Mengenal Pemilu India, Diikuti 2.400 Parpol dan Hampir 1 Miliar Pemilih
Diikuti 2.400 parpol dan hampir 1 miliar pemilih serta berlangsung 1,5 bulan, pemilu India adalah pemilu terbesar dunia.
NEW DELHI, SENIN — Hampir 1 miliar penduduk India berhak untuk memilih pada pemilihan umum di negara itu, mulai pertengahan April hingga Juni 2024. Perdana Menteri India Narendra Modi dan partainya, Partai Bharatiya Janata (BJP), optimistis bakal memenangi pemilu sekaligus—bagi Modi—menduduki jabatan orang nomor satu di India untuk ketiga kalinya.
Kemenangan akan menjadikan Modi (73) sebagai orang kedua yang bisa menduduki jabatan perdana menteri (PM) tiga kali berturut-turut setelah Jawaharlal Nehru, PM pertama India.
”Kami akan membawa demokrasi ke setiap sudut negeri,” kata Rajiv Kumar, Ketua Komisi Pemilihan Umum India, Minggu (17/3/2024), saat mengumumkan tahapan pemilu. Pemilu akan dimulai pada 19 April dan berakhir pada 1 Juni. Menurut rencana, pengumuman pemenang pemilu akan disampaikan pada 4 Juni.
Jumlah pemilih kali ini mencapai 970 juta orang. Jumlah ini naik 150 juta orang dibandingkan pada pemilu tahun 2019. Dari jumlah tersebut, sebanyak 26 juta merupakan pemilih pemula, dengan 14 juta di antaranya adalah perempuan.
Baca juga: Metamorfosis Kebijakan India di Asia Tenggara
Pengumuman jadwal pelaksanaan pemilu tersebut dirilis di tengah gonjang-ganjing yang menimpa komisi pemilihan umum (KPU) India. Dua dari tiga komisioner mundur tiba-tiba, beberapa pekan sebelum pengumuman jadwal pemilu. Salah satunya adalah Arun Goel, pejabat tertinggi kedua di KPU India, yang mundur mendadak beberapa pekan lalu. Baru pada Kamis (14/3/2024), dua posisi yang lowong sudah terisi kembali.
Tujuh tahap
Lebih dari 2.400 partai politik bakal mengajukan calon-calon legislatornya. Untuk menggelar pemilu yang akan diikuti sekitar 970 juta pemilih tersebut, KPU India mengerahkan hampir 15 juta pegawai pemerintah—banyak di antara mereka adalah guru dan pegawai muda—untuk menjadi panitia pemilihan.
Pemilu India akan digelar dalam tujuh tahap. Hasil pemilu diharapkan sudah diketahui pada 4 Juni sehingga keseluruhan proses pemilu dijadwalkan sudah selesai pada 6 Juni.
Dalam pemilu, India menggunakan mesin elektronik untuk pemungutan suara. Cara ini telah digunakan sejak 1982. Sebanyak 5,5 juta mesin pemilu akan digunakan dalam pemilu mendatang. Dengan sistem pemungutan suara tersebut, pemilih tinggal memencet tombol dekat nama caleg dan gambar partai.
KPU India menyebutkan, setiap pemilih diharapkan berada dalam 2 kilometer jangkauan dari tempat-tempat pemungutan suara (TPS). Hal ini membuat petugas pemilu harus berjalan selama berhari-hari atau mendaki bukit untuk menjangkau wilayah-wilayah terpencil. Dalam satu kasus, petugas pemilu harus berjalan melewati hutan di Negara Bagian Gujarat, India barat, guna menjangkau pemilih.
Target Modi
Modi dan BJP yakin, kali ini mereka akan mendapatkan dukungan dari mayoritas pemilih India. ”Saya memiliki keyakinan penuh bahwa kami akan mendapatkan kasih sayang dan berkah penuh dari lebih 960 juta pemilih untuk ketiga kalinya berturut-turut,” kata Modi dalam serangkaian unggahan mengenai pemilu di media sosial X.
Modi menargetkan, BJP bisa meraih setidaknya 370 kursi, sementara Aliansi Demokratik Nasional (NDA) yang dipimpinnya meraup 400 kursi lebih di Lok Sabha atau Majelis Rendah dari total 543 kursi yang tersedia. Bagi BJP, angka ini naik sekitar 70 kursi yang diraihnya pada pemilu 2019. Pada pemilu terakhir ini, NDA meraih 350-an kursi.
Menjelang pemilu, Modi mengadakan perjalanan keliling ke berbagai pelosok negerinya untuk meresmikan proyek-proyek baru, menyampaikan pidato, dan berinteraksi dengan para pemilih. Dukungan terhadap dirinya dan partainya melonjak setelah ia membuka sebuah kuil Hindu di kota Ayodhya utara pada Januari 2024. Banyak kalangan melihat, pembukaan kuil Hindu ini sebagai awal tidak resmi dari kampanye Modi.
