Kuwait Gelar Pemilu, Pemungutan Suara Berlanjut Setelah Buka Puasa hingga Tengah Malam
Kuwait kembali menggelar pemilu untuk memilih 50 anggota Majelis Nasional. Ini pemilu kedua yang digelar pada Ramadhan.
KUWAIT CITY, KOMPAS — Pemerintah Kuwait menggelar pemilu serentak sepanjang Kamis (4/4/2024). Ini pemilu ketiga dalam tiga tahun terakhir di negeri Arab Teluk yang kaya minyak itu. Pemilu ini digelar hanya kurang dari empat bulan setelah Sheikh Meshal al-Ahmad al-Sabah (83) diangkat menjadi Emir Kuwait, menggantikan saudara tirinya, Sheikh Nawaf, yang wafat pada Desember 2023.
Pemilu ini digelar untuk memilih 50 anggota parlemen atau Majelis Nasional. Pemungutan suara berlangsung pada siang dan malam hari. Tempat-tempat pemungutan suara dibuka pukul 12.00 waktu setempat dan akan ditutup pukul 24.00.
Total ada 428.785 pemilih perempuan dan 405.948 pemilih laki-laki pada pemilu kali ini. Dari 200 kandidat anggota parlemen, terdapat 14 kandidat perempuan. Kuwait dipuji, antara lain, karena sebagai pemerintahan monarki, negara itu berupaya mempraktikkan demokrasi dan membuka keterwakilan perempuan di parlemen.
”Perempuan Kuwait mendapat kesempatan sama. Mereka harus berjuang mendapat kepercayaan warga. Mereka harus mendatangi balai warga yang secara tradisional berpusat pada klan-klan yang ada,” kata Clemens Chay, ahli Timur Tengah dari National University of Singapore yang meninjau Pemilu Kuwait 2024, kepada Kompas.
Seperti pada pemilu tahun lalu, Kompas kembali diundang Pemerintah Kuwait untuk meliput pemilu tahun ini.
Baca juga: Menyaksikan Pemilu Kuwait, Hajatan Demokrasi di Negeri Arab Teluk
Chay mengatakan, para kandidat perempuan Kuwait harus rajin berkunjung memperkenalkan diri dan mendengarkan keluhan serta masukan warga di rumah atau balai klan-klan di daerah pemilihan mereka.
Fajr, staf Kementerian Informasi Kuwait yang mendampingi para wartawan, mengatakan bahwa sejumlah anggota parlemen perempuan terkenal gigih memperjuangkan isu kesejahteraan perempuan, anak, dan perumahan rakyat.
Sebagaimana negara kota yang maju lainnya, isu perumahan rakyat juga menjadi tantangan bagi Kuwait yang berpenghasilan di atas 67.000 dollar AS per tahun (2022). Kuwait, negeri berpenduduk lebih dari 4,3 juta jiwa, diketahui sebagai negara dengan cadangan minyak terbesar keenam di dunia.
Baca juga: Pemilu Tunjukkan Kepeloporan Kuwait di Kawasan
Sepanjang pengamatan di beberapa sekolah yang dijadikan tempat pemungutan suara, warga datang silih berganti. Di Sekolah Dasar Aminah di Daerah Pemilihan 1 Dasma, misalnya, terlihat para perempuan petugas komisi pemilihan umum (KPU) menerima para pemilih yang akan menggunakan hak suara mereka. Sebagian pemilih datang diantar dengan kursi roda.
Selepas itu, rombongan media dan akademisi meninjau pemungutan suara di Sekolah Abdullah Al-Otaibi. Para pemilih dengan pakaian tradisional Arab dan busana biasa silih berganti datang.
Hessa, staf lain Kementerian Informasi Kuwait, menuturkan, banyak warga baru bisa menggunakan hak pilihnya setelah berbuka puasa. Ini adalah pemilu kedua di Kuwait yang digelar pada bulan suci Ramadhan.
Setelah pemungutan suara ditutup, pada tengah malam waktu setempat, dilakukan penghitungan suara. Hasil pemilu akan diketahui, Jumat (5/4/2024). Setelah hasil pemilu diumumkan, pemerintahan yang dibentuk emir baru mundur.
