Detik-detik Evakuasi, Awak Kabin Pahlawan bagi 367 Penumpang JAL-516
Awak kabin dengan wajah tenang dan tegas meminta penumpang tetap tenang dan meninggalkan barang-barang bagasi mereka.
”Luar biasa!” ”Mereka sigap dan tenang sekali”, ”Pelatihannya pasti bagus sekali”. Segala pujian ramai tersebar di media sosial untuk awak kabin Japan Airlines dengan nomor penerbangan JAL-516. Sebagaimana diberitakan, Airbus A350 milik JAL itu bertabrakan dengan pesawat penjaga pantai Jepang, sesaat setelah mendarat di Bandara Haneda, Tokyo, Jepang, pada Selasa (2/1/2024) petang.
Hanya dalam hitungan menit, para awak kabin JAL-516 bisa mengevakuasi 367 penumpang. Selain itu, semua awak kabin yang berjumlah 12 pun selamat dalam insiden tersebut. Dibayangi dengan kobaran api yang membakar sebagian sayap pesawat, seluruh proses evakuasi yang dimulai setelah pesawat Airbus A350 itu berhenti sampai semua penumpang dibawa ke tempat aman, tuntas kurang dari 20 menit. Dalam teori keselamatan penerbangan, begitu kecelakaan terjadi, seluruh penumpang dan awak kabin sudah harus bisa dikeluarkan dari tubuh pesawat dalam waktu 90 detik.
Baca juga: Bertabrakan di Haneda, Penumpang dan Awak JAL-516 Selamat
Bagaimana dengan JAL-516? Begitu tabrakan terjadi dan api mulai membakar, para awak kabin dengan wajah tenang dan suara tegas meminta para penumpang untuk tetap tenang. Mereka meminta semua penumpang untuk meninggalkan barang-barang bagasi mereka. Ketika hawa di dalam kabin mulai memanas dan lampu padam, dengan tetap tenang tetapi tegas mereka meminta kerja sama penumpang untuk memulai evakuasi.
”Mohon tetap tenang. Mohon kerja samanya,” kata seorang pramugari berulang kali dengan suara lantang, seperti terlihat di dalam rekaman video yang diperoleh kantor berita Reuters, Selasa (2/1/2024).
Saat itu, kondisi di dalam kabin pesawat sudah penuh asap. Memang ada beberapa penumpang yang cemas dan berlarian mondar-mandir di lorong. Sementara penumpang lain memegangi anak-anak yang menjerit. Suasananya kisruh, khususnya di bagian belakang karena api dimulai dari belakang. ”Tolong keluarkan saya dari sini. Kenapa tidak dibuka saja (pintunya),” teriak seorang perempuan dan seorang anak.
Tak berapa lama, pintu darurat berhasil dibuka dan dengan bantuan awak kabin para penumpang satu per satu bergegas meninggalkan pesawat. Mereka menggunakan tiga pintu darurat. Seiring itu, api mulai membesar membakar dari arah belakang.
Harian The Japan Times menyebutkan, meski suasana tegang di dalam kabin pesawat, para penumpang tidak panik. Memang sesaat sempat terjadi kepanikan, terutama di bagian belakang pesawat. Para penumpang di deretan belakang melihat kobaran api semakin besar.
Instruksi yang jelas dari awak kabin dan kerja sama para penumpang membuat proses evakuasi dari dalam kabin pesawat berjalan cepat. Segera setelah keluar dari pesawat dan berada jauh dari pesawat, awak kabin menghitung jumlah penumpang. Mereka diminta untuk berpegangan tangan dalam kelompok yang terdiri atas 10 orang dan duduk menunggu untuk dibawa ke terminal. Semua penumpang kemudian dibawa ke hotel terdekat dengan taksi yang semua sudah ditanggung oleh JAL.
”Saya sudah yakin saya akan mati. Ini keajaiban. Terlambat sedikit keluar dari pesawat, mati kita karena 10 menit setelah kita turun, ada ledakan di pesawat,” kata Tsubasa Sawada (28), warga Tokyo, yang baru pulang dari liburan di Sapporo. Seiring dengan proses evakuasi para penumpang, pemadam kebakaran bandara juga berusaha memadamkan kobaran api yang dimulai dari bagian belakang pesawat dan akhirnya melalap seluruh pesawat.
Baca juga: Keselamatan dan Kesehatan Penumpang, Tantangan Baru Bisnis Penerbangan
”Begitu ada insiden seperti ini, semua penumpang harus bisa segera dikeluarkan dalam waktu 90 detik. Untung awak kabin bekerja cepat. Penumpang juga disiplin mendengarkan instruksi para awak. Seharusnya memang begini prosedurnya. Anda harus ikuti perintah awak kabin, jalan ke pintu darurat, keluar dengan meluncur, dan segera menjauh dari pesawat. Itu kenapa mereka berhasil selamat,” kata pakar penerbangan John Cox kepada NBC News.
