Mesir Isyaratkan Kemungkinan Perpanjangan Jeda Kemanusiaan di Gaza
Negosiasi untuk pembebasan sandera Hamas dan tahanan Israel terus berjalan. Semua pihak berharap jeda kemanusiaan di Gaza terus berlanjut.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD, FRANSISCA ROMANA
·5 menit baca
KAIRO, SABTU — Otoritas Mesir menyebutkan telah menerima sinyal positif dari semua pihak tentang kemungkinan perpanjangan jeda kemanusiaan di Jalur Gaza selama satu atau dua hari. Kepala Badan Informasi Negara (SIS) Mesir Diaa Rashwan, Sabtu (25/11/2023), dalam pernyataan mengungkap, Mesir tengah mengadakan pembicaraan lebih luas dengan para pihak untuk mencapai kesepakatan tersebut. Dengan perpanjangan jeda kemanusiaan, artinya semakin banyak sandera di Gaza dan tahanan di penjara Israel dibebaskan.
Memasuki hari kedua jeda kemanusiaan di Gaza, Sabtu, pejabat Mesir mengungkap, Hamas siap melepaskan 14 warga Israel yang disandera. Pelepasan sandera itu bersamaan dengan pembebasan 42 warga Palestina yang ditahan Israel.
Kepada tim mediasi dari Mesir dan Qatar, Hamas menyediakan daftar 14 sandera yang dibebaskan. Menurut seorang pejabat Mesir yang berbicara dengan syarat anonim kepada kantor berita Associated Press, daftar itu telah diteruskan kepada Israel. Badan Penjara Israel, Sabtu, menyatakan juga tengah mempersiapkan pembebasan 42 tahanan. Belum jelas berapa banyak sandera non-Israel yang turut dibebaskan.
Kementerian Luar Negeri Polandia menyebut, seorang warga negaranya termasuk dalam sandera yang dilepaskan Hamas. ”Kami menyambut baik jeda kemanusiaan di Jalur Gaza yang memungkinkan pembebasan sandera, termasuk seorang warga Polandia, dan meningkatnya bantuan kemanusiaan ke wilayah itu,” sebut pernyataan Kemenlu Polandia.
Seorang diplomat Qatar yang tidak disebutkan namanya menuturkan, delegasi Qatar tiba di Israel untuk berkoordinasi dengan kedua pihak dan menjamin kesepakatan jeda kemanusiaan berlanjut dengan mulus. Qatar bersama Mesir, melibatkan Amerika Serikat, memediasi jeda kemanusiaan selama empat hari di Jalur Gaza yang dimulai pada Jumat (24/11/2023).
Pada hari pertama tersebut, Hamas melepaskan 13 sandera warga Israel, 10 warga Thailand, dan 1 warga Filipina. Israel membebaskan 39 warga Palestina. Secara keseluruhan, berdasarkan kesepakatan, Hamas akan melepaskan 50 sandera warga Israel dan Israel membebaskan 150 tahanan selama empat hari jeda kemanusiaan, diprioritaskan untuk perempuan dan anak-anak.
Saya berharap (jeda kemanusiaan) bisa diperpanjang sampai kondisi warga membaik.
Hari kedua jeda kemanusiaan tampaknya tetap bertahan. Seperti ditayangkan AFPTV, hanya terlihat asap tipis yang mengepul di atas wilayah Gaza bagian utara yang menjadi fokus gempuran militer Israel.
Untuk pertama kalinya dalam lebih dari sebulan, bantuan kemanusiaan bisa mencapai Gaza utara. Bulan Sabit Merah Palestina menyebut, sebanyak 61 truk membawa makanan, air, dan obat-obatan bergerak menuju wilayah tersebut. PBB mengungkap, bersama Bulan Sabit Merah Palestina mereka berhasil mengevakuasi 40 pasien dan keluarganya dari sebuah rumah sakit di di Kota Gaza ke Khan Younis.
Di kota tersebut, antrean panjang warga membawa jeriken dan wadah lainnya terlihat di luar sebuah stasiun pengisian. ”Saya berharap (jeda kemanusiaan) bisa diperpanjang sampai kondisi warga membaik,” kata Hossam Fayad, warga Khan Younis.
Pembebasan sandera oleh Hamas dan tahanan oleh Israel disambut gembira keluarga mereka. Roongarun Wichagern, saudara sandera asal Thailand, Vetoon Phome, menyebut pembebasan saudaranya sebuah keajaiban. Dia dan seluruh keluarga sempat menduga Vetoon telah tewas setelah hampir 1,5 bulan menghilang.
Kebahagiaan yang sama dirasakan Khalil Brahma setelah melihat putranya yang berusia 17 tahun, Jamal, bebas, setelah tujuh bulan ditahan oleh Israel. Jamal ditangkap di depan rumahnya di Kota Jericho, musim semi lalu. Hingga saat ini tidak ada alasan yang jelas dari otoritas Israel tentang penahanannya.
”Saya tidak bisa berkata apa-apa,” ujar Jamal. Sementara Khalil hanya bisa mengusap matanya yang basah karena bisa melihat kembali anaknya.
Keceriaan juga terlihat di keluarga Yaffa Adar (85) yang juga masuk dalam daftar warga Israel yang dibebaskan. Sebuah unggahan di media sosial memperlihatkan Adar berkumpul bersama keluarganya kembali setelah hampir 50 hari ditahan oleh Hamas. ”Nenek ada di sini, sehat dan cantik,” tulis Adriana Adar, putrinya.
Keluarga tersebut masih menantikan pembebasan Tamir Adar, cucu laki-laki Yaffa Adar, yang juga ditangkap Hamas pada 7 Oktober lalu. Keluarga belum mengetahui apakah Tamir akan masuk dalam daftar gelombang kedua pertukaran tahanan atau tidak.
Harapan yang sama disampaikan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed al-Ansari. Qatar memandang jeda kemanusiaan menjadi momentum untuk mengakhiri kekerasan.
Akan tetapi, pandangan berbeda disampaikan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant. Kepada pasukan Israel, dia menyebut, istirahat mereka tidak akan lama dan perang akan berlanjut dengan intensitas yang tinggi setidaknya selama dua bulan lagi.
Dukungan Inggris
Saat berkunjung ke Ramallah, Tepi Barat, Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron mengingatkan Israel bahwa mereka tidak akan pernah merasakan keamanan yang abadi kecuali ada jaminan keamanan dan stabilitas jangka panjang bagi rakyat Palestina. Mantan Perdana Menteri Inggris itu juga menyebut kekerasan para pemukim Israel di Tepi Barat terhadap warga Palestina tidak bisa diterima.
Cameron berada di Ramallah setelah dia bertemu PM Israel Netanyahu di Tel Aviv. Di Tepi Barat, dia bertemu Mahmoud Abbas, Presiden Otoritas Palestina dan para pemimpin senior Palestina lainnya. Cameron mengumumkan komitmen Inggris memberikan bantuan kemanusiaan sebesar 30 juta poundsterling bagi Palestina melalui PBB dan badan-badan lain yang beroperasi di Gaza.
Cameron juga menyebut Israel mempunyai hak untuk membela diri. Akan tetapi, dia menyatakan korban di Palestina sudah terlalu tinggi. ”Ketika saya bertemu dengan Presiden Israel, Perdana Menteri dan pejabat lainnya, saya berulang kali menekankan bahwa mereka harus mematuhi hukum humaniter internasional. Jumlah korban terlalu tinggi dan mereka harus memikirkan hal itu,” katanya. (AP/AFP/REUTERS)