Presiden Kembali ke Tanah Air Usai Perluas Investasi dan Amankan Cadangan Pangan
Presiden Jokowi tiba di Tanah Air setelah melawat ke Australia. Apa saja yang dibawa Presiden dari lawatannya?
Oleh
NINA SUSILO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo tiba di Tanah Air pada Rabu (6/3/2024) pukul 19.00 WIB setelah tiga hari melawat ke Australia. Tak hanya mengupayakan perluasan investasi, selama di Australia, Kepala Negara juga mengamankan impor beras untuk cadangan pangan.
Presiden tiba di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, disertai Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, serta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono. Ketibaan Presiden Jokowi disambut Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto dan Kepala Polri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo serta Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono.
Sebelumnya, pesawat kepresidenan yang membawa Presiden dan rombongan bertolak dari Bandara Melbourne Jet Base, Australia. Duta Besar Australia untuk Indonesia Penny Williams dan Duta Besar Indonesia untuk Australia Siswo Pramono melepas keberangkatan Presiden.
Di Melbourne, Presiden Jokowi menghadiri KTT Khusus ASEAN-Australia. Dalam KTT tersebut, Presiden menekankan pentingnya kerja sama ASEAN dan Australia untuk mendorong perdamaian dan kemakmuran bersama di kawasan.
”Sebagai mitra wicara tertua, mitra komprehensif strategis, dan mitra penghubung dengan kawasan Pasifik, ASEAN dan Australia sama-sama berbagi kawasan di mana stabilitas, perdamaian, dan kemakmuran menjadi tujuan dan tanggung jawab bersama,” tutur Presiden pada sesi pleno KTT Khusus ASEAN-Australia di Melbourne Convention and Exhibition Center, Melbourne, Australia, Rabu (6/3/2024).
Presiden juga mendorong penguatan kerja sama ekonomi. Salah satunya melalui Strategi Ekonomi Asia Tenggara Australia 2040 untuk mendorong investasi Australia di Asia Tenggara. Beberapa kerja sama yang sudah ada seperti Area Perdagangan Bebas (FTA) Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) ASEAN-Australia-Selandia Baru dan Pandangan ASEAN pada Indo-Pasifik (AOIP) harus dioptimalkan. Komitmen Australia di Forum Indo Pasifik-ASEAN (AIPF) senilai 28,1 miliar dollar AS diharap bisa segera direalisasikan.
Dalam KTT ASEAN-Australia yang sekaligus menjadi peringatan 50 tahun kemitraan ASEAN dengan Australia ini, menurut Retno, dalam keterangan seusai KTT, Australia meluncurkan ASEAN-Australia Center. Ini menjadi bentuk dukungan Australia pada implementasi AOIP.
Selain itu, Australia juga memberikan 55 beasiswa magister dan 55 beasiswa non-gelar di bidang kerja sama AOIP bagi negara ASEAN dan juga Timor Leste. Pusat fasilitasi start up Australia di empat kota di ASEAN, termasuk di Indonesia dan Vietnam, juga ditambahkan selain yang sudah ada di Singapura.
Beberapa langkah ini, menurut Retno, menjadi realisasi dari pendekatan baru Australia pada Asia Tenggara sebagai kawasan yang sangat potensial. Sebelumnya, kajian mengenai pendekatan ini ditulis Nicholas Moore dengan judul ”Invested: Australia’s Southeast Asia Economic Strategy to 2040”, atau biasa disebut strategi ekonomi Australia untuk Southeast Asia, untuk Asia Tenggara. Karena itu, pendekatan ini berkaitan dengan peningkatan investasi dan perdagangan Australia dengan Asia Tenggara.
Di dalam laporan tersebut, ada empat hal besar yang akan dilakukan, yaitu membangkitkan kesadaran, membuang hambatan, membangun kapasitas, dan memperdalam investasi. Sementara sepuluh sektor yang akan diprioritaskan adalah pangan dan agrikultur, sumber daya, transisi energi hijau, infrastruktur , pendidikan dan keterampilan, ekonomi pariwisata, layanan kesehatan, ekonomi digital, layanan keuangan dan profesional, serta industri kreatif.
Dari transisi energi, untuk mempercepat realisasi, ASEAN sangat mengharap dukungan Australia pada strategi ASEAN untuk netralitas karbon, terutama dalam bentuk investasi, kemudahan akses pembiayaan inovatif, dan transfer teknologi. Selain itu, Indonesia juga mendorong Australia untuk mendukung pembangunan ekosistem kendaraan listrik di ASEAN. Presiden Jokowi juga menekankan bahwa Indonesia menentang kampanye hitam dan diskriminasi yang menggunakan dalih lingkungan hidup yang tidak berdasarkan bukti-bukti saintifik.
Di sini Bapak Presiden menekankan kerja sama mengenai ketahanan pangan sangat penting untuk dilakukan secara sustainable, dan implementasi MOU pertanian untuk penguatan rantai pasok dan ketahanan pangan kedua negara perlu terus diperkuat.
KTT ASEAN-Australia, kata Retno, menghasilkan dua dokumen, yaitu Melbourne Declaration yang isinya adalah arah kerja sama di bidang politik-keamanan, ekonomi, dan sosial-budaya ke depan. Adapun dokumen yang kedua adalah ASEAN-Australia Leaders Vision Statement yang berisi visi para pemimpin dalam menghadapi berbagai tantangan perubahan geopolitik, geostrategi, dan juga geoekonomi.
Kerja sama ketahanan pangan
Di sela-sela KTT, Presiden juga menggelar tiga pertemuan bilateral. Pertemuan yang pertama adalah dengan PM Kamboja Hun Manet. Dalam pertemuan ini, dibahas tiga hal, yakni perdagangan dan investasi, pemberantasan tindak pidana perdagangan orang (TPPO), serta kerja sama terkait ketahanan pangan.
”Di sini Bapak Presiden menekankan kerja sama mengenai ketahanan pangan sangat penting untuk dilakukan secara sustainable, dan implementasi MOU pertanian untuk penguatan rantai pasok dan ketahanan pangan kedua negara perlu terus diperkuat,” tutur Retno.
Dalam keterangan tertulis yang diterbitkan Biro Pers Media dan Informasi Sekretariat Presiden, Selasa (5/3/2024), dalam pertemuan ini, Presiden juga mendorong penyelesaian pembaruan nota kesepahaman kerja sama perdagangan beras dan nota kesepahaman pembentukan mekanisme imbal dagang untuk menyepakati harga dan jumlah beras impor.
”Implementasi MOU pertanian juga perlu segera didorong, khususnya tindak lanjut peningkatan kapasitas manajemen pertanian, irigasi, serta investasi pengolahan dan penyimpanan beras,” kata Presiden.
Selain dengan PM Kamboja Hun Manet, Presiden Jokowi juga melakukan pertemuan bilateral dengan PM Selandia Baru Christopher Luxon dan PM Australia Anthone Albanese.