Tinggalkan barang
Yamake, penumpang yang duduk di kursi depan, menceritakan, meski beberapa penumpang sangat cemas, para kru bisa dengan cepat mengerahkan jalur evakuasi dan memandu para penumpang untuk turun dengan tertib. Dari rekaman video yang beredar tampak para penumpang dievakuasi dengan tenang. Tidak ada yang membawa tas jinjing atau barang-barang di kabin.
Badan keselamatan penerbangan selama bertahun-tahun sudah memperingatkan para penumpang untuk tidak membawa barang bawaannya ketika insiden seperti ini terjadi. Membawa barang bawaan kabin itu memakan waktu dan mempersulit proses evakuasi. Utamakan nyawa.
”Awak kabin JAL sudah bekerja dengan sangat baik. Tidak ada penumpang yang membawa barang bawaan. Semua penumpang bisa keluar dengan selamat. Ini keajaiban,” kata Direktur Keselamatan Udara di konsultan penerbangan Ascend di Inggris, Paul Hayes.
Baca juga: Perjalanan Industri Penerbangan Indonesia
Evakuasi menjadi prioritas keselamatan utama sejak pertengahan 1980-an setelah pesawat Boeing 737 British Airtours dilalap api di Bandara Manchester di Inggris dan menewaskan 55 orang. Tim penyelidikan bencana pada 1985 kemudian mengatakan, penyebab kematian terbesar adalah karena menghirup asap, keterlambatan pembukaan pintu pesawat, dan terbatasnya akses ke pintu keluar darurat.
Untuk mempercepat proses evakuasi dan mengutamakan keselamatan semua penumpang, penyelidik kecelakaan udara merekomendasikan aturan yang lebih ketat yang meminta penumpang meninggalkan barang-barang mereka ketika diperintahkan untuk evakuasi. Orang sering mengabaikan prosedur keselamatan ini.
Para ahli penerbangan menekankan pelajaran terpenting yang dipetik dari kejadian ini adalah semua penumpang harus lebih memperhatikan pengarahan keselamatan yang diberikan sebelum lepas landas dan patuh pada segala instruksi pramugari. Pramugari bukan hanya staf yang melayani makanan, melainkan juga tenaga profesional keselamatan yang sudah sangat terlatih.
Baca juga: Seluk Beluk Investigasi Kecelakaan Penerbangan Sipil di Indonesia
Meninggalkan semua barang dan keluar hidup-hidup harus menjadi satu-satunya prioritas. Jika ini dilakukan, setiap orang memiliki peluang terbaik untuk bisa tetap hidup. “Tetapi ada saja orang-orang yang memprioritaskan barang bawaannya dibandingkan keselamatan mereka sendiri dan penumpang lain. Sekadar bawa laptop atau tas jinjing saja sudah memakan waktu berharga,” kata seorang pilot kepada CNN.
“Lebih baik dan jelas lebih menguntungkan jika Anda tidak membawa bagasi. Sungguh luar biasa mereka berhasil mengeluarkan semua orang dari pesawat. Awak pesawatnya sangat terlatih dan para penumpangnya juga sangat disiplin,” kata Steve Creamer, konsultan keselamatan penerbangan dan mantan Direktur Organisasi Penerbangan Sipil Internasional.
Guru Besar dan Direktur Kelompok Pengelolaan Keselamatan Kebakaran di Universitas Greenwich, Inggris, Ed Galea, kepada harian The New York Times, mengatakan penumpang dievakuasi dari dua pintu keluar di bagian depan pesawat dan satu pintu keluar di belakang karena pesawat berhenti dalam kondisi menungging, hidung di bawah dan ekor menghadap ke atas. Beberapa penumpang terlihat seperti harus mendaki bukit dalam asap. Seorang awak kabin berdiri di belakang sambil melambaikan obor dan meminta penumpang maju ke depan.
Juru bicara JAL, Maggie Kuwasaki, dalam jawaban email kepada The New York Times menjelaskan akibat kebakaran itu hanya tiga pintu yang digunakan untuk evakuasi. Awak JAL sudah dilatih untuk mengevakuasi semua penumpang dalam waktu 90 detik. Awak kabin harus dapat memastikan bahwa semua penumpang telah dievakuasi pada pukul 18.05 waktu setempat.
Baca juga: Tahun 2024, Industri Penerbangan Optimistis Pulih dan Bangkit
Sebagai bagian dari uji keselamatan pesawat baru, maskapai penerbangan harus menunjukkan semua penumpang dapat dievakuasi dalam waktu 90 detik. Pada tahun 1970-an dan 1980-an, pelatihan darurat terutama difokuskan pada awak kabin. Namun, pada 1990-an dan 2000-an, penekanan yang baru diberikan pada mendidik penumpang bagaimana harus bereaksi dalam keadaan darurat. Analis penerbangan Alex Macheras kepada BBC menyebutkan JAL dikenal di industri penerbangan sebagai maskapai yang unggul dalam bidang keselamatan penerbangan.
