Telah lima kali Blinken keliling Timur Tengah untuk mengupayakan perdamaian. Seluruhnya gagal mencapai tujuan.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·4 menit baca
TEL AVIV, KAMIS — Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali menunjukkan dirinya sebagai pengganjal perdamaian. Saat semua pihak mengupayakan pertempuran di Gaza dan sekitarnya, ia menolak dan memerintahkan perluasan serbuan.
Netanyahu mengungkap penolakan pada Rabu (7/4/2024) malam waktu Tel Aviv atau Kamis dini hari WIB. Penolakan disampaikan beberapa saat setelah bertemu Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken. Sejak Minggu lalu, Blinken keliling Timur Tengah untuk mengupayakan perdamaian di kawasan.
Blinken berkunjung ke Israel setelah menyelesaikan lawatan ke beberapa negara lain di kawasan, seperti Arab Saudi, Mesir, dan Qatar. Ia tiba di Israel setelah Hamas menyampaikan gagasan soal gencatan senjata di Gaza. Dalam lawatan ke Timur Tengah ini, Blinken juga menemui Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Ramallah, wilayah pendudukan Tepi Barat.
Jika Anda terus melakukan pendekatan ini, tidak ada sandera yang akan bisa dibebaskan
Netanyahu menolak usulan Hamas soal tahapan gencatan senjata. Baginya, menerima usulan itu sama saja Israel menyerah ke Hamas. "Menyerah pada tuntutan khayalan Hamas yang kita dengar sekarang bukan saja tidak akan membebaskan sandera, melainkan juga akan menyebabkan pembantaian lain," kata dia.
Bagi Netanyahu, hanya serbuan ke Palestina yang akan memastikan kemenangan Israel atas Hamas. Menurutnya, Israel hanya beberapa lagi meraih kemenangan besar di Gaza. Karena itu, ia memerintahkan militer Israel bersiap melancarkan serangan darat ke Rafah, Gaza.
Israel masih jauh dari menghancurkan Hamas. Mayoritas perjuangannya masih hidup, punya roket
Serbuan Israel ke Gaza sejak Oktober 2023 diklaim telah menghancurkan 18 dari 24 batalion Hamas. Israel juga dinyatakan telah menghancurkan banyak terowongan di Gaza. Karena itu, hanya solusi militer akan dipakai Israel di Gaza. "Kita mengarah ke kemenangan mutlak. Tidak ada solusi lain," ujarnya.
Sementara itu, Blinken berusaha optimistis soal peluang bina damai Israel-Palestina. Sejak Oktober 2023, telah lima kali Blinken keliling Timur Tengah untuk mengupayakan bina damai. Seluruh lawatannya gagal mencapai tujuan. Penolakan Netanyahu jadi alasan utama kegagalan misi Blinken
Menurutnya, perundingan masih berjalan dengan penuh kegigihan. Ia memandang, ruang negosiasi masih terbuka dan perundingan terus berlanjut. "Ini bukan seperti menekan sakelar lampu, bukan ya atau tidak," kata dia.
Putaran terbaru perundingan digelar di Kairo, Mesir. Fokusnya menghentikan pertempuran dan mencari mekanisme pertukaran tawanan Israel-Palestina. Kairo mendesak para pihak bertikai selentur mungkin demi mencapai kesepakatan.
Desakan penghentian pertempuran
Blinken menyebut, jumlah korban sipil dalam serbuan Israel terlalu banyak. "Israel tidak dimanusiakan dalam serangan 7 Oktober. Para sandera juga tidak diperlakukan manusiawi sejak saat itu. Walakin, hal itu tidak bisa jadi alasan memperlakukan pihak lain secara tidak manusiawi,' ujarnya.
Tidak hanya dari luar negeri, pilihan Netanyahu untuk terus berperang telah menuai kecaman dari dalam Israel. Salah satu mantan sandera Hamas, Adina Moshe, khawatir Netanyahu akan bertindak lebih keras. Dampaknya bisa buruk pada sandera. ”Jika Anda terus melakukan pendekatan ini, tidak ada sandera yang akan bisa dibebaskan,” katanya.
Israel tidak akan pernah bisa menyatakan tujuannya di Gaza telah tercapai. Terlalu dini menyatakan Hamas akan hancur
Saat menyerbu Israel pada 7 Oktober 2023, Hamas dan berbagai kelompok bersenjata menculik 250 orang. Hingga 120 orang sudah dibebaskan saat gencatan senjata pada November 2023. Moshe salah satu sandera yang dibebaskan saat itu.
Saat menyerbu Israel pada 7 Oktober 2023, Hamas dan berbagai kelompok bersenjata menculik 250 orang. Hingga 120 orang sudah dibebaskan saat gencatan senjata pada November 2023. Moshe salah satu sandera yang dibebaskan saat itu.
Kepala Forum Kajian Palestina pada Moshe Dayan Center for Middle Eastern and African Studies, Michael Milstein, menyebut bahwa sejauh ini perang hanya menghasilkan kehancuran Gaza. ”Walakin, Israel masih jauh dari menghancurkan Hamas. Mayoritas perjuangannya masih hidup, punya roket,” katanya kepada media Israel, The Jerusalem Post.
Padahal, berulang kali pemerintah Israel menekankan tujuan serbuan Gaza untuk memusnahkan Hamas. Israel menekankan, perang akan berlanjut sampai Hamas dikalahkan.
Milstein mengatakan, penghancuran berbagai bangunan pemerintahan di Gaza tidak berguna untuk mengalahkan Hamas. Sebab, Hamas tidak membutuhkan bangunan-bangunan itu untuk meneruskan perlawanan terhadap Israel. ”Bagi Hamas, perlawanan paling penting,” katanya.
Perlawanan akan terus berlanjut meski seandainya para pemimpin Hamas di Gaza saat ini tewas. Ia mengingatkan, Israel akan menghabiskan banyak sumber daya dalam perang ini.
”Tidak akan ada penyerahan diri massal anggota Hamas. Israel tidak akan pernah bisa menyatakan tujuannya di Gaza telah tercapai. Terlalu dini menyatakan Hamas akan hancur,” katanya.
Sementara sejumlah mantan perwira Israel menyebut, pelepasan November menunjukkan perang tidak efektif untuk pembebasan sandera. Mau tidak mau, Israel harus berunding dengan Hamas. (AFP/REUTERS)