Peresmian kuil tersebut juga menandai rencana perubahan India dari sebuah negara demokrasi sekuler menjadi negara agama, yakni Hindu. BJP, partai yang dipimpin Modi, berhaluan nasionalis Hindu.
Baca juga: Jalur Kereta Api Buka Koridor Ekonomi yang Jembatani Relasi Arab-Israel
Dalam perjalanannya pekan lalu ke sejumlah wilayah, mulai dari Telangana, Tamil Nadu, Benggala Barat, hingga Bihar, Modi mengumumkan pembangunan proyek infrastruktur senilai 15 miliar dollar AS. Proyek-proyek itu adalah bagian dari upaya pemerintahannya untuk mendorong ekonomi negara dan menjadikan India sebagai negara dengan kekuatan perekonomian terbesar ketiga dunia.
Modi telah menjadikan pertumbuhan tinggi dan pembangunan infrastruktur sebagai prioritas utamanya dalam dua masa jabatan. Dia berjanji menjadikan India negara maju pada tahun 2047 dari statusnya saat ini sebagai negara berpendapatan menengah ke bawah.
”Hampir semua proyek yang dia resmikan merupakan penyelesaian atau perluasan proyek yang sudah ada sebelum dia menjadi perdana menteri,” kata Jairam Ramesh, politikus Partai Kongres India, oposisi pemerintah.
Dalam berbagai pidatonya di hadapan warga, Modi memaparkan pertumbuhan ekonomi India, negara dengan pertumbuhan ekonomi paling cepat di dunia saat ini, serta investasi pada infrastruktur dan program kesejahteraan bagi masyarakat miskin. Tiga bulan terakhir, India menikmati tingkat pertumbuhan hingga 8,4 persen.
Baca juga: ”India” atau ”Bharat”, Mengapa India Ingin Ganti Nama Negara?
Paras Jasrai, ekonom di India Ratings, menyebut tingkat pertumbuhan di atas 7 persen menjadi suatu berkah bagi India di tengah badai ekonomi global dan ketidakpastian geopolitik global.
Oposisi goyah
Penantang Modi, BJP, dan aliansi NDA adalah Partai Kongres India dan aliansi oposisi yang diberi nama INDIA (aliansi inklusif pembangunan nasional India). Partai Kongres sempat merasakan masa jaya selama 54 tahun, sejak merdeka dari Inggris. Akan tetapi, kini mereka dalam posisi sulit sejak Modi dan BJP berkuasa dalam setidaknya satu dekade terakhir.
”Ini mungkin akan menjadi kesempatan terakhir untuk menyelamatkan demokrasi dan konstitusi kita dari kediktatoran,” ucap Presiden Partai Kongres India Mallikarjun Kharge di platform X. ”Kita rakyat India akan bersama-sama melawan kebencian, penjarahan, pengangguran, kenaikan harga, dan kekejaman.”
Baca juga: Pemerkosaan Turis Spanyol Membuktikan India Tak Aman bagi Perempuan
Dibentuk dari belasan partai regional dan partai oposisi besar, aliansi INDIA tak mudah untuk tetap berada di bawah payung yang sama. Dikutip dari laman BBC, aliansi INDIA goyah hanya dalam rentang waktu enam bulan setelah terbentuk ketika Nitish Kumar, tokoh politik setempat dan pemimpin Partai Janata Dal, meninggalkan aliansi itu.
Kumar pernah meninggalkan BJP untuk bergabung di aliansi INDIA. Kini BJP mengandalkan Janata Dal (Bersatu) untuk meraih mayoritas dari 40 kursi di Negara Bagian Bihal, tempat asal Kumar.
Tak hanya kehilangan Kumar yang membuat aliansi INDIA goyah. Dua pemimpin regional aliansi tersebut, Mamata Banerjee dari Kongres Trinamool (TMC) di Benggala Barat dan Arvind Kejriwal dari Partai Aam Aadmi (AAP) di Delhi dan Punjab, telah menjauhkan diri dari Partai Kongres dan menegaskan bahwa mereka akan bertarung sendiri di negara bagian mereka masing-masing.
”Kepergian mereka merupakan pukulan besar bagi aliansi INDIA. Hal ini juga memberikan sinyal bahwa aliansi tersebut tidak berfungsi,” kata Gilles Verniers, pakar politik India.
Baca juga: Nama Bharat dan Gejala Konservatisme India
Banyak yang menilai, kelemahan aliansi tersebut karena masalah pembagian kursi di tingkat nasional. Akan tetapi, sebagian kalangan menilai, rapuhnya oposisi juga karena para pemikir di INDIA tidak bisa memberikan narasi alternatif yang menarik untuk menantang ideologi nasionalisme dan pembangunan yang diusung BJP.
Vernier menyebut kelemahan oposisi adalah karena mereka tidak memiliki kekuatan pengikat ideologi yang bisa menyatukan gerakannya.
(AP/Reuters)