Khan Younis merupakan tempat persembunyian Hamas.
Pasukan Israel juga menyerang rumah sakit utama di Khan Younis, Nasser, yang dituding menjadi tempat Hamas menyembunyikan sandera. Namun, mereka belum melaporkan temuan apa pun terkait sandera di sana.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, perang telah mengakibatkan lebih dari 33.000 warga Palestina terbunuh. Data tersebut tidak membedakan milisi dan warga sipil, tetapi disebutkan korban yang tewas kebanyakan adalah anak-anak dan perempuan.
Cermin Rafah
Kehancuran Khan Younis saat ini mencerminkan yang bakal terjadi di Rafah bila Israel tetap ngotot melakukan penyerbuan darat. Rencana Israel itu mendapat kecaman internasional karena hal itu bakal menyebabkan banjir darah.
Rafah adalah pengungsian terakhir bagi warga yang melarikan diri dari serangan Israel yang dimulai dari Gaza utara. Lebih dari 1 juta orang memadati kota itu di tengah kondisi yang amat buruk. Mereka kekurangan makanan, air bersih, dan tenda.
Lewat pernyataan video pada 8 April, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, serbuan darat ke Rafah tetap akan dilakukan. Menurut dia, waktu serangan juga sudah ditetapkan. Pernyataan itu dikeluarkan saat perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas tengah berlangsung di Kairo, Mesir.
Israel dan Hamas akan mengirim tim perwakilan untuk berunding di Kairo pada Minggu (14/4/2024). Selain itu, Direktur Badan Pusat Intelijen Ameriaka Serikat (CIA) William Burns serta mediator dari Mesir dan Qatar juga bakal hadir.
Kehadiran Burns menegaskan tekanan AS kepada Israel untuk segera menyepakati usulan gencatan senjata yang diikuti pertukaran sandera dan pembukaan akses untuk bantuan kemanusiaan ke Gaza. AS sebelumnya mendesak Israel agar tidak melakukan serangan ke Rafah sebelum memiliki rencana matang untuk mengevakuasi warga sipil.
Hamas disebut menolak usulan gencatan senjata yang diajukan Israel. Detail usulan tersebut belum diketahui.
”Kami menolak usulan terbaru Israel yang diberitahukan Mesir kepada kami. Politburo telah bertemu dan memutuskan hal ini,” kata pejabat senior Hamas Ali Baraka kepada Reuters.