Paus Ingatkan Kembali Pentingnya Perdamaian dan Penyelesaian Konflik
Disrupsi Natal terjadi di sejumlah negara yang berperang. Di Serbia, gangguan Natal terjadi akibat kecurangan pemilu.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
VATIKAN, MINGGU — Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Paus Fransiskus menyerukan perdamaian untuk semua. Ia secara khusus menyebut pentingnya warga dunia memikirkan orang-orang di Palestina, Israel, Ukraina, dan Rusia yang masih terjebak dalam peperangan. Di negara-negara itu, sudah puluhan ribu orang tewas akibat perang.
Paus memimpin misa malam Natal di Vatikan, Sabtu (24/12/2023) waktu setempat atau Minggu (25/12/2023) pagi waktu Indonesia. ”Malam ini, kita semua memikirkan Bethlehem, tempat Sang Juru Damai ditolak oleh logika peperangan. Pertempuran di masa kini bahkan tidak memberi ruang kepada-Nya untuk hadir di dunia,” kata Paus.
Perayaan Natal diadakan secara sederhana di Bethlehem, tempat kelahiran Kristus. Kota ini berada di Tepi Barat, Palestina. Sebagai simpati atas penderitaan Gaza yang sedang diserbu Israel, tidak ada perayaan Natal meriah di Tepi Barat dan Suriah.
Di Tepi Barat dan Suriah, pemeluk Kristiani hanya merayakan Natal di gereja dan rumah masing-masing. Aneka acara di tempat umum, mulai dari alun-alun hingga pusat perbelanjaan, dibatalkan. Biasanya, kemeriahan Natal terlihat di ruang-ruang publik Suriah dan Tepi Barat.
Di Alun-alun Bethlehem, dipasang bendera Palestina. Bendera itu ditulisi kalimat ”Lonceng Bethlehem Berdentang untuk Gencatan Senjata di Gaza”. ”Kita harus berdoa tidak hanya untuk gencatan senjata, tetapi penghentian konflik untuk selamanya. Kekerasan hanya melahirkan kekerasan,” kata Kardinal Pierbattista Pizzaballa yang memimpin Patriarkat Latin Jerusalem.
Korban perang
Di Gaza, 20.424 korban jiwa telah berjatuhan akibat serangan tentara Israel. Perang ini bagi Israel membalas serangan kejut Hamas tanggal 7 Oktober lalu yang menewaskan 1.140 orang di Israel.
Dunia meminta gencatan senjata. Bahkan, umat Yahudi di Israel dan keluarga dari 129 warga Israel yang masih disandera Hamas meminta pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghentikan perang dan memikirkan jalur perundingan guna membebaskan tawanan.
Laporan Kementerian Kesehatan di Gaza, Minggu pagi, mengungkap, serangan udara oleh Israel menewaskan 70 orang di Magazhi. Distrik itu berada di tengah-tengah Gaza. Selain di Magazhi, delapan orang tewas akibat serangan Israel di Khan Younis.
Militer Israel (IDF) menyatakan sedang mengkaji kembali serangan-serangan tersebut. Pengkajian untuk memastikan bahwa serangan mereka tepat sasaran dan menghindari potensi korban sipil.
Meskipun begitu, Israel masih menuduh Hamas sengaja bersembunyi di daerah-daerah padat penduduk dan menggunakan warga sipil sebagai perisai. Tuduhan ini disangkal oleh Hamas yang balas menuduh Israel memang sengaja menyerang wilayah permukiman warga.
Ukraina membara
Di Ukraina, Natal juga dirayakan masih dalam suasana perang. Sebagai bentuk perlawanan terhadap invasi Rusia, Gereja Ortodoks Ukraina dan pemerintah mengubah perayaannya dari tanggal 7 Januari menjadi 25 Desember.
Hal itu menyimbolkan bahwa Gereja Ortodoks Ukraina resmi berpisah dari Gereja Ortodoks Rusia. Dengan demikian, perayaan keagamaannya pun menggunakan kalender Gregorian, bukan kalender Julian.
Minggu subuh di Horlivka, Kherson, wilayah Ukraina di sebelah selatan, terjadi serangan rudal oleh Rusia. Akibatnya, enam orang tewas akibat rudal ataupun pengeboman dengan menggunakan pesawat nirawak. Rumah-rumah dan gedung swasta serta fasilitas umum rusak berat.
Protes pemilu
Suasana Natal juga terganggu di Belgrade, Serbia. Pada hari Natal, ratusan orang memilih turun ke jalan untuk berunjuk rasa. Mereka memprotes hasil pemilihan umum 17 Desember 2023. Mereka menilai pemilu curang karena kembali memenangkan petahana Presiden Aleksandar Vucic. ”Kami akan menyelidiki dan memperjuangkan demokrasi,” kata Nebosja Zelenovic dari Aliansi Antikekerasan Serbia.
Sebanyak 35 orang ditahan oleh polisi karena berusaha merangsek ke gedung DPR. Polisi berpelindung lengkap dengan gas air mata menjaga gedung tersebut. Para pengunjuk rasa melempari gedung dengan batu dan telur sambil berteriak-teriak menuduh Vucic sebagai pembohong dan maling.
Panitia pengawas pemilu independen menemukan berbagai keanehan dalam pesta demokrasi Serbia. Beberapa temuan berupa penyuapan pencoblos untuk membeli suara dan pengisian kertas suara yang sudah dicoblos sebelum pemilu ke dalam sejumlah kotak suara.
Sebagai anggota Uni Eropa, demokrasi menjadi syarat penting. Aliansi akan menyurati UE dan meminta mereka tidak mengakui hasil pemilu tersebut. (AP/AFP/REUTERS)