Hezbollah Pastikan Pembalasan atas Serangan Israel
Lebanon siap membalas Israel, sementara Israel siap menghadapi balasan. Situasi di perbatasan terus memanas.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
BEIRUT, JUMAT — Kelompok Hezbollah memastikan akan membalas serangan mematikan Israel yang menewaskan seorang pemimpin kelompok itu dan warga sipil lainnya. Situasi di perbatasan Israel-Lebanon memanas karena Israel pun memastikan pasukannya siap menghadapi eskalasi konflik.
”Israel mesti membayar serangan yang mematikan itu dengan darah,” kata pemimpin Hezbollah, Sayyed Hassan Nasrallah, dalam siaran televisi, Jumat (16/2/2024).
Pernyataan itu mengindikasikan peningkatan konflik Israel-Hezbollah sejak perang Gaza antara Israel dan Hamas meletus pada Oktober 2023. Sebagai sekutu Hamas, Hezbollah terus melancarkan serangan ke Israel.
Pertempuran kedua pihak menewaskan 200 orang di Lebanon dan 170 anggota kelompok Hezbollah. Di pihak Israel, belasan tentara dan lima warga sipil tewas. Dari kedua pihak, puluhan ribu warga sudah mengungsi.
Nasrallah menuduh Israel sengaja menargetkan warga sipil meski sebetulnya Israel bisa menghindarinya. Diketahui, serangan Israel pada Rabu dan Kamis lalu di Nabatiyeh menewaskan 10 warga sipil, lima di antaranya anak-anak. ”Karena pembantaian itu, kita harus melanjutkan perlawanan dan meningkatkan perlawanan di garis depan,” kata Nasrallah.
Serangan Israel itu, kata Nasrallah, akan meningkatkan ”kehadiran, kekuatan, api, kemarahan” dan memperluas operasi Hezbollah. ”Israel mesti menghadapinya,” ujarnya.
Militer Israel pada Jumat (16/2/2024) menyatakan, pasukan mereka bersiap menghadapi segala kemungkinan peningkatan konflik. Pasukan Israel disebutkan tengah berlatih dan melakukan simulasi terkait situasi di perbatasan utara yang berbatasan dengan Lebanon dan Suriah.
Tentang serangan pada Rabu, militer Israel menyatakan mereka melakukan ”serangan udara yang tepat sasaran” ke arah Lebanon dan menewaskan komandan Hezbollah Ali al-Debs, wakil komandan, dan seorang anggota Hezbollah. Israel tidak memberikan komentar apa pun terkait kematian warga sipil. Sebelumnya Israel mengatakan tidak menargetkan warga sipil.
Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, dalam konferensi kemananan di Munich, Jerman, mengatakan, Hezbollah pada dasarnya hanyalah proksi atau perpanjangan tangan Iran. Hezbollah bermanuver sesuai keinginan Iran. Israel tidak akan tinggal diam melihat ketidakstabilan di wilayah utara terus berlanjut tanpa ujung.
Misi PBB untuk Perdamaian Lebanon (UNIFIL) mendesak dilakukannya upaya diplomatik intensif untuk memulihkan stabilitas dan menjaga keselamatan warga sipil. ”Kehancuran, korban tewas, dan korban luka-luka yang terjadi sangat memprihatinkan,” ujar juru bicara UNIFIL, Andrea Tenenti.
Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Lebanon Imran Riza mengatakan, aturan perang sudah jelas. ”Pihak-pihak yang berperang harus melindungi warga sipil,” katanya.
Demi mengakhiri kekerasan di perbatasan Israel-Lebanon, Perancis telah mengirimkan usulan tertulis kepada Beirut dan Tel Aviv. Namun, belum ada tanda-tanda upaya itu akan berhasil. ”Jika solusi diplomatik tidak tercapai, Israel terpaksa mengusir Hezbollah dari utara dan mengembalikan penduduk kami ke rumahnya,” tutur Katz.
Saat ini lebih dari 70.000 warga Israel yang mengungsi akibat konflik Israel-Lebanon. ”Dalam kasus ini, Lebanon juga akan menanggung akibatnya,” kata Katz.
Penjabat sementara Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati di Munich mendesak supaya kedua belah pihak tetap tenang. Ia menekankan, serangan terhadap warga sipil harus diakhiri. ”Dua hari lalu, satu keluarga yang terdiri atas tujuh orang tak berdosa menjadi sasaran di Lebanon selatan. Pembunuhan dan penargetan terhadap anak-anak, perempuan, dan warga lanjut usia yang tidak bersalah merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan,” papar Mikati.