Hamas menuntut gencatan senjata total sebelum perjanjian apa pun dapat disetujui. Gencatan senjata diusulkan tiga tahap.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·4 menit baca
BEIRUT, MINGGU — Hamas masih mempertimbangkan usulan gencatan senjata yang, menurut rencana, terdiri dari tiga tahap. Mediator internasional kembali mendesak kedua belah pihak untuk secepatnya menyetujui kesepatan itu guna segera menghentikan pertempuran dan membebaskan sandera.
Hamas membenarkan telah menerima proposal gencatan senjata yang dirancang para mediator di Paris, Perancis. Kerangka kerja tersebut diajukan oleh para pejabat tinggi Israel, Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat (AS).
Namun, hingga Minggu (4/2/2024), para pemimpin Hamas masih terus mengkaji usulan itu karena membutuhkan waktu dan rincian pada beberapa bagian. ”Diperlukan lebih banyak waktu untuk mengumumkan posisi kami,” kata Osama Hamdan, pejabat tinggi Hamas di Lebanon.
Menurut Hamdan, Hamas terbuka untuk mendiskusikan inisiatif apa pun untuk mengakhiri agresi terhadap rakyat Palestina. Namun, Hamas belum sepenuhnya sepakat sebab proposal tersebut dinilai tidak rinci di beberapa bagian.
Ia menjanjikan akan secepatnya mengabarkan posisi Hamas setelah tercapai kesepakatan. ”Kami akan mengumumkan posisi kami berdasarkan keinginan kami untuk mengakhiri agresi yang diderita rakyat kami secepat mungkin,” ujarnya.
Dengan perang yang tak lama lagi memasuki bulan kelima, para mediator internasional mendesak agar Hamas dan Israel segera menyetujui kesepakatan gencatan senjata yang diusulkan dalam pertemuan di Paris tersebut.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken diagendakan melawat ke Timur Tengah lagi dalam beberapa hari mendatang. Demikian juga Menteri Luar Negeri Perancis Stephane Sejourne yang akan memulai lawatan pertamanya ke Timur Tengah dalam pekan ini. Agenda keduanya sama, yaitu gencatan senjata di Gaza dan pembebasan sandera.
Usulan gencatan senjata tiga tahap itu mencakup jeda awal pertempuran selama enam pekan yang akan ditukar dengan pembebasan beberapa sandera Israel serta tahanan Palestina. Gencatan awal itu dapat terus diperpanjang.
Israel menolak semua inisiatif yang dibuat sejauh ini untuk melanjutkan agresinya.
Namun, Hamdan mengatakan, Hamas menuntut gencatan senjata total sebelum perjanjian apa pun dapat disetujui kelompoknya. Hamas juga mengecam kampanye disinformasi Israel yang bertujuan mendistorsi posisi Hamas. ”Israel menolak semua inisiatif yang dibuat sejauh ini untuk melanjutkan agresinya,” katanya.
Serangan ke TK
Di Gaza, pertempuran masih terus berkecamuk. Serangan Israel meluas ke Rafah dan menyasar gedung taman kanak-kanak (TK). Anak-anak turut menjadi korban dalam serangan itu. Hingga saat ini warga Palestina yang tewas di Gaza dilaporkan mencapai 27.513 jiwa.
Akibat serangan Israel, Rafah yang dulunya merupakan rumah bagi 200.000 orang kini menampung lebih dari separuh penduduk Gaza yang berjumlah sekitar 2 juta jiwa. ”Kami kelelahan. Kami minta segera ada gencatan senjata sehingga kami dapat kembali ke rumah kami,” kata salah satu pengungsi, Mahmud Abu al-Shaar.
Perang Israel-Hamas pecah setelah serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 yang mengakibatkan kematian lebih dari 1.100 orang di Israel. Sekitar 250 orang dibawa paksa sebagai sandera.
Sekitar 100 sandera di antaranya telah dibebaskan saat gencatan senjata selama sepekan pada akhir November 2023. Israel mengatakan, 132 orang masih berada di Gaza, termasuk sedikitnya 27 tawanan yang diyakini telah terbunuh.
Para ahli dan kelompok hak asasi manusia mengatakan, terdapat indikasi pasukan Israel secara sistemis menghancurkan bangunan di dekat perbatasan. Teknik ini kemungkinan merupakan upaya untuk mendesak warga Palestina dan menciptakan zona penyangga di dalam wilayah Palestina. Israel belum secara terbuka mengonfirmasi tuduhan itu.
Nadia Hardman, pakar hak-hak pengungsi di Human Rights Watch, mengatakan, saat ini terlihat semakin banyak bukti bahwa Israel tengah membuat sebagian besar Gaza tidak bisa dihuni. ”Ini bisa termasuk sebagai kejahatan perang,” katanya.
Senada dengan itu, Adi Ben Nun, profesor pada Universitas Ibrani Yerusalem, mengatakan, lebih dari 30 persen bangunan di Gaza dalam radius 1 kilometer dari perbatasan Israel telah rusak atau hancur selama perang. Temuan ini ia peroleh dari analisis citra satelit.
Warga Israel berulang kali memprotes Pemerintah Israel untuk segera menghentikan kekerasan dan membebaskan sandera. Sejumlah kritik dilayangkan terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terkait dengan kegagalan mencegah serangan 7 Oktober dan pembebasan seluruh sandera.
Salah satu warga Isral yang ikut unjuk rasa di Tel Aviv akhir pekan lalu, Michal Hadas, mengatakan, ia curiga para pemimpin Israel memperpanjang konflik karena kepentingan politik mereka. ”Sebab, selama perang berlanjut tidak akan ada pemilu,” ujarnya.
Perang tersebut telah meningkatkan ketegangan regional di Timur Tengah. Saling serang terus berlanjut antara AS dan kelompok-kelompok bersenjata yang didukung Iran. AS dan mitranya, Inggris, menyerang puluhan sasaran di Yaman sebagai respons atas serangan berulang terhadap kapal-kapal oleh kelompok pemberontak Houthi. Seorang juru bicara Houthi menyatakan tak akan mundur menghadapi gelombang serangan AS dan Inggris itu. (AP/AFP)