Emir Sheikh Meshal al-Ahmad al-Sabah pada Februari 2024 membubarkan Majelis Nasional setelah parlemen Kuwait itu dinyatakan melanggar konstitusi, termasuk ujaran dengan ”bahasa menyerang dan tidak pantas” yang dilontarkan oleh salah seorang anggota Majelis Nasional dalam menanggapi kritik Emir.
Baca juga: Sheikh Nawaf, ”Emir Pemaaf” Pembangun Jembatan Berbagai Perbedaan
Sheikh Meshal (83) dalam pidato pelantikannya di sidang Majelis Nasional, Desember 2023, mengkritik kabinet danparlemen. Dia saat itu mengumumkan era reformasi, antara lain, dengan mengangkat menteri luar negeri untuk pertama kalinya dari luar anggota keemiran.
Beberapa jam setelah pidato Emir tersebut, pemerintahan Sheikh Ahmed al-Nawaf mengundurkan diri. Sheikh Mohammad Sabah al-Salem al-Sabah membentuk pemerintahan baru, termasuk mengangkat menteri-menteri baru, seperti menteri perminyakan, menteri keuangan, menteri luar negeri, menteri dalam negeri, dan menteri pertahanan.
Di Kuwait, Majelis Nasional memiliki pengaruh lebih besar dibandingkan dengan badan-badan serupa di negara-negara monarki Arab Teluk. Akan tetapi, kerap terjadi kebuntuan politik hingga berujung pada pergantian kabinet dan pembubaran parlemen. Hal ini tidak jarang membuat lumpuh pengambilan kebijakan.
Dalam sistem politik Kuwait, Emir tetap memegang keputusan tertinggi. Majelis Nasional berkali-kali dibubarkan setelah mengalami kebuntuan.
Partisipasi perempuan
Hal lain yang menonjol dalam sistem politik di Kuwait adalah keterlibatan perempuan. Keterlibatan perempuan di parlemen Kuwait dimulai ketika Dewan Nasional menyetujui usulan pemerintah untuk mengubah Pasal 1 Undang-Undang Pemilu yang memperbolehkan perempuan menggunakan hak pilih dan hak untuk dipilih. Keputusan tersebut diambil pada tanggal 16 Mei 2005.
Pada April 2006, perempuan Kuwait menggunakan hak pilih untuk pertama kali dan ada yang menjadi kandidat parlemen. Ketika itu, Janan Boshehri, perempuan insinyur, mengumumkan mencalonkan diri dalam pemilu tambahan di Dewan Kota.
Baca juga: Perempuan Kuwait Kian Terjepit
Pada Pemilu 2008, sebanyak 27 perempuan Kuwait mengajukan diri sebagai kandidat anggota Majelis Nasional. Namun, belum ada yang terpilih ketika itu. Mereka pun menyiapkan diri untuk Pemilu 2009. Pada pemilu tersebut, empat perempuan Kuwait berhasil memenangi kursi parlemen. Mereka adalah Masouma al-Mubarak, Rola Dashti, Salwa al-Jassar, dan Aseel al-Awadi.
Pada Pemilu 2012, tiga perempuan Kuwait kembali memenangi kursi parlemen. Ketiganya adalah Masouma al-Mubarak, Safaa al-Hashem, dan Thekra al-Rashidi. Setahun kemudian, Masouma al-Mubarak dan Safa al-Hashem memenangi lagi kursi parlemen.
Baca juga: Kuwait, Keterbukaan dan Tantangan Berdemokrasi
Dalam Pemilu 2016, hanya satu perempuan lolos ke parlemen, yakni Safaa al-Hashem. Empat tahun kemudian, tidak ada satu pun perempuan memperoleh kursi di parlemen. Perempuan Kuwait kembali menduduki kursi parlemen dalam Pemilu 2022 dengan terpilihnya Alia al-Khaled dan Jinan Bushahri. Setahun kemudian, Bushahri kembali terpilih.
(AP/AFP/Reuters)