Indonesia-Malaysia Satu Suara di Isu Gaza dan Regulasi Deforestasi Uni Eropa
Indonesia-Malaysia satu suara dalam isu Gaza dan regulasi deforestasi Uni Eropa.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menteri Luar Negeri Malaysia Mohamad bin Hasan bertemu secara bilateral dengan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi di Kementerian Luar Negeri yang dilanjutkan dengan melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Jakarta. Sejumlah hal dibahas dalam pertemuan tersebut, termasuk posisi Indonesia dan Malaysia yang satu suara dalam isu terkait dengan Gaza dan isu regulasi deforestasi Uni Eropa.
”(Pada kunjungan kehormatan) Dengan Bapak Presiden, prinsipnya melaporkan apa yang kita bahas berdua tadi pagi. Kita bahas isu bilateral, ada tiga isu,” kata Menlu Retno saat memberikan keterangan pers di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (6/2/2024).
Pertama, isu menyangkut masalah perbatasan. ”Dengan satu komitmen kita akan coba selesaikan yang belum selesai, baik batas darat maupun batas laut untuk segera kita selesaikan. (Hal ini) Karena kedua pemimpin pada Juni tahun lalu sudah bersepakat untuk segera menyelesaikannya,” ujar Retno.
Terutama yang kami bahas adalah hak untuk pendidikan, right to education, bagi anak-anak para pekerja migran Indonesia tersebut. Selama ini sudah ada CLC yang ada di Sabah dan Serawak. (Hal) Yang kita mintakan adalah agar community learning center, CLC, juga dapat diadakan di semenanjung.
Kedua, isu mengenai pekerja migran Indonesia. ”Terutama yang kami bahas adalah hak untuk pendidikan, right to education, bagi anak-anak para pekerja migran Indonesia tersebut. Selama ini sudah ada CLC yang ada di Sabah dan Serawak. (Hal) Yang kita mintakan adalah agar community learning center, CLC, juga dapat diadakan di semenanjung,” kata Retno.
Retno juga mengingatkan kembali bahwa kedua pemimpin sudah bersepakat untuk mengadakan mekanisme bilateral spesial yang khusus membahas masalah pekerja migran. ”Jadi, saya ingatkan, perlu, agar special bilateral mechanism ini segera berjalan,” ujarnya.
Ketiga, isu menyangkut kerja sama ekonomi. Kedua negara berkomitmen kuat untuk terus memperkuat kerja sama ekonomi karena hubungan perdagangan serta investasi antara Indonesia dan Malaysia cukup besar. ”Salah satu yang terbesar dari negara-negara ASEAN. Dan, kita juga membahas mengenai bagaimana mengoptimalisasi ekonomi-ekonomi yang ada di perbatasan,” ujarnya.
Selain tiga isu bilateral, menurut Retno, dibahas pula mengenai ASEAN. ”Tahun depan Malaysia akan menjadi ketua ASEAN. Sekarang Laos. Dan, sekarang Indonesia-Laos-Malaysia duduk dalam troika yang membahas mengenai masalah Myanmar,” katanya.
Saat digelar Konferensi Tingkat Tinggi di Jakarta, disepakati ada mekanisme baru di ASEAN dalam bentuk troika untuk membahas implementasi Five Points of Consensus atau Konsensus Lima Poin untuk isu Myanmar. ”Dan, untuk isu internasional, kita bahas kembali mengenai situasi di Gaza, di mana posisi Indonesia dan Malaysia juga sama. Jadi, hal-hal inilah yang tadi kita laporkan kepada Bapak Presiden,” ujar Retno.
Indonesia dan Malaysia juga memiliki kesamaan posisi pada saat bicara mengenai isu kelapa sawit dan EU Deforestation Regulation. ”Jadi, waktu kita di UE minggu lalu, kita bersama-sama menyuarakan mengenai sawit dan juga masalah deforestation regulation yang berasal dari Uni Eropa, plus Gaza, yang memang posisi kita selalu sama dengan Malaysia,” kata Retno.
Komitmen Presiden Jokowi dan Perdana Menteri Anwar Ibrahim untuk terus memperkuat hubungan kedua negara cukup kuat. ”(Hal ini) Karena sebagai negara tetangga dekat tidak punya pilihan lain bagi kita untuk merajut kerja sama yang lebih kuat,” ujarnya.