Penyelidikan
Tabrakan antara JAL-516 dengan pesawat Penjaga Pantai Jepang di landasan pacu ini membingungkan para ahli penerbangan karena kasus seperti ini sangat tidak biasa. Kasus ini kini tengah diselidiki kementerian transportasi dan penjaga pantai Jepang. Mereka sedang menyelidiki komunikasi kontrol penerbangan khusus antara pesawat JAL, pesawat penjaga pantai dengan menara kontrol lalu lintas udara Bandara Haneda.
Kepala Biro Penerbangan Sipil Kementerian Perhubungan Jepang, Shigenori Hiraoka, menjelaskan tabrakan itu terjadi ketika pesawat JAL mendarat di salah satu dari empat landasan pacu Haneda tempat pesawat penjaga pantai bersiap lepas landas. Hiraoka memuji JAL karena melakukan prosedur yang tepat untuk mengevakuasi seluruh penumpang dan awak kapal dengan aman.
Baca juga: Kurangi Risiko Kecelakaan, Sistem Keselamatan Terbang Menyeluruh Diterapkan
“Saya belum pernah mendengar tabrakan sedahsyat ini di bandara Jepang. Sistem kendali lalu lintas udara di dunia dirancang untuk mencegah kecelakaan selama pengawas lalu lintas udara di bandara mengeluarkan instruksi yang benar dan pilot mengikutinya,” kata analis penerbangan Jepang, Yoshitomo Aoki.
Managing Executive Officer JAL Tadayuki Tsutsumi, Selasa malam, menjelaskan pilot JAL516 sudah diberi izin untuk mendarat tetapi kemungkinan besar tidak bisa melihat pesawat patroli maritim Dash-8 buatan Bombardier yang lebih kecil milik Penjaga Pantai. Tabrakan terjadi seketika setelah mendarat pada pukul 17.46 waktu setempat. “Ada suara gemeretak dan dentuman dan para penumpang terguncang. Tidak tahu kenapa. Lalu saya balik badan dan lihat di luar jendela mesin pesawat terbakar,” kata Satoshi Yamake (59).
Anton Deibe (17), turis dari Swedia, kepada NBC News, menceritakan dia mengira pesawatnya menabrak burung setelah mendarat. Tetapi suara tabrakannya sangat keras dan dia baru sadar kalau pesawat yang dia tumpangi menabrak pesawat lain. Pesawat berguncang keras lalu mengerem kuat-kuat sebelum akhirnya bisa berhenti.
Begitu tabrakan terjadi, pilot pesawat Penjaga Pantai Genki Miyamoto (39) keluar dari pesawat dan menghubungi pangkalannya melalui radio. “Pesawat meledak di landasan. Saya berhasil melarikan diri. Tetapi (kondisi) awak lainnya tidak diketahui,” kata Genki menurut keterangan dari Penjaga Pantai Jepang. Lima dari enam awak berusia antara 27 dan 56 tahun yang berada di dalam pesawat itu tewas.
Baca juga: Industri Penerbangan, antara Memberi Infus atau Menutup Buku
Penerbangan antara kota Sapporo di Jepang utara dan Bandara Haneda di Tokyo merupakan rute udara tersibuk di Jepang dan salah satu layanan yang paling sering dikunjungi di seluruh dunia. Saking sibuknya, JAL mengoperasikan 16 penerbangan pulang pergi dalam sehari. Bandara Haneda melayani hampir 90 juta penumpang pada tahun 2019 atau sebelum pandemi Covid-19. Bandara ini menjadi titik kumpul bagi maskapai penerbangan JAL, All Nippon Airways, dan beberapa maskapai penerbangan kecil.
Sektor penerbangan Jepang memiliki catatan keselamatan yang sangat baik. Tidak ada insiden fatal yang melibatkan pesawat komersial pada abad ini. Tabrakan yang terjadi di Bandara Haneda itu merupakan insiden serius pertama yang melibatkan Airbus A350 yang mulai beroperasi pada 2015. A350 adalah satu-satunya pesawat Airbus JAL yang beroperasi dan ada 16 armada saat ini.
Setelah insiden tabrakan ini, keempat landasan pacu Bandara Haneda sempat ditutup. Sekarang, sudah dibuka kembali kecuali untuk landasan pacu C yang menjadi lokasi tabrakan. Penerbangan dialihkan ke bandara di seluruh negeri, termasuk Bandara Narita di Prefektur Chiba, Bandara Chubu Centrair di dekat Nagoya, dan Bandara Kansai di Prefektur Osaka. (REUTERS/AP)