Kebocoran Pengungkap Keterlibatan NATO dalam Perang Ukraina
Singapura dan Jerman mengungkap keterlibatan mendalam NATO dalam perang Ukraina.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
Para petinggi Pakta Pertahanan Atlantik Utara "sakit kepala" di awal Maret 2024. Penyebabnya, kebocoran informasi soal keterlibatan mendalam aliansi itu dalam perang Ukraina. Kebocoran itu sekaligus mengungkap perpecahan di antara pendukung Ukraina.
Juru bicara Pemerintah Jerman, Wolfgang Buechner, mengakui Rusia menyadap pembicaraan para petinggi militer Jerman, Bundeswehr. Meski demikian, dalam pernyataan pada Senin (4/3/2024) di Berlin, Buechner menyangkal Jerman bersiap perang dengan Rusia.
Sadapan yang dimaksud Buechner dibocorkan redaktur Russia Today, Margarita Simonyan. Pada Jumat (1/3/2024) di media sosial, Simonyan mengunggah rekaman suara para jenderal dan sejumlah petinggi Jerman.
Dalam rekaman itu, Kepala Staf Angkatan Udara Jerman Letnan Jenderal Ingo Gerhartz membahas soal serangan ke Crimea. Bersama sejumlah perwira lain, Gerhartz membahas potensi penggunaan rudal Taurus di Ukraina.
Sampai sekarang, Kanselir Jerman Olaf Scholz menolak mengirimkan rudal itu ke Ukraina. Padahal, Kyiv dan sekutu Berlin bolak-balik meminta Jerman memberikan rudal ke Ukraina. Penolakan terbaru diungkap Scholz pada Senin (4/3/2024).
Dalam rekaman dari Simonyan, para jenderal Jerman juga membahas soal keberadaan tentara Inggris di Ukraina. Menurut Berlin, sejumlah tentara Inggris terlibat dalam penyerangan aneka sasaran terkait Rusia di Ukraina. Para tentara Inggris itu terutama membantu Ukraina menggunakan rudal Storm Shadow.
Inggris memberikan sejumlah Storm Shadow kepada Ukraina. Hibah Storm Shadow jadi salah satu alasan sebagian anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) terus mendesak Jerman memberikan Taurus ke Ukraina.
Menurut para jenderal Jerman dalam rekaman Simonyan, London tidak hanya memberikan informasi intelijen ke Kyiv. London juga aktif dalam operasi di lapangan.
Reaksi
Dalam pernyataan resminya, Kementerian Pertahanan Inggris menyebut sejumlah prajurit Inggris memang berada di Ukraina. Walakin, London menolak mengungkap lebih jauh kegiatan mereka di sana. London hanya menyebut, salah satu tugas prajurit itu mengamankan kedutaan.
Inggris juga menyatakan, London hanya memberikan Storm Shadow. Soal cara penggunaannya sepenuhnya jadi urusan Kyiv.
Sejumlah jenderal dan pensiunan jenderal Inggris marah dengan kebocoran itu. Mereka menganggap para petinggi Bundeswehr ceroboh karena membahas masalah itu secara daring.
Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius menyebut, penyelidikan sedang berlangsung atas kebocoran itu. Menurut dia, teknisi Bundeswehr telah melengkapi pengamanan tambahan di pelantar telekonferensi yang dipakai Gerhartz. Karena itu, Berlin belum tahu bagaimana cara Simonyan mendapatkan rekaman tersebut.
Rekaman dari Simonyan terungkap hanya beberapa hari selepas pidato Menhan Singapura Ng Eng Hen di parlemen Singapura. ”AS menggunakan F-35 mereka untuk mencari dan mengidentifikasi lokasi rudal darat ke udara Rusia di Ukraina,” ujarnya dalam pidato di parlemen Singapura pada 28 Februari 2024.
Ng menyebut, informasi dari F-35 itu diberikan Amerika Serikat kepada sekutunya di NATO. Tidak banyak reaksi atas pernyataan dalam pidato soal rencana Singapura menambah F-35 tersebut.
Pembocoran Simonyan dan pernyataan Ng menambah bukti keterlibatan NATO dalam perang Ukraina. Sebelum ini, NATO mengirimkan aneka persenjataan dan peralatan perang bernilai miliaran dollar AS ke Ukraina. Sebagian anggota NATO juga melatih tentara Ukraina menggunakan beragam senjata dan peralatan perang.
Penyebab perselisihan
Persenjataan dari NATO menjadi kunci penting Ukraina bertahan menghadapi Rusia dalam dua tahun terakhir. Persenjataan juga menjadi penyebab perselisihan di internal NATO dan mitra-mitra Ukraina.
Pada Senin, Komisioner Perdagangan Dalam Negeri Uni Eropa Thierry Breton membahas lagi soal pasokan senjata ke Ukraina. ”Kami akan menyediakan, bukan memberikan secara gratis,” ujarnya di Paris, Perancis.
Ia menyatakan itu setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengeluhkan kelambanan pasokan peluru meriam dari Uni Eropa. ”Dari sejuta yang dijanjikan Uni Eropa, belum 50 persen datang, hanya 30 persen,” kata Zelenskyy.
Breton mengatakan, Ukraina tidak bisa mengharapkan mendapatkan sejuta peluru secara gratis. Paling tidak, Ukraina membayar sebagian peluru itu. Sejauh ini, 550.000 butir peluru diberikan secara gratis. Sisanya diharapkan dibeli Ukraina dari berbagai perusahaan pertahanan di Uni Eropa.
Apalagi, Uni Eropa memberikan rata-rata 1,5 miliar euro per bulan ke Ukraina. Seharusnya, dana itu disisihkan sebagian untuk membeli amunisi, persenjataan, dan aneka peralatan perang lainnya.
Kyiv berulang kali mengeluhkan kelambanan pasokan persenjataan dari sekutu dan mitranya. Di sisi lain, berulang kali pula terungkap korupsi pengadaan persenjataan dan aneka peralatan perang Ukraina.
Meski sudah memasok aneka persenjataan dan melakukan beragam hal, tetap saja NATO menyangkal berperang dengan Rusia. Padahal, perang Ukraina sejati perang NATO-Rusia. Hanya saja, tidak pernah ada deklarasi resmi perang itu. (AFP/AP)