Hamas Kirim Respons Gencatan Senjata, Israel Terus Gempur Gaza
Respons Hamas dinilai sebagai hal menjanjikan menuju awal gencatan senjata di Gaza. AS-Israel mempelajari detailnya.
GAZA, RABU — Kelompok Hamas memberikan respons atas proposal gencatan senjata dan pembebasan sandera Israel sebagai bagian dari upaya untuk menghentikan perang di Gaza. Berbagai kalangan menyambut positif respons Hamas, mencuatkan harapan bahwa perang yang menimbulkan tragedi kemanusiaan dan eskalasi konflik di Timur Tengah selama empat bulan terakhir dapat diakhiri.
Respons Hamas tersebut diberikan kepada Mesir, Selasa (6/2/2024) atau Rabu (7/2/2024) dini hari WB. Di pihak lain, pada Selasa, Israel terus menggempur lewat serangan udara di Khan Younis, Gaza selatan. Petugas medis dan warga Palestina menyebutkan, sedikitnya 14 orang tewas akibat gempuran itu.
Rafah, persis sebelah selatan Khan Younis dan berbatasan dengan Mesir, tak luput dari serangan udara dan gempuran artileri Israel. Menurut petugas kesehatan Gaza, dua orang tewas saat rumah mereka digempur. Selain itu, lima polisi juga tewas setelah kendaraan mereka dihantam serangan Israel.
Pekan lalu, pemimpin dan para pejabat Israel menyatakan tekad untuk menggempur lebih dalam ke Rafah. Rencana itu mengundang reaksi keras lembaga-lembaga dan bantuan kemanusiaan internasional. Rafah dan wilayah Gaza selatan menjadi pusat konsentrasi pengungsian warga Palestina dari Gaza utara dan tengah, yang kini sudah hancur lebur.
Di tengah aksi Israel yang terus membabibuta dalam menyerang Gaza, ada secercah harapan akan—setidaknya—penangguhan pertempuran setelah Hamas mengirim respons atas proposal gencatan senjata dan pembebasan sandera Israel. Dalam respons mereka, Hamas mempertahankan syarat gencatan senjata menyeluruh dan penghentian pengepungan di Jalur Gaza sebagai imbal balik pembebasan sandera.
Tanggapan Hamas tersebut dinilai sebagai awal menjanjikan untuk mencapai kesepakatan jeda pertempuran di Gaza. Kelompok perlawanan Palestina itu merespons proposal perjanjian gencatan senjata yang dibahas dalam pertemuan di Paris, Perancis, akhir Januari 2024. Pertemuan ini melibatkan para kepala intelijen Mesir, Qatar, Israel, dan AS.
Semangat positif
Melalui sebuah pernyataan, Hamas mengatakan bahwa para pemimpin Hamas merespons dengan semangat positif, memastikan gencatan senjata komprehensif dan menyeluruh, mengakhiri agresi terhadap rakyat Palestina di Gaza, serta memastikan bantuan, perlindungan, dan rekonstruksi.
Seperti dilaporkan Al Jazeera, Rabu (7/2/2024), pernyataan itu juga memasukkan rincian soal pencabutan pengepungan selama 17 tahun atas Jalur Gaza yang melumpuhkan kehidupan warga serta mengenai proses untuk mencapai pertukaran tahanan. Pernyataan Hamas juga menyebutkan gerakan Hamas telah menyampaikan tanggapannya itu kepada Qatar dan Mesir.
Secara terpisah, dalam pesan tertulis yang dikirimkan kepada kantor berita Reuters, pejabat senior Hamas, Ghazi Hamad, mengatakan bahwa Hamas bertujuan untuk membebaskan sebanyak mungkin tahanan Palestina di Israel.
Baca juga: Hamas Pertimbangkan Usulan Gencatan Senjata
Dalam pernyataan lainnya kepada Reuters, seorang pejabat Hamas yang meminta untuk tidak disebutkan namanya menegaskan bahwa Hamas tidak akan mengizinkan pembebasan sandera tanpa jaminan bahwa perang akan berakhir dan pasukan Israel meninggalkan Gaza.
Selain telah diterima Mesir dan Qatar, respons Hamas tersebut juga telah diterima Amerika Serikat (AS) dan Israel pada Selasa (6/2/2024) waktu setempat. Menurut pernyataan Layanan Informasi Negara Mesir (SIS) yang dikutip media Ahram, Kepala Layanan Informasi Negara Mesir Diaa Rashwan menyatakan komitmen berkelanjutan Mesir untuk membantu menenangkan situasi di Jalur Gaza dan menghentikan agresi Israel.
Baca juga: Hamas-Israel Berperang, Warga Sipil Sudah Pasti Kalah
Rashwan mengatakan, Kairo telah menerima tanggapan Hamas terhadap proposal kerangka perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza. Dia menekankan bahwa Kairo akan melanjutkan upayanya untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza sesegera mungkin.
