Israel Semakin Terang-terangan Mau Mengusir Total Warga Gaza
Setelah perang Gaza 2023 selesai, pejabat Israel mengusulkan permukiman Yahudi dibuat di Gaza. Kehadiran warga sipil Israel di Gaza dinyatakan untuk memastikan wilayah itu tidak dipakai untuk mengganggu keamanan Israel.
TEL AVIV, SENIN — Israel tidak malu-malu lagi membahas pengusiran total warga Gaza. Israel mau memperluas permukiman ilegalnya di Gaza. Kini, Tel Aviv memulai upaya membujuk sejumlah negara untuk mau menerima warga Gaza.
Pembahasan terbaru disampaikan Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich dan Menteri Keamanan Israel Itamar Ben Gvir. Dalam wawancara dengan Radio Angkatan Darat Israel, Minggu (31/12/2023), Smotrich memakai istilah migrasi sukarela untuk pengusiran warga Gaza itu.
”Jika di Gaza terdapat 100.000 atau 200.000 orang Arab dan bukan 2 juta orang, proses diskusi selanjutnya pasti akan berbeda. Mari kita berpikir di luar kebiasaan. Kami akan membantu merehabilitasi para pengungsi di negara lain dengan cara yang baik dan manusiawi melalui kerja sama komunitas internasional dan negara-negara Arab di sekitar kami,” kata pemimpin Partai Zionis Religius itu.
Baca juga: Afsel Seret Israel ke Pengadilan Dunia Terkait Tuduhan Genosida di Gaza
Menurut dia, pengusiran total atau setidaknya mayoritas warga Palestina dari Gaza untuk memastikan Gaza tidak dikuasai Hamas. ”Gaza tidak bisa terus menjadi ‘rumah kaca’ di mana 2 juta orang dibuat benci terhadap Israel dan diberi gagasan untuk menghancurkan Israel. Ini yang terjadi di Gaza selama 75 tahun,” kata Smotrich.
Karena itu, setelah perang Gaza 2023 selesai, ia mengusulkan permukiman Yahudi dibuat di Gaza. Kehadiran warga sipil Israel di Gaza dinyatakan untuk memastikan wilayah itu tidak dipakai untuk mengganggu keamanan Israel.
Terpisah, Ben-Gvir menyebut pengusiran total warga Palestina dari Gaza sebagai tindakan tepat secara moral. Pengusiran itu disebutnya bermanfaat bagi warga Israel dan Gaza. Ia tidak menjelaskan lebih lanjut apa manfaat pengusiran itu.
Bukan kali ini saja Smotrich melontarkan gagasan pengusiran warga Palestina dari Gaza. Ia mengklaim, sebenarnya banyak warga Gaza mau keluar dari wilayah itu.
Menurut dia, warga Gaza dipaksa tetap tinggal di sana. Warga Gaza juga disebutnya dicecoki proganda bahwa solusi mengatasi penderitaan mereka hanyalah menghilangkan Israel.
Dukungan
Gagasan Smotrich disambut oleh banyak pemukim Israel di Tepi Barat. Di wilayah Palestina itu memang Israel membuat ribuan permukiman bagi orang Yahudi. Israel mengabaikan keberatan komunitas internasional, termasuk Amerika Serikat, yang memandang permukiman itu ilegal. Israel tidak peduli karena tidak ada sanksi apa pun soal pembangunan permukiman itu.
Baca juga Situasi Gaza Tidak Terkendali, Anak Muda AS Berpaling dari Biden
Bukan hanya para pejabat, banyak warga Israel juga mendukung gagasan menduduki Gaza. Di media sosial terus beredar video warga Israel membahas soal tinggal di Gaza selepas perang. Menurut mereka, Gaza tidak pantas ditinggali orang-orang Palestina.
Pernyataan Smotrich dan Ben-Gvir menambah kekhawatiran Israel akan kembali mengusir warga Palestina secara besar-besaran. Sejak pekan awal perang ada kekhawatiran warga Palestina akan terusir dari Gaza. Warga Palestina menyebutnya Nakba Kedua. Istilah itu mengacu pada pengusiran massal warga non-Yahudi pada 1948 oleh tentara dan milisi Israel.
Kami sudah capek harus mengungsi terus, pindah-pindah tempat terus. Ini sudah lima kali mengungsi. Semoga situasinya membaik tahun depan dan kita bisa hidup normal lagi. Sekarang kita hidup seperti binatang.
Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan negaranya akan mengendalikan penuh Gaza selepas perang. Walakin, ia tidak membahas soal pemindahan orang Yahudi di Gaza.
Israel menguasai Gaza sampai 2005. Setelah pasukan Israel keluar dari sana, Hamas menang pemilu di Gaza. Meski demikian, praktis Israel tetap mengendalikan Gaza. Kecuali di Rafah, seluruh perbatasan Gaza ditembok oleh Israel. Selepas perang ini, menurut Netanyahu, Israel juga mau mengendalikan perbatasan Gaza-Mesir di Rafah.
Kejahatan perang
AS dan sejumlah sekutunya menolak gagasan Israel kembali menguasai Gaza. Bagi Washington dan sekutunya, warga Palestina yang berhak menentukan pengendali Gaza.
Hamas, Otoritas Palestina, dan pemerintah sejumlah negara di sekitar Palestina mengecam gagasan Smotrich. Hamas menyebut pernyataan Smotrich sebagai ejekan keji dan kejahatan perang. Warga Gaza akan mengusir Israel dari wilayah itu.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas menolak segala tindakan yang memaksa warga Palestina meninggalkan rumah mereka. ”Kami tidak akan membiarkan pengungsian, baik dari Jalur Gaza maupun Tepi Barat,” ujarnya.
Baca juga: Gaza dalam Bayang-bayang Pusara Genosida
Warga Palestina pun lelah oleh Perang Gaza. ”Kami sudah capek harus mengungsi terus, pindah-pindah tempat terus. Ini sudah lima kali mengungsi. Semoga situasinya membaik tahun depan dan kita bisa hidup normal lagi. Sekarang kita hidup seperti binatang,” kata warga Gaza, Bassam Hana (29).
Sejak Israel mengepung Gaza, warga Gaza kekurangan makanan, air bersih, bahan bakar, dan obat-obatan. Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutkan 85 persen penduduknya telah mengungsi dan sering harus berpindah jika ada perintah evakuasi Israel. Para pengungsi Gaza semakin terpojok dan kekurangan tempat yang aman untuk berlindung. (AFP/REUTERS)