Biaya Makin Murah, Industri Peluncuran Satelit China Terus Berkembang
China terus mengejar AS dalam mengusai teknologi luar angkasa. Ini kerap memancing saling kritik antara China dan AS.
BEIJING, MINGGU — Industri peluncuran satelit komersial China tahun ini diprediksi berkembang pesat. Salah satu faktor pendorongnya adalah keberhasilan menekan biaya peluncuran. China semakin dapat bersaing dengan Space-X, perusahaan Amerika Serikat, yang saat ini merupakan penyedia jasa peluncuran satelit komersial dengan tarif termurah.
Roket China, Jielong-3, meluncur pada Sabtu (3/2/2024) membawa sembilan satelit sekaligus ke orbit. Jielong-3 diluncurkan dari kapal tongkang terapung di lepas Pantai Yangjiang di Provinsi Guangdong, China selatan.
Baca juga: Jelang Akhir Tahun, China Sibuk Kirim Satelit ke Luar Angkasa
Peluncuran roket Jielong-3 ini merupakan peluncuran yang ketiga hanya dalam dua bulan. Dikembangkan oleh China Rocket Co, Jielong-3 meluncur untuk pertama kalinya pada Desember 2022. China Rocket Co merupakan cabang komersial dari produsen wahana peluncuran milik negara.
Pada hari yang sama, produsen mobil China, Geely Holding Group, juga meluncurkan 11 satelit bersamaan. Satelit-satelit ini merupakan satelit navigasi yang dirancang untuk meningkatkan kapasitas perusahaan dalam menyediakan navigasi yang lebih akurat untuk kendaraan swakemudi.
Presiden China Xi Jinping telah menyerukan perluasan industri strategis, termasuk sektor ruang angkasa komersial. Sektor peluncuran satelit komersial ini dianggap penting dalam membangun konstelasi satelit untuk komunikasi, penginderaan jauh, dan navigasi.
China menjadi negara kedua yang meluncurkan satelit lebih banyak dibandingkan negara-negara lain.
Kemampuan China untuk meluncurkan satelit terus meningkat dan semakin mengejar ketertinggalan dengan Amerika Serikat (AS). Pada 2023, terdapat 67 peluncuran satelit orbital di seluruh China, termasuk 17 peluncuran satelit komersial dengan satu kegagalan.
Jumlah tersebut naik dari 10 peluncuran komersial pada 2022, termasuk dua kegagalan. Totalnya, pada 2022 dan 2021, China meluncurkan masing-masing 64 dan 55 misi antariksa.
Pada 2023, China menjadi negara kedua yang meluncurkan satelit lebih banyak dibandingkan negara-negara lain. Posisi pertama adalah AS yang melakukan 116 upaya peluncuran, termasuk sekitar 100 peluncuran oleh SpaceX milik pengusaha Elon Musk.
Baca juga: China Menggoyahkan Kejayaan AS di Luar Angkasa
Saat ini, kemampuan China dalam pembangunan jaringan peluncuran satelit komersial semakin berkembang. Kemajuan paling pesat yang berhasil dicapai adalah menekan biaya peluncuran.
Perkembangan lain adalah semakin banyaknya jendela peluncuran, semakin beragamnya jenis roket untuk mengakomodasi berbagai ukuran muatan, serta bertambahnya jumlah lokasi peluncuran. Peningkatan jumlah lokasi peluncuran dicapai dengan pembangunan lebih banyak pelabuhan antariksa dan penggunaan kapal untuk peluncuran laut.
Menekan biaya
Dalam hal menekan biaya, Jielong-3 dapat membawa muatan seberat 1.500 kilogram (kg) ke orbit sinkron matahari sepanjang 500 kilometer (km) dengan biaya kurang dari 10.000 dollar AS (Rp 157,1 juta) per kg untuk roket kecil. Harga ini semakin bersaing dengan tarif yang diterapkan SpaceX yaitu 5.500 dollar AS per kg (Rp 86,4 juta). Akan tetapi, SpaceX bakal menerapkan biaya tambahan ke depannya.
