Maersk Line Hindari Laut Merah, Biaya Kargo Berpotensi Bertambah
Kebijakan itu diambil untuk menghindari dampak perang Israel–Hamas. Serangan kelompok Houthi terhadap kapal–kapal yang melintasi Laut Merah dikhawatirkan akan memicu gejolak ekonomi dunia.
Oleh
IWAN SANTOSA
·4 menit baca
KOPENHAGEN, JUMAT — Perusahaan pelayaran terbesar dunia, Maersk Line, menghentikan sementara pelayaran melintasi Laut Merah. Langkah itu diambil untuk menghindari dampak perang Israel-Hamas. Perubahan jalur berpotensi menambah biaya operasional, biaya asuransi, dan menjadi beban tambahan bagi konsumen global karena kapal harus mengitari Afrika Selatan. Tambahan waktu pelayaran melalui Afrika Selatan rata-rata mencapai 19-31 hari.
”Menyusul serangan terhadap kapal Maersk Gibraltar di Laut Merah, kemarin (Kamis, 14/12/2023), dan serangan lainnya terhadap kapal kami hari ini, maka seluruh kapal Maersk Line menghindari jalur pelayaran melalui Terusan Suez-Selat Bab El Mandeb hingga pemberitahuan lebih lanjut,” demikian keterangan resmi Maersk Line. Perusahaan pelayaran utama dunia yang bermarkas di Kopenhagen, Denmark, itu menghubungkan 343 pelabuhan di seluruh dunia.
Serangan kelompok Houthi terhadap kapal–kapal yang melintasi Laut Merah dikaitkan dengan perang Israel–Hamas. Serangan itu dikhawatirkan akan memicu gejolak ekonomi dunia. Jalur laut Terusan Suez–Laut Merah yang menghubungkan Asia–Australia dengan Eropa adalah jalur pelayaran utama.
Gangguan pelayaran dipicu serangan kelompok Houthi di Yaman yang bersekutu dengan Iran. Kelompok Houthi mendukung perjuangan Palestina yang sedang diserang Israel di Jalur Gaza.
Kapal–kapal yang dianggap memiliki hubungan ekonomi dengan Israel menjadi sasaran. Salah satunya adalah kapal tanker berbendera Norwegia, kapal kargo Hong Kong dari Oman ke Arab Saudi, selain dari kapal–kapal milik Maersk Lines. Gangguan terhadap pelayaran tersebut dapat memicu krisis pangan, migas, dan berbagai produk kebutuhan sehari–hari yang diangkut melalui jalur Laut Merah–Terusan Suez.
Kantor Bidang Hubungan Luar Negeri Uni Eropa dalam keterangan resmi Rabu (13/12/2023) mengatakan, berbagai serangan kelompok Houthi membahayakan keselamatan pelayaran internasional. Tindakan tersebut bertentangan dengan hukum internasional. Manajer Senior Kamar Dagang Pelayaran Internasional John Stawpert mengatakan, sebagian besar pasokan energi Eropa berupa minyak bumi dan minyak diesel diangkut melintasi Laut Merah.
“Demikian juga produk komoditas seperti gandum, beras, minyak sawit, diangkut oleh berbagai kapal niaga melalui Laut Merah,” kata Stawpert yang organisasinya menghimpun 80 persen kapal dagang di dunia.
Beberapa kapal dagang yang berbisnis dengan Israel mulai menempuh rute lebih jauh dengan mengitari Afrika Selatan dan Selat Gibraltar untuk berlayar ke dan dari pelabuhan-pelabuhan di Israel. Harga minyak dunia turun menyusul serangan Houthi karena pasar mengurangi permintaan. Salah satu dampak serangan kelompok Houthi adalah meningkatnya biaya asuransi perkapalan.
Editor Asuransi perkapalan Lloyd, London, David Osler mengatakan, biaya asuransi sudah naik dua kali lipat untuk kapal niaga yang melintasi Laut Merah. Biaya tersebut bisa menambah beban operasional ratusan ribu dollar untuk sekali perjalanan melewati Laut Merah.
Bagi penguasaha perkapalan Israel, yang menjadi sasaran utama kelompok Houthi, biaya asuransi yang dikenakan naik hingga 250 persen. Para penjual barang membayar ”biaya risiko perang” sebesar 50 dollar AS hingga 100 dollar AS per peti kemas untuk mengirimkan barang melintasi Laut Merah. Menurut David Osler, biaya tambahan tersebut tidak akan mengakibatkan kenaikan harga kepada konsumen.
Osler memperkirakan biaya asuransi akan terus meningkat. Tentu saja ada risiko kapal hancur atau hilang akibat konflik yang terjadi jika melintasi Laut Merah. ”Saat ini situasi masih belum menentu. Tidak ada pengusaha yang suka kena biaya tambahaan ratusan ribu dollar AS. Tapi, tidak ada pilihan lain,” kata Osler.
Kelompok Houthi menyerang kapal–kapal di Laut Merah dengan menggunakan drone dan rudal antikapal. Bahkan, kelompok Houthi sudah mengambil alih kapal milik Israel dengan menggunakan serbuan komando dengan diangkut helikopter.
Kelompok Houthi mengancam akan menyerang kapal komersial yang akan pergi atau datang dari Israel. Pelabuhan Utama Israel di Laut Merah terletak di Eilat berdekatan dengan kota resor wisata Mesir, Sharm El Sheikh. Israel juga memiliki pelabuhan Jaifa di dekat ibu kota Tel Aviv di Laut Tengah.
Sejauh ini para pengamat memperkirakan kelompok Houthi tidak akan memblokade Laut Merah. Mereka diperkirakan tidak memiliki armada untuk menutup jalur laut tersebut dan hanya mempunyai satu helikopter serbu.
Sedangkan Amerika Serikat, Perancis, dan sejumlah negara memiliki kapal perang yang berpatroli di Teluk Aden, terutama untuk menangkal bajak laut Somalia. Bahkan, China pun kini memiliki pangkalan logistik militer di Jibouti seperti Amerika Serikat dan Perancis.
John Stawpert mengatakan, serangan–serangan terhadap kapal dagang di Laut Merah membuat pengusaha kapal niaga khawatir. ”Meski demikian, tetap kapal-kapal dagang melintasi Laut Merah karena ini jalur terdekat dan penting dalam perdagangan antara Asia dan Eropa,” kata Stawpert.
Dia menilai kemampuan kelompok Houthi menguasai perairan Laut Merah masih terbatas. ”Saya belum melihat kemungkinan kelompok Houthi memblokade jalur pelayaran di Laut Merah. Kita akan mengantisipasi ancaman yang ada dan terus menjalankan pelayaran niaga,” kata Stawpert.
Peristiwa serupa terjadi di perairan Laut Hitam terkait pengiriman gandum dalam perang Ukraina-Rusia yang terjadi saat ini. Menurut dia, belum terlihat kemungkinan Laut Merah diblokade pihak tertentu terkait Perang Israel di Jalur Gaza. Namun, jika ada kemungkinan tersebut, negara–negara yang menempatkan armada Angkatan Laut di Laut Merah-Teluk Aden tentu tidak akan tinggal diam. (AP/Reuters)