Berkenaan dengan investasi, Retno mengatakan, Malaysia berinvestasi cukup besar di beberapa bidang. ”Tetapi, yang paling terakhir adalah pada saat Anwar Ibrahim berkunjung ke Indonesia, ada 11 LoI atau letter of intent untuk kerja sama dalam membangun IKN. Tadi, waktu bilateral dengan saya, saya sampaikan perlu segera 11 LoI ini dalam bentuk investasi untuk segera diimplementasikan untuk IKN,” katanya.
Mempererat silaturahmi
Adapun Mohamad bin Hasan menuturkan, hal yang diperbincangkan adalah tentang hubungan Indonesia-Malaysia yang semakin akrab dan baik. Kunjungan kali ini juga merupakan kunjungan untuk merapatkan lagi silaturahmi.
Adalah beberapa perkara yang kami update. Saya memberikan status report berkenaan dengan hubungan dua hal, hubungan serantau dan juga hubungan Malaysia-Indonesia dengan masyarakat antarbangsa. Kalau serantau, berkenaan dengan Myanmar. Hubungan antarbangsa pula berkenaan dengan isu Palestina.
”Adalah beberapa perkara yang kami update. Saya memberikan status report berkenaan dengan hubungan dua hal, hubungan serantau dan juga hubungan Malaysia-Indonesia dengan masyarakat antarbangsa. Kalau serantau, berkenaan dengan Myanmar. Hubungan antarbangsa pula berkenaan dengan isu Palestina,” kata Hasan.
Hasan menuturkan, dirinya dan Menlu Retno pun baru kembali dari retret di Luang Prabang, Laos, dan kemudian lanjut ke Brussel untuk menghadiri ASEAN-EU Summit. Malaysia dan Indonesia menyuarakan agar segera dilakukan penghentian kekejaman dan pembunuhan terhadap rakyat Palestina serta secepatnya ada gencatan senjata.
”Dan, two state solution ini perlu disegerakan. Palestina perlu diperlakukan sebagai sebuah negara yang merdeka. Dan, mereka mempunyai hak untuk hidup, right to live, bukannya dibunuh macam binatang buruan. Ini suara Malaysia dan Indonesia,” ujar Hasan.
Hasan mengatakan, dirinya menyampaikan kepada Presiden Jokowi bahwa Malaysia dan Indonesia mesti bersama-sama bersuara. ”Bersuara juga berkenaan dengan kepentingan ekonomi negara, bagaimana cara untuk kita pastikan supaya Deforestation Regulation yang dikemukakan oleh mereka (Uni Eropa) adalah benar-benar untuk mengekang kemasukan minyak kelapa sawit ke negara mereka, ke Eropa,” katanya.
Two state solution ini perlu disegerakan. Palestina perlu diperlakukan sebagai sebuah negara yang merdeka. Dan, mereka mempunyai hak untuk hidup, right to live, bukannya dibunuh macam binatang buruan. Ini suara Malaysia dan Indonesia.
Terkait dengan persoalan Myanmar, Hasan mengatakan, mekanisme troika sedang digubah dan disetujui untuk memastikan keadaan di negara tersebut dapat ditangani dengan baik. ”Mekanisme troika sedang dikemas kini untuk kita pastikan dia dapat dibuat dengan terbaik mungkin. Sebab, ASEAN penting bagi kita. Kita tidak mau karena satu dua perkara, seperti di Myanmar ini, akan memecah belah kami, masyarakat ASEAN, yang besar,” kata Menlu Hasan.
Menlu Retno menuturkan, pada pertemuan para menlu di Laos, pertama, ada komitmen konsensus lima poin menjadi pilar utama dan rujukan utama ASEAN dalam mencoba membantu Myanmar keluar dari krisis. Kedua, mereka pun berembuk perihal troika ke depan.
”Ke depan, troika ini tidak tertutup, ya, sifatnya. Dalam artian, saat kita membahas bantuan kemanusiaan, misalnya, saya banyak bicara dengan Thailand karena Thailand juga melakukan bantuan kemanusiaan melalui cross border, tapi dengan tetap melibatkan AHA Center. Kenapa AHA Center harus terlibat? Karena 5PC (lima poin konsensus) merujuk keterlibatan AHA Center,” kata Menlu Retno.