Pelabuhan Baltimore Tutup gara-gara Jembatan Francis Scott Key Ambruk
Dengan penutupan pelabuhan, lebih dari 150.000 orang terancam pekerjaannya. Semua karena kapal Singapura.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·4 menit baca
BALTIMORE, RABU — Pelabuhan Baltimore, pelabuhan kargo internasional terbesar kesembilan di Amerika Serikat, ditutup sampai batas waktu yang belum ditentukan. Penutupan itu salah satu imbas runtuhnya jembatan Francis Scott Key akibat ditabrak kapal berbendera Singapura.
Kepala Dinas Perhubungan Maryland Paul Wiedefeld mengumumkan penutupan itu pada Selasa 26/3/2024) malam waktu setempat atau Rabu pagi WIB. MV Dali, kapal berbendera Singapura dan dioperasikan perusahaan Denmark, Maerks, menabrak jembatan itu pada Selasa dini hari. ”Lalu lintas kapal masuk dan keluar dari Pelabuhan Baltimore ditangguhkan sampai pemberitahuan lebih lanjut. Akan tetapi, pelabuhan tetap terbuka untuk truk,” ujarnya.
Jembatan Francis Scott Key membentang dekat mulut Teluk Chesapeake. Kapal-kapal yang akan masuk Pelabuhan Baltimore biasanya antre di teluk itu. Kini, puing jembatan menutup satu-satunya akses dari dan ke pelabuhan.
Kepala Kamar Dagang Baltimore Brent Howard menyebut sudah ada dampak penutupan pelabuhan. Kapal tujuan Pelabuhan Baltimore dipindahkan ke pelabuhan lain. Padahal, kapal itu sudah mengantre beberapa hari untuk masuk pelabuhan. Ekspor batubara dan mobil juga harus dialihkan dari pelabuhan lain.
Direktur Komunikasi Otoritas Pelabuhan Virginia Joe Harris menyebut sejumlah pelabuhan di Pantai Timur AS akan menampung arus menuju Baltimore. Pelabuhan New York, New Jersey, Philadelphia, Delaware, hingga Norfolk menjadi penampung muatan dari dan ke Baltimore. Beban harus dibagi ke berbagai pelabuhan. Sebab, sebelum ada muatan dari Baltimore, pelabuhan-pelabuhan itu juga sudah punya muatan rutin.
Kepala Riset pada Freightos Judah Levine menyebut pengalihan pelabuhan akan memicu penumpukan antrean bongkar muat. Biaya juga akan membengkak.
Levine berpendapat, runtuhnya jembatan tersebut kemungkinan tidak akan berdampak besar pada perdagangan global seperti dampak pandemi Covid. Sebab, Baltimore bukanlah pelabuhan utama bagi kapal kontainer. Selain itu, lalu lintas pelayaran dari Asia sedang dalam masa jeda tahunan setelah libur Tahun Baru Imlek di China.
Emily Stausbøll yang menjadi analis pada perusahaan analisis perkapalan Xeneta berpendapat berbeda. ”Pelabuhan ini menangani lebih dari sejuta peti kemas tahun lalu. Akan ada gangguan rantai pasok serius,” ujarnya.
Pada 2023 Pelabuhan Baltimore menangani muatan total 52,3 juta ton senilai 80,8 miliar dollar AS. Baltimore menjadi pelabuhan utama komoditas pertanian dan mesin-mesin konstruksi.
Gula salah satu komoditas penting dari pelabuhan tersebut. Tidak jauh dari pelabuhan, ada salah satu pabrik gula terbesar AS. Pelabuhan itu merupakan pintu keluar terbesar kedua untuk batubara AS.
Ada 15.300 orang bekerja di dan terkait pelabuhan itu dengan beragam fungsi. Secara tidak langsung, pelabuhan itu menyediakan pekerjaan untuk hingga 139.000 orang. Dengan penutupan pelabuhan, lebih dari 150.000 orang terancam pekerjaannya.
Angkutan darat
Juru Bicara Asosiasi Truk Angkutan AS Jessica Gail mengatakan, 1,3 juta truk lewat jembatan itu tiap tahun. Dengan demikian, lalu lintas hariannya mencapai 3.600 truk. ”Insiden ini berdampak signifikan dan akan terasa lama di kawasan,” ujarnya, Rabu (27/3/2024).
Untuk truk, tidak semua bisa dialihkan rutenya. Pengangkut bahan berbahaya tidak boleh lewat terowongan bawah sungai karena alasan keselamatan. Dengan demikian, truk pengangkut material itu harus melewati rute lebih jauh.
Sementara bagi truk pengangkut material lain, diperkirakan akan terjebak kemacetan saat lewat terowongan. Setiap hari hingga 30.000 mobil beragam bentuk dan fungsi melewati jembatan Francis Scott Key. Selepas jembatan runtuh, mobil sebanyak itu akan berdesakan di terowongan dan aneka jalur lain.
Truk dilarang melewati terowongan kota. Rute memutar membuat pengiriman makan waktu lebih lama dan menambah biaya bahan bakar. ”Hal ini akan sangat merugikan kami,” kata Russell Brehm, Manajer Terminal Lee Transport di Baltimore.
Perusahaan angkutan yang dikelola Brehm mengangkut bahan-bahan berbahaya seperti produk minyak bumi dan bahan kimia. Ambruknya jembatan tersebut diperkirakan membuat pengiriman barang membutuhkan waktu berlipat hingga dua jam dari terminalnya di Teluk Curtis, Baltimore, ke pompa bensin BJ di lingkungan tepi laut Canton.
Mengutip dari laporan The Washington Post, warga yang paling dekat dengan lokasi reruntuhan merasa terdampar. Semua orang khawatir insiden akan menghentikan atau membuat bisnis kembali ke pusat kota. Marquis Neal (48) kepada Washington Post menyatakan, ”Insiden ini sangat menyedihkan. Saya melewati jembatan itu beberapa kali dalam sehari.”
Penyelidikan
Badan Keselamatan Transportasi Nasional AS telah mengirimkan 20 penyelidik ke lokasi. Kepala NTSB Jennifer Homendy mengatakan, badan itu belum bisa memverifikasi jumlah dan kondisi awak MV Dali. ”Kami tidak berspekulasi. Kami menyediakan fakta. Jadi, kami belum bisa menyampaikan banyak hal untuk saat ini,” katanya.
Ia belum bisa memastikan berapa banyak kendaraan yang jatuh kala jembatan jatuh. Otoritas Baltimore menutup lalu lintas sebelum MV Dali menabrak jembatan. Sebab, otoritas menerima kabar kapal berbendera Singapura itu kehilangan tenaga dan kendali lalu meluncur ke arah jembatan.
Kepolisian lokal dan federal juga telah mengirimkan penyelidik ke lokasi. Hingga enam orang dikhawatirkan tewas dalam insiden tersebut.
Menhub AS Pete Buttigieg menyebut, Baltimore pelabuhan ekspor penting untuk aneka mobil. ”Ini bukan jembatan biasa. Ini salah satu benda penting infrastruktur Amerika. Jembatan telah menjadi bagian penting kawasan lebih lama dari kebanyakan orang yang hidup saat ini. Upaya pemulihan tidak akan mudah,” ujarnya. (AFP/REUTERS/AP)