Selain telah diterima Mesir dan Qatar, respons Hamas tersebut juga telah diterima Amerika Serikat dan Israel. Israel sedang membahas isi detail respons Hamas.
Rashwan menekankan bahwa Mesir akan melanjutkan upaya untuk mengakhiri pertempuran di Gaza dan memulihkan kehidupan rakyat Palestina serta menegakkan hak-hak mereka. Kairo menegaskan, kesepakatan bersama mengenai kerangka kesepakatan itu sangat penting untuk dicapai dan diimplementasikan.
Mesir, tambah Rashwan, akan membahas seluruh rincian dengan pihak-pihak terkait. Kairo akan mengintensifkan pertemuan agar kesepakatan dan formula akhir perjanjian dapat dicapai sesegera mungkin.
Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani mengatakan, tanggapan Hamas itu secara keseluruhan positif. Menurut dia, ada sejumlah tantangan yang dihadapi para mediator selama perundingan.
Kejadian yang terus berlangsung di Gaza, lanjut Sheikh Mohammed, turut memengaruhi jalannya perundingan itu. ”Kami berharap untuk melihat hasil secepatnya,” katanya.
Tanggapan AS-Israel
Di Washington, meskipun mengakui adanya ”gerakan” dalam kesepakatan tersebut, Presiden AS Joe Biden menanggapi tanggapan Hamas itu ”sedikit berlebihan”. Ia tak menjelaskan lebih lanjut komentar itu. ”Kami tidak yakin di mana lokasinya. Saat ini negosiasi sedang berlangsung,” katanya.
Dalam kunjungan ke Timur Tengah, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan, kesepakatan gencatan bersenjata masih bisa dicapai, tetapi masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Dia akan membahas tanggapan Hamas itu dengan para pejabat Israel ketika tiba di Tel Aviv pada Rabu.
Blinken saat ini tengah mengadakan lawatan ke Timur Tengah dengan mengunjungi Mesir, Qatar, Arab Saudi, Tepi Barat, dan Israel.
Terkait respons Hamas, Kantor Perdana Menteri Israel mengatakan bahwa badan intelijen Israel, Mossad, juga telah menerima tanggapan Hamas tersebut. Rinciannya sedang dikaji secara menyeluruh.
Baca juga: Perang Gaza dan Lingkaran Setan dalam Eskalasi Konflik Timur Tengah
Sementara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sejauh ini belum memberikan komentar langsung mengenai tanggapan Hamas tersebut. ”Kami sedang menuju kemenangan total dan kami tidak akan berhenti. Posisi ini mewakili mayoritas rakyat,” katanya.
Proposal perundingan Paris
Proposal gencatan senjata, yang dibahas di Paris, akhir Januari 2024, dikabarkan mencakup gencatan senjata selama 40-45 hari dengan pertukaran 35-40 tawanan Israel dibebaskan di tahap pertama. Pembebasan satu tawanan Israel itu akan ditukar dengan pembebasan 100-250 warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Baca juga: Absurdnya Perang Gaza, Obat-obatan Pun Jadi Alat Negosiasi Hamas-Israel
Netanyahu berulang kali mengatakan, Israel tak akan berhenti sampai Hamas lenyap. Namun, sikapnya itu menerima penentangan dari beberapa gerakan Israel yang menuntut lebih banyak upaya untuk memulangkan para sandera, bahkan jika pembebasan itu berarti harus menerima syarat kesepakatan dengan Hamas.
Pembebasan sandera ini akan diprioritaskan untuk perempuan, warga lanjut usia, dan warga yang terluka. Perpanjangan gencatan senjata lebih lanjut akan dinegosiasikan untuk membebaskan lebih banyak tawanan dan tahanan pada tahap perjanjian berikutnya.
Juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan, sebanyak 31 dari 136 sandera yang ditahan di Gaza telah dinyatakan meninggal. Namun, sumber lain menyebutkan jumlah sandera yang meninggal bisa mencapai 50 orang. Diperkirakan, tinggal tersisa sekitar 80-105 sandera yang ditahan oleh Hamas dalam kondisi hidup.
Israel memulai serangan militernya di Gaza setelah serangan Hamas menyerang Israel hingga menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 253 orang di Israel selatan pada 7 Oktober 2023.
Setelah perang Gaza berlangsung selama empat bulan, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan setidaknya 27.585 warga Palestina dipastikan tewas dan ribuan lainnya dikhawatirkan terkubur di bawah reruntuhan. Israel masih terus memperluas serangan di Rafah yang sangat padat pengungsi Palestina dan perbatasan Suriah. (AP/AFP/REUTERS)