Jalur Kereta Api Buka Koridor Ekonomi yang Jembatani Relasi Arab-Israel
Amerika Serikat, India, Perancis dan Uni Eropa hingga Israel sepakat untuk membangun koridor ekonomi baru yang menghubungkan India-Timur Tengah-Eropa. Dipandang sebagai upaya terobosan normalisasi Arab Saudi-Israel.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·5 menit baca
NEW DELHI, MINGGU — Upaya untuk menghubungkan Israel, kawasan Timur Tengah , Asia dan Eropa akan terwujud setelah sejumlah pemimpin negara Kelompok 20 atau G20 mengumumkan rencana pembangunan jalur kereta api lintas benua. Koridor ekonomi baru ini disepakati oleh Uni Eropa, India, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, AS dan sejumlah negara mitra G20 lainnya di tengah upaya normalisasi hubungan Arab Saudi (baca : dunia Arab) dengan Israel, yang tengah diupayakan oleh Amerika Serikat dan China.
Rencana ini sendiri dipandang sebagai kelanjutan rencana yang sama untuk menghubungkan Israel dengan sejumlah negara Arab dan Teluk melalui jalur kereta yang kini tengah digarap oleh Pemerintah Israel.
“Ini adalah sebuah prestasi besar,” kata Presiden AS Joe Biden, Sabtu (9/9/2023). Saat kerja sama itu diumumkan, dihadiri oleh tuan rumah Konferensi G20 Perdana Menteri India Narendra Modi, Presiden Komisi Eropa Ursula von Der Leyen, Presiden Perancis Emmanuel Macron serta sejumlah pemimpin lainnya.
Modi mengatakan, keterhubungan tidak hanya menjadi sarana untuk meningkatkan nilai perdagangan timbal balik antarnegara, tapi juga untuk meningkatkan saling percaya. Dia juga menilai, langkah ini sebuah langkah yang bersejarah.
"Hari ini, seiring kita memulai inisiatif konektivitas yang besar, kita menabur benih bagi generasi mendatang untuk bermimpi lebih besar,” katanya.
Sementara, Macron menyebut, kesepakatan ini menawarkan peluang untuk meningkatkan kerja sama dalam bidang manufaktur, inovasi, hingga sumber daya manusia. “Niat kami adalah mewujudkannya dan memastikan setelah komitmen ini ada hasil yang konkret,” ujarnya.
Von der Leyen menggambarkan proyek ini sebagai jembatan hijau dan digital melintasi benua dan peradaban. Ia menambahkan, itu termasuk kabel untuk transmisi listrik dan data.
Berdasarkan naskah nota kesepahaman (MoU), pengembangan jalur kereta api yang disebut sebagai India-Middle East-Europe Economic Corridor (IMEC) atau Koridor Ekonomi India-Timur Tengah-Eropa ini terdiri dari dua koridor terpisah. Koridor timur akan menghubungkan India ke Teluk Arab, sedangkan Koridor Utara akan menghubungkan Teluk Arab dengan Eropa.
Di sepanjang jalur kereta yang akan dibangun, negara-negara penandatangan nota kesepahaman berencana untuk memasang kabel untuk jalur listrik dan data, serta pipa untuk hidrogen yang berasal dari energi terbarukan untuk digunakan dalam pembangkit listrik. Menurut sejumlah pejabat yang ikut serta membahas rencana pengembangan jalur ekonomi ini, keberadaan IMEC akan memangkas waktu pengiriman barang, biaya dan penggunaan bahan bakar.
Jake Sullivan, Penasihat Keamanan Nasional Biden mengatakan, koridor ini akan membantu peningkatan nilai perdagangan, suplai energi hingga konektivitas digital negara-negara yang dilintasi oleh jalur kereta ini dan negara penyokongnya. Dia juga menyebut koridor ini akan membantu proses penyatuan negara-negara di kawasan Timur Tengah, menjadikannya sebagai pusat kegiatan dan pertumbuhan ekonomi. “Timur Tengah bukan lagi sebagai sumber konflik atau krisis yang tercermin dalam sejarah hingga sampai saat ini,” katanya.
Amos Hochstein, koordinator infrastruktur global dan keamanan energi Pemerintahan Biden, menguraikan beberapa garis waktu (time line) pengerjaan proyek itu selama beberapa waktu ke depan. Hochstein menyebut, rencana tersebut bisa dilaksanakan tahun depan mereka bisa memusatkan perhatian pada pengaturan masalah keuangan dan konstruksi. Tidak ada penjelasan mengenai nominal nilai proyek raksasa tersebut.
Normalisasi Hubungan Arab Saudi-Israel
Pencantuman nama Israel sebagai salah satu negara yang ikut serta dalam megaproyek IMEC itu, di samping sejumlah negara Arab seperti Arab Saudi, Yordania dan Uni Emirat Arab, dipandang sebagai upaya mendekatkan dan memajukan proses normalisasi hubungan Arab Saudi-Israel yang tengah digarap oleh Gedung Putih.
Sullivan sendiri menilai megaproyek itu tidak dipandang sebagai langkah pendahuluan untuk mendorong potensi kesepakatan normalisasi. Akan tetapi, dia menyebut, keterlibatan Israel dalam proyek ini sangat signifikan, terutama karena Arab Saudi dan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu merilis pernyataan video yang menyebut proyek kereta api dan pelayaran sebagai langkah terobosan yang akan mengubah kawasan. “Ini adalah kabar baik bagi seluruh warga Israel, kabar baik yang membawa kita menuju era baru integrasi dan kerja sama regional,” katanya.
Dia mengatakan, koridor ekonomi itu akan membuat Israel berada di persimpangan utama jalur kereta api dan pelayaran global. Jalur itu akan membuka gerbang Israel, baik dengan India melalui Timur Tengah maupun Eropa.
Dia berterima kasih kepada Biden dan pemerintahannya atas upaya besar yang membawa dunia pada sebuah kerja sama yang dinilainya bersejarah. Netanyahu juga berjanji bahwa Israel akan mengerahkan seluruh kemampuannya, seluruh pengalamannya, dengan momentum dan komitmen penuh ke depan untuk mewujudkan impian ini.
Munculnya Israel dalam rencana pembangunan koridor IMEC ini akan menghubungkan jalur kereta api yang akan dibangun oleh Israel dan telah diumumkan oleh Netanyahu, akhir Juli lalu. Dikutip dari laman Times of Israel, pemimpin Partai Likud ini, akhir Juli lalu, mengumumkan akan menggelontorkan dana sekitar 27 miliar dolar AS untuk membangun jalur kereta api yang menghubungkan Kiryat Shmona di utara dengan Eilat, sebuah kota resor di selatan. Bahkan, lebih jauh lagi, Netanyahu menyebut jalur itu bisa menghubungkan Israel dengan Arab Saudi serta negara-negara Teluk, yang tengah diupayakan.
Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen menyebut bahwa kantornya terus melanjutkan upayanya untuk menghubungkan negara-negara penandatangan Perjanjian Abraham dan Israel, yang akan mempersingkat waktu yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mentransfer barang melalui negara-negara Teluk ke Israel dan dari sana ke Eropa.
“Ini adalah bagian dari visi perdamaian regional dan hasil lain dari Perjanjian Abraham, yang ditandatangani tiga tahun lalu dan bisa mengubah wajah Timur Tengah. Hal ini akan mendorong stabilitas dan kemakmuran bagi masyarakat di wilayah tersebut dan mengurangi biaya hidup untuk rakyat Israel,” katanya. (AP/Reuters)