Negara Asing Belum Ucapkan Selamat ke Prabowo, Masa Depan Demokrasi Jadi Sorotan
Baru beberapa negara memberi selamat atas kelancaran pemilu. Negara asing menunggu hasil penghitungan resmi.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah negara asing memuji kelancaran pemilu di Indonesia. Walakin, belum ada yang mengucapkan selamat ke Prabowo Subianto yang unggul berdasarkan hitung cepat. Keunggulan Prabowo menjadi salah satu penyebab sejumlah pihak menyoroti masa depan demokrasi Indonesia.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia Dominic Jermey mengucapkan selamat pada Kamis (15/2/2024). ”Selamat kepada masyarakat Indonesia yang telah menggunakan hak pilihnya pada pesta demokrasi terbesar, #Pemilu2024. Saya ucapkan selamat juga kepada ratusan ribu kandidat yang berkampanye di seluruh Nusantara,” tulisnya di media sosial.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Matthew Miller, juga mengucapkan selamat secara tertulis. ”Kami mengucapkan selamat kepada rakyat Indonesia atas partisipasi yang tinggi dalam pemilu kemarin. Pemungutan suara ini merupakan bukti ketangguhan dan kekuatan komitmen masyarakat Indonesia terhadap proses demokrasi serta lembaga-lembaga pemilihan umum,” demikian pernyataan tertulis Deplu AS.
Miller mengatakan, AS menanti pengumuman hasil pemilu dari KPU. ”Kami berharap dapat bekerja sama dengan presiden terpilih dan Pemerintah Indonesia berikutnya, serta lembaga-lembaga legislatif, untuk mewujudkan prioritas bersama yang bermanfaat bagi rakyat kedua negara, termasuk mengatasi perubahan iklim, memastikan kawasan Indo-Pasifik yang makmur dan aman, dan menjaga stabilitas internasional,” lanjut pernyataan itu.
Jermey dan Miller belum memberi selamat kepada Prabowo. Berbagai perwakilan negara asing juga belum menyampaikan pendapat soal pemilu Indonesia.
Laporan media asing
Sementara itu, berbagai media asing masih terus menurunkan laporan soal keunggulan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Sebagian media asing mengkhawatirkan penggerusan demokrasi oleh mantan jenderal yang dianggap memiliki masa lalu kelam itu.
Akan tetapi, menurut Profesor Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional Dewi Fortuna Anwar, media asing terlalu menyorot pada sosok Prabowo, luput melihat persoalan dasar yang lebih penting. ”Demokrasi sudah dirusak oleh Presiden Joko Widodo jauh sebelum kampanye Pilpres 2024,” kata Dewi.
Pemungutan suara ini merupakan bukti ketangguhan dan kekuatan komitmen masyarakat Indonesia terhadap proses demokrasi serta lembaga-lembaga pemilihan umum.
Terlepas dari jejak Prabowo yang terlilit kasus pelanggaran hak asasi manusia, ia telah sah dinyatakan mengikuti pilpres. Persoalannya, lapangan persaingan oleh Jokowi telah diatur sedemikian rupa.
Tujuannya memenangkan calon yang didukung Jokowi dan calon yang mendukung agenda pembangunan Jokowi. ”Indonesia lengah ketika berbagai upaya, misalnya pemekaran sejumlah provinsi dan kabupaten, ternyata berdampak pada pengerahan pegawai negeri untuk mendukung kampanye calon yang didukung Jokowi,” tutur Dewi.
Terkait Prabowo, ia mengatakan bergerak di atas sistem demokrasi yang sudah ditimpangkan. Meskipun begitu, Prabowo jika terpilih sebagai presiden, tetap harus mematuhi aturan untuk menjalankan tugas sebagai kepala negara bagi semua rakyat Indonesia yang majemuk, termasuk mereka yang tidak mendukung dia.
Mayoritas media asing mengajukan pertanyaan mengenai masa depan demokrasi Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo. Terutama setelah film dokumenter Dirty Vote yang menceritakan berbagai upaya untuk mengamankan lahan kontestasi agar menguntungkan Prabowo.
Fokus media asing ialah cara Prabowo mengubah citra dari sosok keras menjadi kakek-kakek gemoy dan tampak bersahabat. Menurut mereka, semua berkat kampanye yang secara khusus menyasar pemilih muda, terutama pemilih pertama dengan memanfaatkan media animasi kartun.
Pendapat media asing, seperti tertuang di majalah Time dan harian Washington Post, adalah Presiden Joko Widodo berperan besar di dalam mendongkrak kepopuleran Prabowo. Walaupun secara eksplisit tidak mengatakan mendukung Prabowo, sikap Jokowi jelas menunjukkan calon yang menjadi kesayangannya. Pemujaan kultus Jokowi ini berpengaruh kepada masyarakat dalam menentukan pilihan.
”Kita tidak boleh lugu berpendapat bahwa Prabowo akan menjalankan segala agenda Jokowi karena Prabowo memiliki pemikiran sendiri,” kata Ian Wilson, pengamat Indonesia dari Universitas Murdoch, Australia, kepada Time. Alasan serupa juga disebut terkait Gibran Rakabuming Raka yang juga sebagai individu dengan pemikiran sendiri. (AFP/REUTERS)