Indonesia dalam Radar Dekat UEA untuk Investasi dan Diversifikasi Pendapatan
Pemerintah UEA mengirim delegasi pengusaha ke Indonesia untuk investasi. Indonesia juga ingin akses ke Timur Tengah.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·4 menit baca
Pada November 2023, Presiden Joko Widodo meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terapung Cirata di Purwakarta, Jawa Barat. Pembangkit listrik tenaga surya terbesar ketiga di Asia Tenggara itu terbangun salah satunya dengan keterlibatan Masdar, perusahaan dari Uni Emirat Arab.
Berangkat dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) Terapung Cirata, Uni Emirat Arab (UEA) ingin kembali terlibat dalam proyek energi terbarukan fase selanjutnya dari PLTS Cirata. ”UEA sudah menyerahkan proposal perluasan Cirata untuk bisa memproduksi (listrik) hingga 500 megaWatt,” terang Menteri Energi dan Infrastruktur UEA Suhail Mohammed Faraj al-Mazrouei, Kamis (1/2/2024), di Jakarta seusai diskusi yang diikuti delegasi UEA dan Indonesia.
Tak hanya itu, UEA juga ingin terlibat dalam pembangunan energi terbarukan di Ibu Kota Nusantara (IKN). UEA akan menggandeng PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk proyek tersebut.
Ketertarikan UEA tidak berhenti sampai di situ. Mazrouei, yang memimpin delegasi pengusaha UEA, juga menyatakan bahwa UEA melirik sektor transportasi, logistik, pangan dan keamanan pangan, serta infrastruktur di Indonesia sebagai tujuan investasi.
Dengan beragamnya sektor yang dilirik UEA, menurut Duta Besar UEA untuk Indonesia dan ASEAN Abdulla Salem al-Dhaheri, UEA sekarang tengah bergerak dari sektor tradisional mereka, yakni sektor gas dan minyak, penerbangan, serta pelabuhan, ke sektor-sektor lain. Sektor-sektor lain yang dia maksudkan, misalnya, adalah investasi pada proyek jalan tol, kesehatan, dan energi terbarukan. Sektor lain yang tengah dilirik adalah perkeretaapian, tenaga matahari, dan geotermal.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dalam kesempatan itu menyatakan, UEA saat ini sedang bermigrasi dari pendapatan yang selama ini diperoleh dari sektor minyak dan sumber alam ke investasi. Di Indonesia, investasi itu akan ditanamkan di sejumlah sektor seperti energi terbarukan serta pangan dan ketahanan pangan. Adapun investasi yang sudah terjalin ada di sektor energi terbarukan, pembangunan jalan tol, dan telekomunikasi.
Indonesia melalui hubungan bilateral perlu menangkap peluang itu untuk membangun hubungan antarbisnis (business-to-business), yang akan mendorong—salah satunya—terbukanya lapangan pekerjaan. Masuknya investasi di berbagai sektor juga akan menambah pendapatan negara.
”Jadi, ini bukan isu transaksional. Jadi, ini benar-benar saling menguntungkan dengan masuknya UEA,” jelas Erick.
Akses ke Timur Tengah
Indonesia dengan berkolaborasi dengan UEA juga mendapat keuntungan lain. ”Dengan bermitra bersama UEA, Indonesia juga akan memiliki akses untuk memperdagangkan barang-barang produksi Indonesia ke Timur Tengah, ke Afrika,” jelas Erick.
Selanjutnya, menurut Erick, di tengah situasi perekonomian dan geopolitik yang tidak menentu, kerja sama di bidang ketahanan energi dan ketahanan pangan sangat diperlukan. UEA disebutkan tertarik berinvestasi pada food estate yang tengah dikembangkan Pemerintah Indonesia.
Dalam diskusi tersebut, Pemerintah UEA membawa serta pejabat perusahaan pertanian di negara tersebut, Elit Agro. Perusahaan ini yang akan berinvestasi di program pemerintah itu.
Sementara Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, seusai resepsi yang digelar Kedutaan Besar UAE pada Kamis malam itu, mengatakan bahwa UEA juga sudah terlibat di sektor pelabuhan, di antaranya di Medan dan Surabaya. Selanjutnya, UEA akan masuk di sektor penerbangan dan pengelolaan bandara.
UEA juga sudah terlibat di sektor pelabuhan, di antaranya di Medan dan Surabaya. Selanjutnya, UEA akan masuk di sektor penerbangan dan pengelolaan bandara.
”Untuk investasi bidang angkutan perkeretaapian, bentuknya belum terlalu konkret,” jelas Budi Karya.
Erick menambahkan, masuknya UEA ke Indonesia juga menandakan investasi di Indonesia tidak melulu dari China dan Amerika Serikat. Investasi juga masuk dari Timur Tengah, seperti UEA.
Mazrouei menjelaskan, meski ia belum bisa membeberkan angka pasti dari investasi UEA ke Indonesia, ketertarikan negaranya untuk berinvestasi di Indonesia besar. Apalagi, ia melihat rencana Pemerintah Indonesia di bidang energi terbarukan begitu besar dan pemerintah terus bekerja memastikan keberlanjutan untuk generasi masa depan.
”Kami juga meyakini akan keberlanjutan sehingga kami juga melihat peluang investasi di berbagai sektor,” jelas Mazroui.
Duta Besar Dhaheri menyatakan, dari proyek yang sudah berlangsung dan investasi yang masuk, ia melihat hubungan UEA dan Indonesia adalah relasi dua negara yang berkelanjutan. Kedua belah pihak sudah saling percaya. Ia meyakini perjalanan kerja sama kedua negara bisa berlanjut.
Adapun Direktur Timur Tengah Kementerian Luar Negeri Bagus Hendraning Kobarsih mengatakan, kunjungan delegasi UEA ke Indonesia menandakan hubungan kerja sama Indonesia dan UEA dalam kondisi sangat baik. Bukan hanya di level pemerintahan dua negara, hubungan erat itu juga terjalin di level dunia usaha dan masyarakat.
Didukung ratifikasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA) Indonesia-UEA pada 2023, ratifikasi tersebut membuka peluang lebih besar bagi kerja sama di berbagai bidang, khususnya di bidang ekonomi dan investasi, di antara kedua negara.