Hamas dan Israel sama-sama bersikeras bola di tangan pihak lawan. Sementara Ramadhan makin dekat.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·2 menit baca
KAIRO, RABU — Setelah tiga hari bertemu hingga Rabu (6/3/2024), sejumlah mediator dan pejabat Hamas gagal menghasilkan kesepakatan jeda pertempuran di Gaza. Perbedaan prinsip menjadi penghalang utama bagi para pihak untuk mencapai kata sepakat. Sementara bulan suci Ramadhan sudah di depan mata.
Israel menginginkan jeda tempur berlangsung hanya 40 hari dan setelah mereka menerima daftar warganya yang akan dibebaskan oleh Hamas. Para sandera ini dibebaskan dan ditukar dengan tahanan Palestina di Israel.
Sebaliknya, Hamas menginginkan gencatan senjata permanen dan penarikan pasukan Israel dari seluruh wilayah Gaza sejak awal perjanjian. Hamas juga tidak akan memberikan informasi apa pun mengenai warga Israel yang masih mereka sandera.
Hamas dan Israel sama-sama bersikeras bola di tangan pihak lawan. ”Netanyahu tidak ingin mencapai kesepakatan dan keputusan sekarang berada di tangan AS,” kata pejabat senior Hamas, Bassem Naim, dikutip dari Reuters.
Presiden AS Joe Biden menekankan, bola panas sekarang di tangan Hamas. Sebab, Israel yang mengirimkan proposal jeda tempur, termasuk persyaratan soal informasi para sandera. ”Jika situasi terus berlanjut selama Ramadhan, itu bisa sangat, sangat berbahaya,” katanya.
Osama Hamdan, pejabat Hamas, mengatakan, keamanan dan keselamatan warga Palestina hanya bisa tercapai jika ada gencatan senjata permanen, penghentian operasi militer, dan penarikan diri pasukan Israel dari wilayah Gaza. Menurut dia, jeda tempur 40 hari hanya akan menjadi landasan bagi Israel untuk kembali melancarkan operasi militer di Gaza.
Hamdan mengibaratkan jeda tempur sebagai hak eksklusif Israel dari AS untuk menghentikan pembunuhan selama beberapa pekan. Mereka akan kembali melakukannya setelah sandera dibebaskan.
Hamas meyakini Israel tidak akan mengakhiri konflik sebelum kelompok itu lenyap. Hamas menilai sikap AS mengindikasikan mereka akan mengalihkan kesalahan pada Hamas jika perundingan gagal.
Mengutip laman Times of Israel, para perunding dari Hamas akan tinggal selama beberapa hari di Kairo. Sumber-sumber di kalangan pejabat Mesir mengatakan, para pihak belum mau menyebut perundingan telah gagal. Akan tetapi, mereka mengakui ada kesulitan-kesulitan yang harus dihadapi.
Sumber-sumber itu juga menyebut masih membuka jalur komunikasi dengan para pejabat Israel untuk melanjutkan pembicaraan meski tanpa kehadiran mereka.
Bencana kemanusiaan
Desakan penghentian perang di Gaza terus dikumandangkan banyak pihak, termasuk dari Israel. Korban jiwa terus berjatuhan, khususnya anak-anak dan orang tua, karena minimnya makanan untuk menopang kehidupan mereka.
Avital Suisa (39), warga Jerusalem Barat, dikutip dari laman Al Jazeera, mengatakan, perang tak ada gunanya. ”Aku tidak percaya perang ini bisa mencapai tujuannya,” katanya.
Dia mengatakan, serangan Hamas terhadap Israel yang menewaskan 1.200 orang warga adalah tindakan yang buruk dan tak patut. Akan tetapi, hal itu tidak bisa menjadi pembenaran pembunuhan lebih dari 30.000 warga Palestina di Gaza.
Wakil Presiden AS Kamala Harris prihatin dengan terus bertambahnya korban warga Palestina akibat perang dan blokade bantuan kemanusiaan oleh Israel. Hal itu dia sebut saat bertemu anggota kabinet perang Israel, Benny Gantz, Senin (4/3/2024).
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyampaikan banyaknya anak di Gaza yang meninggal karena kelaparan. ”Kurangnya makanan mengakibatkan kematian anak-anak Palestina,” katanya.
Direktur Regional Unicef untuk Timur Tengah dan Afrika mengungkap, kematian warga Palestina bisa dicegah dengan pembukaan seluas-luasnya pengiriman bantuan kemanusiaan. Dalam catatan PBB, lebih dari 570.000 warga Palestina berada di ambang kelaparan jika blokade bantuan kemanusiaan terus terjadi.
Suisa mengatakan, tindakan Israel terhadap warga Palestina hanya akan melahirkan siklus kekerasan lanjutan dari generasi baru Palestina. Dia juga tidak percaya pada pernyataan pejabat atau kelompok garis keras Israel yang menyebut rakyat Palestina akan memburu mereka pascaperang ini.
”Aku ingin melihat Israel berkomitmen untuk benar-benar berdamai dengan rakyat Palestina. Proses perdamaian memberikan kita semua harapan untuk kehidupan yang lebih baik,” katanya. (AP/AFP/REUTERS)