5 Sandera Tewas di Terowongan Gaza, Israel-Hamas Saling Menyalahkan
Dalam upaya membebaskan sandera, Israel masih mengedepankan pendekatan agresi ke Gaza. Sejauh ini, upaya itu tak menghasilkan apa-apa, kecuali korban sandera terus berjatuhan.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
TEL AVIV, SENIN — Pemerintah Israel masih menggelar penyelidikan atas kematian lima sandera kelompok Hamas yang ditemukan tewas di dalam jaringan terowongan, awal Desember 2023 lalu. Sampai kesimpulan atas otopsi ataupun olah tempat kejadian perkara selesai, militer Israel dan kelompok Hamas yang menguasai Jalur Gaza saling tuding mengenai pihak yang mengakibatkan kematian para sandera.
”Begitu hasil penyelidikan selesai, kami akan memberi tahu pihak keluarga kelima almarhum. Apabila mereka mengizinkan, hasil penyelidikan akan diumumkan kepada publik,” kata Juru Bicara Militer Israel Laksamana Daniel Hagari di Tel Aviv, Minggu (25/12/2023).
Penemuan jasad para sandera, berdasarkan liputan surat kabar Times of Israel, terjadi pada 13 Desember dan 16 Desember 2023. Kelima sandera itu terdiri dari tiga tentara Israel, yaitu Ziv Dado (36), Nik Beizer (19), dan Ron Sherman (19). Dua orang sandera sisanya adalah warga sipil, Eden Zacharia (27) dan Elia Toledano (28).
Militer Israel mengadakan razia berdasarkan laporan intelijen yang mereka terima ke wilayah Jabaliya di Gaza. Di sana mereka menemukan terowongan, 10 meter di bawah tanah. Di bawah terowongan itu, beberapa meter ke dalam, ternyata ada terowongan lain sehingga ada dua tingkat terowongan.
Terowongan tersebut tersambung ke rumah Ahmad al-Ghandour, salah satu komandan Hamas yang tewas dalam serangan Israel ke Gaza pada 26 November.
Jasad Dado dan Zacharia ditemukan oleh tentara Israel dalam razia tanggal 13 Desember. Tiga hari kemudian, setelah menelusuri terowongan lebih jauh, tentara Israel menemukan jasad Toledano, Sherman, dan Beizer.
Sepanjang terowongan, tentara menemukan kamar-kamar tanpa jendela. Kamar itu dilapisi tegel berwarna putih dari lantai hingga ke langit-langit. Mereka menduga, di salah satu kamar ini Hamas membuat video sandera yang disekap. Pada awal Desember, Hamas mengedarkan video tiga sandera yang masih hidup.
”Senjata kalian (Israel) telah membunuh tiga sandera lainnya,” kata anggota Hamas di dalam video tersebut dalam bahasa Ibrani. Akan tetapi, beberapa hari kemudian, militer Israel menemukan semua sandera di video itu telah tewas.
Dalam serangan mengejutkan, 7 Oktober 2023, Hamas menculik 240 orang dari wilayah Israel. Mayoritas adalah warga sipil Israel, tetapi ada pula anggota militer dan pekerja migran. Dari jumlah itu, tinggal 129 orang yang belum dibebaskan oleh Hamas selama jeda kemanusiaan. Di dalam Operasi Badai Al-Aqsa itu pula 1.140 warga Israel tewas.
Melalui media sosial Telegram, Juru Bicara Brigade Al-Qassam—sayap militer Hamas—Abu Ubaida mengatakan bahwa ada 60 sandera yang hilang selama gempuran Israel ke Gaza. Bahkan, terkait lima sandera yang ditemukan tewas ini, Hamas mengaku kehilangan kontak dengan unit yang bertugas menangani mereka.
Adapun Pemerintah Israel memperkirakan, setidaknya 20 orang sandera tewas. Akan tetapi, mereka tidak menjelaskan lebih jauh dugaan penyebab mereka tewas, apakah karena gempuran Israel sendiri atau memang dibunuh oleh Hamas. Sebelumnya, pada tanggal 16 Desember, tentara Israel khilaf menembak mati tiga sandera yang berhasil melarikan diri dari tawanan Hamas.
”Kami menyelidiki secara menyeluruh perkiraan penyebab para sandera bisa terpisah dari Hamas,” ujar Hagari.
Keluarga para sandera terus mendesak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu agar mengubah pendekatan dari agresi menjadi perundingan. Mereka meminta agar Israel melepaskan warga Palestina yang ditahan di berbagai penjara Israel untuk ditukar dengan para sandera.
Di sisi lain, keluarga para sandera memprotes Palang Merah dan Bulan Sabit Merah karena dianggap kurang memperhatikan nasib para sandera. Organisasi kemanusiaan itu lebih fokus pada krisis kemanusiaan di Gaza.
Menurut data Kementerian Kesehatan di Gaza per Minggu (24/12/2023), sudah 20.424 orang tewas akibat gempuran Israel. Israel tetap melancarkan serangan rudal dan udara di hari Natal yang mengakibatkan 78 orang tewas.
Pada Jumat (22/12/2023) Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) mengeluarkan resolusi. Sebelumnya, empat rancangan resolusi diveto oleh Amerika Serikat karena keempat rancangan resolusi itu secara gamblang mengecam bahwa serangan Israel ke Gaza sudah melampaui tingkat pembelaan diri.
Akhirnya, pada Jumat lalu, DK PBB membuat resolusi dengan kalimat-kalimat lemah dan tidak bermakna. Bahkan, menurut Israel dan Hamas tidak memberi masukan berarti.
”Resolusi gagal menghargai nyawa warga Gaza. Gagal memperjuangkan gencatan senjata dan mengakhiri perang,” kata Direktur Eksekutif Dokter Lintas Batas (MSF) AS Avril Benoit. (AFP/REUTERS)