Serangan pada kapal-kapal Israel bisa meningkatkan risiko di perairan sekitar. Ada risiko pembengkakan ongkos angkutan laut internasional. Dampaknya, harga aneka barang aneka barang bisa naik.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM, KRIS MADA
·4 menit baca
DUBAI, MINGGU — Aneka aset orang kaya Israel terus menjadi sasaran. Setelah kapal Galaxy Leader diserang di dekat Yaman, giliran kapal CMA CGA Symi diserang di Samudra Hindia. Kapal-kapal itu sama-sama dimiliki para miliarder Israel.
Serangan terhadap CMA CGA Symi diungkap seorang pejabat Amerika Serikat pada Sabtu (25/11/2023) malam. Pejabat yang menolak identitasnya diungkap itu menyebut, kapal diserang pesawat nirawak. Pesawat itu menjatuhkan bom yang merusak sebagian kapal.
Tidak disebutkan secara jelas bagian apa yang rusak. Sejauh ini, hanya ada informasi tidak ada korban tewas akibat serangan itu. Kapal juga disebutkan terus berlayar.
Menurut Al-Mayadeen, televisi yang terafiliasi dengan Hezbollah di Lebanon, pesawat Shaheed dipakai dalam serangan itu. Pesawat buatan Iran itu diketahui banyak dipakai Rusia untuk menyerang Ukraina.
Kapal CMA CGM Symi terdaftar di Malta. Adapun CMA CGM merupakan perusahaan pelayaran yang berkantor pusat di Marseilles, Perancis. Menurut perusahaan itu, Symi dimiliki Eastern Pacific Shipping yang berbasis di Singapura. Miliarder Israel, Idan Ofer, diketahui menjadi pengendali perusahaan Singapura itu.
Dalam pernyataan tertulis, Eastern Pacific Shipping membenarkan ada pengakuan serangan terhadap salah satu asetnya. Meski demikian, kapal yang diserang masih berlayar sesuai jadwal.
Setahun lalu, MT Pacific Zircon milik Eastern Pacific Shipping diserang di lepas pantai Oman. Israel menuding Iran menyerang tanker yang terdaftar di Liberia itu. Sementara untuk MV Symi belum ada tanggapan resmi Israel.
Dampak serangan
Dalam pernyataan pada Sabtu, militer Inggris mengungkap perintah dari Yaman kepada salah satu kapal di dekat Hodeidah. Kapal itu diminta menjauhi Hodeidah yang merupakan pelabuhan terbesar Yaman tersebut.
London menganggap perintah itu peringatan kepada para pelaut di Timur Tengah. ”Kapal-kapal di sekitar disarankan untuk berhati-hati dan melaporkan aktivitas mencurigakan apa pun,” demikian peringatan tersebut.
Analis pada International Institute for Strategic Studies (IISS), Fabian Hinz, menyebut, kapal-kapal Israel akan terus jadi sasaran di sekitar Yaman. Kelompok pemberontak Houthi jelas menyatakan akan terus menyerang Israel gara-gara perang Gaza.
Masalahnya, Houthi tidak akan benar-benar mampu menyerang Israel. Karena itu, Houthi memilih kapal-kapal Israel di sekitar Yaman sebagai sasaran serangan. ”Kondisi ini bisa memperluas konflik di kawasan,” ujarnya.
Menilik kasus Galaxy Leader, Symi, dan Pacific Zircon, kapal-kapal Israel bisa jadi akan terus berlayar di sekitar Yaman. Para miliarder Israel sebagai pemilik sejati kapal-kapal itu tidak bisa mengatur operasional harian aset mereka. Kapal-kapal itu dikelola perusahaan lain untuk berlayar ke mana saja.
Dalam pernyataan terpisah, Soufan Center menyebut serangan pada kapal-kapal Israel bisa meningkatkan risiko di perairan sekitar. Lembaga konsultasi keamanan di New York, Amerika Serikat, itu menyebut AS akan terpaksa mengerahkan lebih banyak aset militer ke sekitar Yaman. Pengerahan itu demi mengamankan rute pelayaran penting bagi AS dan dunia tersebut.
Lokasi pembajakan Galaxy Leader oleh Houthi merupakan perairan yang menghubungkan Laut Tengah-Laut Merah-Samudra Hindia. Jika tidak melewati rute itu, kapal harus memutari Afrika. Rute mengelilingi pesisir Afrika berarti menambah jarak tempuh hampir 10.000 kilometer. Semakin jauh pelayaran, semakin besar pula biaya.
Kondisi ini bisa memperluas konflik di kawasan.
Sementara itu, konsultan energi pada Mathyos Advisory, Tom O’Sullivan, mengungkapkan bahwa beberapa perusahaan pelayaran terpantau memilih rute keliling Afrika dibandingkan lewat Laut Merah. Para operator kapal-kapal Israel dan sekutunya akan terpaksa melakukan itu sampai beberapa waktu mendatang.
Jika tetap lewat Laut Merah, menurut O'Sullivan, ada risiko pembengkakan premi asuransi. Perusahaan asuransi menilai risiko berlayar di Laut Merah meningkat setelah serangan terhadap Galaxy Leader.
Sementara itu, berkaca dari MV Symi, memutari Afrika pun belum tentu aman. Dengan peningkatan kemampuan Houthi dan Iran, tidak tertutup kemungkinan serangan dilancarkan jauh di tengah Samudra Hindia.
Houthi dilaporkan telah bisa menerbangkan sejumlah pesawat dan helikopter buatan Uni Soviet. Beberapa dekade lalu, Uni Soviet memasok aneka persenjataan untuk Yaman. Kini, sebagian persenjataan itu dikuasai dan dimodifikasi Houthi.
Peningkatan biaya, baik untuk premi asuransi maupun biaya operasional karena kapal berlayar lebih lama, akan berdampak pada harga. Minyak dan aneka hal yang diangkut dengan kapal bisa naik harganya. Produsen dan distributor akan membebankan peningkatan biaya itu ke konsumen.
Serang pangkalan
AS menuding Houthi dan sejumlah kelompok bersenjata sokongan Iran menyerang pangkalan-pangkalan AS di Irak dan Suriah. Sejak 17 Oktober 2023 setidaknya ada 66 serangan pada pangkalan-pangkalan AS di Irak dan Suriah. Dampaknya, puluhan prajurit AS gegar otak parah.
Rangkaian serangan itu dikaitkan dengan dukungan AS terhadap Israel di Gaza. Serangan terhadap sasaran-sasaran AS ini telah mengakhiri gencatan senjata yang telah berlangsung selama setahun dengan disepakati faksi-faksi di Irak dengan Washington.
Pihak AS telah membalas. AS, antara lain, menyerang dua lokasi di Irak pada Selasa lalu. ”Serangan tersebut merupakan tanggapan langsung terhadap serangan terhadap pasukan AS dan Koalisi yang dilakukan oleh Iran dan kelompok yang didukung Iran,” demikian peryataan militer AS. (AFP/REUTERS)