Israel Tetap Serang Gaza di Tengah Jalur Kemanusiaan
Jalur kemanusiaan di Gaza dibuka, tetapi rudal terus ditembakkan Israel.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
GAZA, MINGGU – Serangan militer Israel ke Gaza bagian utara, Tepi Barat, dan Suriah terus berlanjut, meskipun jalur kemanusiaan sedang dibuka di Gaza bagian selatan. Jumlah korban jiwa terus bertambah, yaitu 4.651 orang di pihak Palestina dan 1.400 orang dari pihak Israel. Belum ada tanda-tanda pertempuran akan berakhir karena Israel masih berambisi melakukan serbuan darat ke Gaza.
Pada Minggu (22/10/2023) pagi, militer Israel melancarkan serangan udara ke Gaza bagian utara. Mereka mengatakan bahwa di wilayah utara ini Hamas bersembunyi dengan cara membangun jaringan terowongan rahasia. Israel terus menyerukan agar warga sipil di Gaza segera angkat kaki ke selatan. Mereka juga melakukannya dengan cara menghujani Gaza utara dengan brosur yang mengultimatum warga untuk pergi.
Sejauh ini tercatat sudah 700.000 warga Gaza utara, dari 1,1 juta warga, yang mengungsi ke selatan. Artinya, masih ada setidaknya 400.000 warga Palestina yang tetap di Gaza udara dan rentan menjadi korban serangan Israel. Tel Aviv berkali-kali mengatakan bahwa serbuan darat adalah satu-satunya cara mereka bisa mencabut Hamas hingga ke akar.
Surat kabar Israel, Haaretz, memberitakan bahwa Israel juga melakukan serangan udara ke Tepi Barat, termasuk ke masjid. Pemakaian pesawat tempur ke Tepi Barat ini yang pertama kali dilakukan Israel sejak Intifada Kedua pada tahun 2000. Di Tepi Barat, ada 90 warga Palestina tewas akibat serangan militer Israel maupun bentrok dengan warga Israel yang bersenjata.
Selain itu, Israel menembakkan rudal ke bandara Aleppo dan Damaskus di Suriah yang menewaskan seorang pekerja. Menurut Tel Aviv, mereka harus melakukan hal tersebut guna mencegah bandara itu dipakai untuk mengimpor persenjataan dari Iran yang akan dipakai oleh Hezbollah. Sebagai tindakan berjaga-jaga dari serangan Hezbollah, 42 permukiman Israel di sepanjang perbatasan dengan Lebanon telah diungsikan.
Bantuan kurang
Sementara itu, di Rafah, Mesir yang berbatasan dengan Gaza bagian selatan, 17 unit truk bantuan kemanusiaan memasuki Gaza. Sejak Sabtu (21/10), ada 37 truk yang membawa bantuan untuk warga Palestina di sana. Menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN OCHA), konvoi ini hanya mengangkut 4 persen dari kebutuhan sehari-hari warga Gaza sebelum perang.
“Jumlah truk paling sedikit harusnya 100 unit per hari untuk membawa bantuan ke Gaza. Mereka membutuhkan minyak untuk generator listrik, air bersih, obat-obatan, dan makanan,” demikian bunyi keterangan UN OCHA.
Para tenaga kesehatan terpaksa melakukan tindakan medis dengan peralatan seadanya. Jarum jahit dipakai untuk mengoperasi pasien dan cuka sebagai disinfektan. Banyak pasien yang terpaksa dioperasi tanpa obat bius maupun penerangan yang cukup karena rumah sakit tidak dialiri listrik. Di kemah-kemah pengungsian, muncul risiko penyakit cacar dan diare akibat kondisi kebersihan yang tidak layak.
“Setiap hari, saya harus menangani setidaknya 10 pasien yang terluka parah. Kami harus mengobati mereka di lorong-lorong gelap saking sudah tidak ada tempat,” kata Mohammed Qandeel, dokter di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, ada 130 bayi prematur yang nyawanya terancam apabila inkubator mereka berhenti dialiri listrik. Di Gaza ada 50.000 perempuan hamil yang 5.500 orang di antaranya dijadwalkan bersalin di bulan Oktober, sementara sarana medis sangat terbatas.
Bagi warga asing yang berada di gaza belum ada tanda-tanda mereka bisa menyeberang melalui Rafah ke Mesir. Salah satu warga yang menunggu kepastian ialah akademisi Inggris Emilee Rauschenberger. Ia, suami, dan kelima anak mereka sedang mengunjungi mertua di Gaza ketika perang pecah.
“Belum ada kabar mengenai pembukaan Gerbang Rafah bagi warga asing,” katanya kepada BBC. Sama seperti para pengungsi, warga-warga asing juga mencari makanan seadanya karena kondisi di Gaza bagian selatan tidak memadai menampung orang.
Kirim rudal
Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin mengatakan, pihaknya mengirim THAAD untuk Israel. Ini adalah sistem rudal antibalistik yang bertujuan menembak jatuh rudal-rudah jarak pendek hingga menengah. AS juga memberi Israel rudal Patriot. Di Laut Merah, kapal perusak milik AS USS Carney, menembak jatuh rudal yang ditembakkan dari Yaman.
Sementara itu, Paus Fransiskus kembali memohon agar konflik Hamas-Israel segera diakhiri. ”Perang selalu merupakan kekalahan, itu adalah kehancuran bagi persaudaraan manusia. Saudara-saudara, hentikan! Berhenti!” kata Paus Fransiskus dari Lapangan Santo Petrus, Vatikan.
Paus pun menyerukan agar bantuan kemanusiaan terus dialirkan ke Gaza dan para sandera dibebaskan. (AP/AFP/Reuters)