Ukraina Frustrasi karena Bantuan AS-Uni Eropa Telat
Muram menyelimuti pasukan Ukraina. Tanpa bantuan AS dan NATO, Ukraina tak bisa bertahan lama. Apalagi di musim dingin.
KYIV, SENIN — Keterlambatan bantuan Uni Eropa dan Amerika Serikat membuat Ukraina frustrasi. Ukraina berharap bantuan segera dicairkan dan bisa terus melawan Rusia.
Brigadir Jenderal Oleksandr Tarnavskyi mengungkap, pasukan Ukraina menghemat penggunaan peluru meriam. ”Masalah (kekurangan peluru) terjadi di seluruh garis depan,” ujar penanggung jawab pasukan Ukraina di palagan selatan itu dalam wawancara yang disiarkan Reuters pada Senin (18/12/2023).
Ia menyampaikan hal itu setelah AS dan UE menunda persetujuan pengesahan bantuan 114,5 miliar dollar AS. Tanpa bantuan itu, sejumlah lembaga intelijen Barat khawatir Ukraina akan kalah dari Rusia dalam tujuh bulan mendatang.
Baca juga: Demi Ukraina, Biden Siap Kompromi
Saat ini, badan-badan intelijen Barat tengah menghitung kemampuan bertahan Ukraina tanpa bantuan AS dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Kemenangan Rusia tidak hanya akan menjadi berita buruk bagi Ukraina. Kemenangan itu juga bencana bagi keamanan Eropa yang lebih luas dan pukulan hebat bagi AS.
Tanpa bantuan AS, Ukraina pertama-tama akan kehabisan rudal jarak jauh. Setelah itu, giliran artileri pertahanan udara, artileri medan, lalu rudal-rudal jarak pendek.
Setiap amunisi itu penting bagi Ukraina. Rudal jelajah Storm Shadow dari Inggris dipakai Ukraina untuk memukul armada Rusia di Laut Hitam. Pukulan itu memungkinkan Ukraina membuka koridor pelayaran di Laut Hitam. Dengan demikian, Ukraina bisa mengekspor aneka hasil panennya ke berbagai negara.
Sekarang pun, seperti diungkap Tarnavskyi, Ukraina sudah kekurangan amunisi. Akibatnya, tentara Ukraina frustrasi karena harus kembali bertahan dalam perang yang melelahkan. Sebagian tentara secara terbuka mengungkap ketidakpuasan pada atasan dan kondisi perang.
Mereka antara lain mengeluhkan kelambanan pelatihan operator pesawat nirawak. Padahal, pesawat memungkinkan tentara mengawasi dan menyerang pasukan Rusia. Dalam tujuh bulan, hanya 75 orang dilatih. Kelambanan antara lain karena birokrasi panjang di Ukraina.
Baca juga: Rusia-Ukraina Tingkatkan Serangan Pesawat Nirawak
Para komandan militer di tempat-tempat lain mengeluhkan kurangnya pasukan atau keterlambatan perbaikan pesawat nirawak. Hal itu mengganggu misi tempur.
Tanpa kemajuan
Jenderal (Purn) Richard Barrons menyebut, Ukraina murung bukan hanya karena merasa tidak ada kemajuan. Pensiunan perwira Angkatan Darat Inggris itu juga menyebut kemajuan Rusia memicu kekecewaan Ukraina. ”Ukraina juga khawatir dengan kurangnya dukungan dari AS dan Uni Eropa,” ujarnya.
Bersama sejumlah negara, Inggris melatih pasukan Ukraina dengan beragam keterampilan tempur. Latihan dilakukan di luar Ukraina.
Peneliti senior di Institut Internasional untuk Kajian Strategis di London, Ben Barry, memperkirakan Ukraina kemungkinan terpaksa menyerahkan sebagian wilayah yang sebelumnya berhasil direbut. ”Jika Rusia terus menyerang, kemungkinan mereka bisa menang, tetapi akan memakan banyak korban,” ujarnya.
Kebuntuan perang
Setelah 22 bulan perang, terjadi kebuntuan. Rusia tetap menduduki 20 persen wilayah Ukraina. Moskwa disebut akan menggencarkan serangan menjelang pemilu Rusia. Presiden Rusia Vladimir Putin butuh kemenangan di Ukraina sebagai materi kampanye.
Salah seorang perwira Ukraina di Avdikaa, Serhii, mengaku akan terus berperang. Bahkan, mereka siap menjadikan sekop sebagai senjata seandainya sampai kehabisan peluru. ”Semua orang pasti sudah lelah fisik dan mental dengan perang ini. Tapi, kalau kami berhenti, apa yang akan terjadi,” ujarnya.
Baca juga: Model Korea untuk Ukraina
Sebagian komandan Ukraina memasang target realistis: mengurangi jumlah korban tewas selama musim dingin. Mereka tidak muluk-muluk bisa mengusir Rusia dari wilayah pendudukan. Sebab, Rusia punya persenjataan dan pasukan lebih besar.
Meski tentara Ukraina pandai dan inovatif di medan perang, Rusia menggenjot industri pertahanannya. Kecepatan produksinya tidak bisa disaingi Ukraina.
Menteri Pertahanan Ukraina Rustem Umerov menegaskan, Ukraina memiliki cukup tentara dan persenjataan untuk mendukung fase pertempuran selanjutnya. ”Kami mampu melindungi rakyat. Kami sudah punya rencana,” kata Umerov.
Rusia meningkatkan serangan ke berbagai fasilitas energi di Ukraina. Karena itu, Ukraina membutuhkan artileri pertahanan udara. Ukraina juga butuh rudal-rudal untuk menghancurkan tank.
Jika semua persenjataan ini menipis, kemampuan melakukan serangan balasan di wilayah timur dan selatan juga akan turun. Ukraina juga tidak akan bisa mempertahankan wilayahnya.
Pasukan Ukraina, dilaporkan CNN, saat ini sudah mulai memperhitungkan dan membatasi penggunaan amunisi. Dalam kondisi seperti ini, Rusia unggul lima sampai tujuh kali lipat. Jika AS tidak memberikan dukungan, negara-negara Eropa juga dikhawatirkan akan mengikuti jejak AS.
Baca juga: Kapan Konflik Rusia-Ukraina Berakhir?
”Tidak ada jaminan kesuksesan jika kami membantu. Akan tetapi, mereka (Ukraina) pasti akan gagal tanpa bantuan kami,” kata seorang pejabat senior militer Amerika Serikat kepada CNN, Jumat (15/12/2023).
Kongres AS belum juga memutuskan soal pemberian bantuan militer pada Ukraina. Pemerintahan AS Joe Biden sudah meminta tambahan dana untuk membantu perekonomian dan pertahanan Ukraina. Akan tetapi, permintaan itu belum disetujui Kongres AS.
”Jika kita menyerah, Rusia akan menang dan itu akan menjadi bencana bagi semuanya. Akan ada lebih banyak konflik, perang, kelangkaan pasokan pangan, dan masalah apa pun yang menyertainya. Itu sebabnya, kita harus berusaha sekarang,” kata Perdana Menteri Estonia Kaja Kallas kepada CNN. (AP/REUTERS)