Cara Korsel-China Lecut Warga Menikah, Harga Rumah-Mahar Kawin Diturunkan
Harga rumah di Korsel dan mahar kawin di China dibuat lebih terjangkau agar lebih banyak warga berani menikah.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
SEOUL, SELASA — Angka pernikahan di Korea Selatan meningkat untuk pertama kali dalam 12 tahun terakhir. Peningkatan serupa juga terjadi di China. Kedua negara itu menggunakan berbagai cara untuk mendorong agar lebih banyak warga mau menikah.
Menurut pejabat berwenang di Korsel, peningkatan angka pernikahan terjadi karena sebelumnya banyak pasangan menunda pernikahan akibat pandemi Covid-19. Kebanyakan dari mereka lalu menikah pada akhir 2022 dan awal 2023.
”Namun, angka pernikahan (di Korsel) kembali menurun pada semester kedua 2023. Ini menunjukkan sebagian besar pasangan yang sebelumnya menunda perkawinan akibat pandemi kini kebanyakan telah menikah,” kata pejabat itu dalam sebuah pertemuan, Selasa (19/3/2024).
Kantor berita Korsel, Yonhap, melansir, angka kelahiran di Korsel terus menurun sejak lima tahun terakhir. Pada 2017 jumlah bayi yang lahir kurang dari 400.000 jiwa dan pada 2022 jumlahnya kurang dari 250.000 jiwa. Ini membuat Korsel menjadi negara dengan angka kelahiran terendah di dunia.
Survei terbaru di Korsel yang ditujukan kepada 500 warga dengan rentang umur 19-23 tahun menunjukkan, 50,4 persen responden tidak berencana menikah atau memiliki anak. Mayoritas responden menyebut mahalnya biaya tinggal menjadi penyebab utama mereka takut menikah.
Pemerintah Korsel berencana mengatasi masalah itu. Salah satunya dengan menyediakan lebih banyak rumah bersubsidi (public housing) dan mempermudah syarat orang muda mengakses pinjaman bank. Janji-janji seperti itu semakin sering digaungkan para politisi menjelang pemilihan legislatif pada April 2024.
Pada Januari 2024 Kementerian Agraria, Infrastruktur, dan Transportasi Korsel mengumumkan rencana untuk membangun 140.000 unit tempat tinggal. Untuk menyediakan lahan bagi proyek itu, pemerintah bakal mengalihfungsikan lahan yang sebelumnya dialokasikan untuk ruang terbuka hijau.
Angin segar di China
Di China, angka pernikahan juga naik untuk pertama kali dalam sembilan tahun terakhir. Hal ini menjadi angin segar di tengah fenomena menyusutnya populasi negeri itu. Pada 2023 angka pernikahan di ”Negeri Tirai Bambu” naik 12,4 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Data Kementerian Kependudukan dan Catatan Sipil China menunjukkan, pada 2023 ada 7,68 juta pengantin baru. Sama dengan di Korsel, peningkatan angka pernikahan China tahun lalu juga terjadi karena banyak warga sebelumnya menunda pernikahan akibat pandemi.
Selama beberapa dekade belakangan penduduk China terus menyusut setelah pemerintah menerapkan kebijakan satu anak (one child policy). Kebijakan itu kemudian diubah pada 2015 dan 2021 untuk mengungkit angka kelahiran.
Akibat kebijakan satu anak itu, komposisi penduduk China kini didominasi usia tua. Padahal, dalam 10 tahun terakhir, ada lebih kurang 300 juta penduduk China yang harus pensiun.
Selain itu, China juga menghadapi masalah orang muda yang enggan menikah. Mereka takut menikah karena sulit mencari pekerjaan yang layak. Perekonomian China yang belakangan melambat akibat pandemi juga memperburuk situasi.
Mahar kawin
Guna mengatasi rendahnya minat warga untuk menikah dan memiliki anak, Pemerintah China membuat sejumlah kebijakan untuk mendorong lebih banyak warganya menikah. Salah satu di antaranya adalah membatasi nilai mahar kawin yang dinilai membuat orang takut menikah.
Seperti dikutip Global Times, Selasa (27/2/2023), Pemerintah China menawarkan sejumlah insentif bagi pasangan di Chongyi, Provinsi Jiangxi, yang menikah dengan mahar kawin tidak lebih dari 39.000 yuan atau sekitar Rp 85 juta. Di Chongyi, biasanya mahar kawin bernilai sekitar 130.000 yuan atau sekitar Rp 284 juta.
Pasangan yang menikah dengan mahar bernilai ”wajar” akan mendapat prioritas saat memilih sekolah bagi anak di masa depan dan menjadi prioritas saat mencari kerja. Mereka juga akan diberi kupon gratis mengunjungi tempat wisata dan diberi subsidi kesehatan.
Tak hanya di situ, pasangan yang menerapkan mahar ”wajar” juga akan digratiskan dari biaya transportasi umum selama satu tahun. Mereka juga berhak mendapatkan macam-macam diskon untuk kebutuhan yang terkait dengan resepsi perkawinan. (REUTERS)