Jelang Akhir Tahun, China Sibuk Kirim Satelit ke Luar Angkasa
Menjelang akhir tahun, China mengebut mengirimkan satelit-satelit ke orbit. Dua di antaranya satelit sistem navigasi Beidou yang akan menandingi GPS.
Oleh
LUKI AULIA
·3 menit baca
JIUQUAN, SELASA — Menjelang akhir 2023, China sibuk mengirimkan satelit-satelit ke luar angkasa. Dalam satu pekan terakhir, lebih dari 10 satelit diluncurkan. Satelit-satelit untuk keperluan eksperimen sains dan teknologi antariksa, navigasi, dan meteorologi.
Sepanjang 2023, China meluncurkan 66 misi antariksa. Pada 2022 dan 2021, China meluncurkan masing-masing 64 dan 55 misi antariksa. China diduga masih akan meluncurkan misi lanjutan sebelum akhir pekan ini.
China Aerospace Science and Industry Corp (CASIC) meluncurkan empat satelit pada Rabu (27/12/2023) dari Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan. Pusat peluncuran berada di Gurun Gobi. Satelit itu bagian dari penginderaan meteorologi China.
Dalam laporan China Daily diungkap, satelit-satelit itu diangkut dengan roket Kuaizhou 1A. Dengan peluncuran pada Rabu sore itu, sudah enam kali Kuaizhou 1A terbang sepanjang 2023. Penerbangan kelima berlangsung pada Senin lalu.
Roket itu buatan anak usaha CASIC yang bisa mengangkut beban hingga 300 kilogram ke orbit rendah. Jika menuju titik lebih tinggi, daya angkut menjadi 200 kg. Adapun bobot total roket mencapai 30 ton.
Satelit lain
Peluncuran empat satelit meteorologi itu dilakukan sehari setelah dua satelit navigasi diorbitkan dengan roket Long March-2B. Satelit itu diluncurkan dari Pusat Peluncuran Satelit Xichang. Dalam 23 tahun terakhir, China telah mengorbitkan 62 satelit navigasi.
Dengan 50 satelit mengorbit, China punya alternatif sistem navigasi yang dikenal sebagai Beidou. Selain Beidou, jaringan satelit navigasi dimiliki Rusia lewat Glonass, Amerika Serikat lewat GPS, dan Uni Eropa dengan Galileo.
Beberapa jam sebelum satelit-satelit Beidou diluncurkan, China juga mengorbitkan tiga satelit uji coba sains antariksa. Dengan Long March-11, satelit Shiyan seri 24C itu diluncurkan dari pesisir Guangdong.
Dengan peluncuran di Guangdong, sudah delapan kali China meluncurkan roket luar angkasa dari laut. Sementara dengan peluncuran itu, sudah 503 kali roket dari varian Long March dipakai.
Jatuh lagi
China Academy of Launch Vehicle Technology membuat roket Long March-11 dengan panjang 20,8 meter dan diameter 2 meter. Bobot maksimum saat lepas landas mencapai 58 metrik ton.
Sebagian roket-roket itu, seperti juga aneka wahana antariksa lain, akan kembali ke bumi. Sayangnya, sebagian roket itu meluncur kembali ke bumi tanpa terkendali. Hal itu antara lain terjadi pada Selasa pekan ini.
Sebagian negara mempersoalkan kejatuhan itu. Apalagi, roket-roket China berukuran puluhan ton. Bobot besar sesuai dengan ukuran satelit yang diangkut roket-roket itu.
Seperti dilaporkan Xinhua, China mengorbitkan satelit penginderaan jarak jauh. Satelit di orbit tinggi itu digunakan untuk penginderaan lahan, pengelolaan lingkungan, hingga penilaian potensi panen.
Satelit lain biasanya hanya mengangkut ruang muatan setinggi 12,3 meter. Sementara untuk satelit awal Desember 2023, tinggi ruang muatannya 18,5 meter. Muatan yang tidak seperti biasanya itu memicu dugaan isinya satelit dengan orbit amat tinggi dan mungkin berada di titik tertentu secara tetap. Diduga, satelit dipakai untuk mengintip wilayah tertentu tanpa henti.
Satelit navigasi
China memang punya banyak versi dan fungsi satelit. Seri Beidou-3 (BDS-3) sudah beberapa kali diluncurkan dalam beberapa tahun ini. Seri terbaru dikirim ke orbit menengah (MEO).
Versi terbaru mendapat peningkatan fungsi dan kinerja. Bentuknya termasuk peningkatan kapasitas layanan pesan singkat, teknologi jam atom, hingga kecerdasan buatan. Sistem baru juga dijadikan dasar untuk pengembangan selanjutnya.
Wakil Kepala Perancang BDS Xie Jun mengatakan, satelit terbaru berperan ganda. Satelit itu meningkatkan kapasitas pesan singkat dan pemantauan kinerja penyatuan sinyal navigasi global. (REUTERS)