AS-Israel Kompak Jegal Penghentian Pertempuran di Gaza
Di tengah kebuntuan perundingan Israel-Hamas, AS terus memberi senjata tameng diplomatik ke Israel.
NEW YORK, SENIN — Amerika Serikat kembali memastikan akan memveto resolusi terkait gencatan senjata di Gaza. Alasannya, perundingan sedang diupayakan. Padahal, sudah lebih dari dua bulan Israel menolak bersepakat.
Aljazair telah mengedarkan rancangan resolusi baru. Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa akan membahas rancangan itu pada Selasa (20/2/2024).
Baca juga: Prospek Gencatan Senjata Menipis, Israel Ngotot untuk Menyerbu Rafah
Wakil Tetap AS di PBB, Linda Thomas-Greenfield, memastikan Washington akan memveto resolusi itu. Alasannya, usulan pada resolusi akan berisiko membahayakan perundingan untuk mendorong penghentian pertempuran. ”Jika resolusi ini dihasilkan melalui pemungutan suara sebagaimana dirancang, resolusi itu tidak akan diadopsi,” ujarnya.
Apa yang terjadi di Jalur Gaza pernah terjadi ketika Hitler membunuh orang-orang Yahudi.
Sejak perang kembali meletus di Gaza pada Oktober 2023, sudah dua kali AS memveto resolusi soal penghentian pertempuran. Resolusi terkait perang hanya bisa diloloskan saat AS dua kali abstain.
Bukan hanya menyediakan tameng diplomatik, AS juga terus memasok persenjataan untuk Israel. Dalam laporan The Wall Street Journal diungkap, AS sedang mempersiapkan paket persenjataan baru untuk Israel. Paket itu dipersiapkan kala para diplomat AS dikirim ke Timur Tengah untuk mencari dukungan pada upaya gencatan senjata.
Sebagian pasokan senjata ke Israel dilakukan tanpa melewati prosedur. Lazimnya dibutuhkan persetujuan Kongres untuk penjualan atau hibah senjata buatan AS ke negara lain. Pada Desember 2024 saja, dua paket persenjataan bernilai ratusan juta dollar AS dikirimkan tanpa persetujuan Kongres.
Baca juga: Membongkar Kezaliman Israel atas Palestina di Mahkamah Internasional
Berbagai pihak, termasuk sebagian warga AS, menilai sikap Washington ambigu. Di satu sisi, AS menunjukkan upaya mendorong penghentian pertempuran dan meminta pengurangan korban sipil. Di sisi lain, petinggi AS pernah mengaku tidak yakin dengan banyaknya korban sipil akibat serangan AS di Gaza. AS juga tanpa henti memasok persenjataan yang dipakai Israel untuk menyerbu Gaza.
Hambatan perundingan
Upaya AS, bersama Mesir dan Qatar, memediasi Israel dan Hamas tidak lancar. Tujuan pokoknya pembebasan sandera, kelancaran pasokan bantuan kemanusiaan, dan jeda pertempuran. ”Sangat penting bagi pihak-pihak lain untuk memberikan kesempatan bagi keberhasilan proses ini daripada memaksakan tindakan yang justru membahayakan peluang damai,” kata Thomas-Greenfield.
Masalahnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berkeras menolak berunding untuk mencapai titik temu. Ia hanya mau aspirasi Israel didengar. Ia berkeras, hanya ada pilihan Hamas menyerah total atau Israel meneruskan gempuran ke Gaza. Bagi Netanyahu, tidak ada pilihan selain itu.
Sejumlah pejabat Israel juga mendukung sikap Netanyahu. Anggota Kabinet Perang Israel, Benny Gantz, memberi tenggat sampai 11 Maret 2024. Jika sampai tanggal itu seluruh sandera belum dibebaskan Hamas, Israel akan menggempur Gaza habis-habisan.
Baca juga: Hezbollah Pastikan Pembalasan atas Serangan Israel
Hamas telah mengusulkan pembebasan bertahap para sandera dari Gaza. Sebagai imbalannya, diberlakukan jeda pertempuran beberapa pekan. Selain itu, seluruh warga Palestina yang ditahan tanpa proses pengadilan di Israel juga harus dibebaskan. Hamas juga meminta pasokan bantuan kemanusiaan ke Gaza tidak lagi dirintangi aparat dan warga Israel seperti beberapa bulan terakhir.
Netanyahu menolak usulan itu. Ia memandang usulan itu tidak masuk akal dan hanya akan memperkuat Hamas. Hamas akan punya waktu menata ulang kekuatan selama jeda pertempuran.
Perkembangan Gaza membuat banyak pihak geram. Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva menyebut, Israel sedang mengulangi tindakan Jerman di era Nazi. ”Ini bukan perang antara tentara melawan tentara. Ini perang antara tentara yang sudah sangat terlatih dengan perempuan dan anak-anak. Apa yang terjadi di Jalur Gaza pernah terjadi ketika Hitler membunuh orang-orang Yahudi,” tuturnya.
Israel menjadi lebih terisolasi secara internasional, termasuk dari mitra dan sekutunya, lebih dari yang mereka pikirkan.
Hamas menilai pernyataan Lula itu gambaran akurat tentang apa yang dihadapi rakyat Gaza. Netanyahu dan sebagian pejabat Israel tentu saja marah.
Baca juga: Gertak Sambal AS-Iran
Duta Besar Brasil di Tel Aviv telah dipanggil untuk menerima protes Israel. Netanyahu berkeras, serangan ke Gaza sebagai wujud pembelaan diri. Para petinggi Israel menuding Lula berpihak pada teroris.
Sebelum ini, Lula mengkritik keputusan AS dan sekutunya menghentikan dana ke Badan PBB untuk Perbantuan Pengungsi Palestina (UNRWA). Dasar penghentian adalah tudingan Israel bahwa beberapa orang dari ribuan pegawai UNRWA terlibat serangan pada 7 Oktober 2023. Sampai sekarang, bukti tudingan itu tidak pernah dibuka ke khalayak.
Terpisah, pakar geopolitik AS Ian Bremmer menyebut, sulit disangkal AS dan Israel semakin terisolasi di panggung internasional. Bahkan, isolasi AS-Israel lebih buruk dibandingkan isolasi terhadap Rusia selepas serbuan ke Ukraina.
Penilaian terbaru didasarkan pada situasi di Munich Security Conference pada akhir pekan lalu. ”Israel menjadi lebih terisolasi secara internasional, termasuk dari mitra dan sekutunya, lebih dari yang mereka pikirkan,” kata Direktur Eurasia Group itu. (AFP/REUTERS)