Butuh Gencatan Senjata Permanen di Gaza untuk Cegah Krisis Pengungsi di Eropa
Wakil Presiden Ma’ruf Amin dan Wakil Ketua Parlemen Yunani Ioannis Plakiotakis serukan gencatan senjata permanen di Gaza.
Oleh
SUHARTONO DARI ATHENA, YUNANI
·3 menit baca
ATHENA, KOMPAS — Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyatakan, gencatan senjata di Gaza mutlak untuk dijadikan secara permanen antara Palestina dan Israel dengan mengakhiri perang. Sebab, jika gencatan senjata tidak permanen, konflik di Gaza akan berdampak panjang bagi negara-negara Eropa, di antaranya termasuk Yunani. Salah satu imbasnya adalah kekhawatiran masuknya pengungsi dari Gaza menuju Eropa melalui Yunani.
Saat memberi keterangan pers seusai bertemu dengan Wakil Ketua I Parlemen Yunani Ioannis Plakiotakis di Gedung Parlemen di Athena, Yunani, Rabu (22/11/2023) siang waktu setempat atau Rabu malam WIB, Wapres Amin menyatakan, ada kekhawatiran di Yunani jika perang antara Palestina dan Israel terus berkelanjutan. Untuk itu, Wapres dan Ioannis mendorong adanya solusi perdamaian yang permanen di Gaza.
Sebagaimana diberitakan, Pemerintah Israel dan kelompok Hamas menyepakati jeda pertempuran selama empat hari di Gaza. Termasuk pula dalam kesepakatan mereka adalah pembebasan sandera oleh Hamas sebanyak 50 orang. Mereka akan ditukar dengan 150 tahanan Palestina yang dipenjara Israel. Jeda pertempuran itu akan dimulai pada Kamis (23/11/2023) pagi waktu setempat.
Mengawali kunjungan kerjanya, dalam pertemuan dengan Wakil Ketua I Parlemen Yunani, Wapres didampingi Duta Besar RI untuk Yunani Bebeb AK Nugraha Djundjunan, Kepala Sekretariat Wapres Ahmad Erani Yustika, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Setwapres Suprayoga Hadi, serta Juru Bicara dan Staf Khusus Wapres Bidang Komunikasi dan Informasi Masduki Baidlowi.
Hadir pula Staf Khusus Wapres Bidang Politik dan Hubungan Kelembagaan Robikin Emhas serta Staf Khusus Wapres Bidang Penanggulangan Kemiskinan dan Otonomi Daerah Imam Azis.
”Soal perdamaian di dunia, terutama menyangkut konflik Gaza, kita bersama ingin agar segera diselesaikan dengan baik dan ada penyelesaian perdamaian yang permanen sehingga tidak mengkhawatirkan sejumlah negara di Eropa,” ujar Wapres Amin dalam keterangan pers di Hotel Grande Bretagne setelah pertemuan di Parlemen.
Buntut perang Hamas dan Israel, Parlemen Yunani berharap, perang harus segera diakhiri. ”Mereka setuju tentang penyelesaian di Gaza, untuk segera diakhiri karena mereka juga terkena imbasnya. Selama ini, pengungsian yang pertama kalau ke Eropa, pintunya adalah lewatnya Yunani,” kata Wapres.
Hal senada diungkap oleh Juru Bicara Wapres Masduki Baidlowi. Ia mengatakan, Indonesia dan Yunani mempunyai kesamaan pandangan mengenai konflik di Gaza. Penyelesaian masalah di Gaza meliputi solusi jangka pendek dan jangka panjang.
Indonesia dan Yunani mempunyai kesamaan pandangan mengenai konflik di Gaza. Penyelesaian masalah di Gaza meliputi solusi jangka pendek dan jangka panjang.
Bagi Indonesia, kata Masduki, solusi jangka panjang dalam konflik tersebut adalah adanya perdamaian dan dikembalikannya wilayah Palestina sehingga negara Palestina berdiri dan hidup berdampingan dengan Israel.
”Terutama yang jangka pendek itu terkait dengan gencatan senjata karena kedua negara, saya kira punya sama-sama kepentingan untuk perdamaian. Wapres juga sudah menjelaskan bahwa kalau terjadi, perang yang terus berlangsung, salah satu yang paling jangka pendek terdampak oleh akibat itu adalah Yunani, karena pengungsi itu akan melewati Yunani,” kata Masduki.
Masduki mengatakan, Indonesia dan Yunani juga sama-sama berpegang teguh pada solusi dua negara. Dengan solusi ini, negara Palestina dan Israel berdiri secara berdampingan, sebagaimana prinsip yang telah ditetapkan oleh PBB.
”Dalam jangka panjang, dua negara sama-sama mewujudkan perdamaian. Jadi sama-sama berpegang teguh kepada prinsip yang sudah ditentukan oleh PBB soal two state solution (solusi dua negara),” tutur Masduki.
Solusi dua negara dapat dilakukan dengan proses perundingan yang adil, kredibel, dan sesuai dengan kesepakatan hukum internasional.
Duta Besar Indonesia untuk Yunani Bebeb AK Nugraha Djundjunan menambahkan, Yunani sebenarnya selama ini paling rentan terdampak pengungsi akibat gejolak politik di Timur Tengah, termasuk perang Hamas dan Israel. Selama ini imigran tak hanya datang dari Asia Tengah, seperti Pakistan dan Bangladesh, tetapi juga dari Timur Tengah.
”Yunani berbatasan dengan empat negara, seperti Turki, Mesir, Tunisia, dan Jordania, sehingga rentan masuknya pengungsi ke Yunani jika gencatan senjata permanen tak segera terwujud di Gaza,” ujarnya.