Baca juga: China Kembali Kirim Misi Luar Angkasa, Astronotnya Akan Mengajar dari Antariksa
China Rocket Co mengatakan, roket tersebut dapat membawa lebih dari 20 satelit. Biaya serupa bisa dicapai roket Long March 11, tetapi ukuran muatannya jauh lebih kecil. Jielong-3 sebanding dengan roket Lijian-1 yang pertama kali terbang pada 2022.
Saat ini di China telah tumbuh beberapa perusahaan di bidang peluncuran satelit komersial. Selain China Rocket Co, terdapat CAS Space, yakni divisi komersial dari Chinese Academy of Sciences yang berkantor pusat di Guangzhou. CAS Space salah satunya memproduksi Lijian-1 yang dapat mengirim muatan seberat 1.500 kg ke orbit sinkron matahari sepanjang 500 km.
Perusahaan komersial lain di sektor peluncuran satelit di China adalah Galactic Energy. Perusahaan ini mempunyai roket Ceres-1 yang mampu mengirimkan muatan seberat 300 kg ke orbit serupa. Galactic Energy yang berbasis di Beijing telah melakukan tujuh peluncuran Ceres-1 pada 2023. Jumlah ini naik dari empat peluncuran pada 2020-2022.
Perusahaan China lainnya, Landspace, telah meluncurkan Zhuque-2 pada 2023. Peluncuran itu menandai keberhasilan pengiriman muatan pertama di dunia dengan roket oksigen-metana cair. Teknologi tersebut merupakan terobosan dalam penggunaan propelan cair berbiaya rendah di China.
Baca juga: Roket China Long March 5B Jatuh Tak Terkendali di Selatan Samudra Pasifik
Di bidang roket yang lebih besar, terdapat Orienspace yang pada Januari 2023 meluncurkan roket Gravity-1 dari sebuah kapal di lepas pantai Provinsi Shandong. Roket tersebut mampu mengirimkan muatan hingga 6.500 kg ke orbit rendah bumi. Gravity-1 merupakan wahana peluncuran satelit paling kuat yang dikembangkan oleh perusahaan swasta China.
Roket dengan daya angkut kecil dapat membawa muatan hingga 2.000 kg, sedangkan roket berukuran sedang dapat membawa muatan hingga 20.000 kg. Roket berat dapat membawa muatan lebih dari 20.000 kg. Falcon Heavy milik SpaceX mampu mengangkat beban seberat 64.000 kg ke orbit, tetapi peluncuran dengan beban seberat itu belum pernah dilakukan.
Namun, teori AS tersebut hanya bertujuan untuk memperluas kekuatan militer antariksanya dan mencari alasan untuk mempertahankan hegemoni militernya.
China berusaha terus mengejar AS dalam mengusai teknologi luar angkasa. Hal ini kerap memancing saling kritik antara China dan AS. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan, AS telah lama mengobarkan teori ”ancaman luar angkasa China”. Menurut Wang, AS telah mencemarkan nama baik China dengan teori tersebut.
”Teori AS tersebut hanya bertujuan memperluas kekuatan militer antariksanya dan mencari alasan untuk mempertahankan hegemoni militernya,” kata Wang pada konferensi pers, Jumat (2/2/2024), seperti dikutip media yang berafiliasi dengan Pemerintah China, Global Times.
Pernyataan Wang menjawab komentar Angkatan Luar Angkasa AS (US Space Force) yang merilis laporan bahwa Rusia dan China sedang merancang dan menguji senjata antiruang angkasa untuk menolak, mengganggu, atau menghancurkan satelit dan layanan luar angkasa.
Wang mengatakan, anggapan bahwa luar angkasa sebagai medan perang merupakan anggapan AS sendiri. Hal ini ditandai dengan AS yang giat mengembangkan kemampuan militer luar angkasa dan memprovokasi terjadinya konfrontasi. (REUTERS)