Memasuki perguruan tinggi yang top, mendapat pekerjaan yang baik, hidup mapan, dan mencari jodoh hampir semua ditentukan oleh hasil ”suneung”.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
Sudah belajar mati-matian selama satu tahun dengan mengorbankan segala kesenangan demi mendapatkan nilai yang baik, pada hari ujian malah tidak maksimal gara-gara kesalahan teknis. Itulah yang dialami 39 murid SMA di Korea Selatan ketika menjalani ujian masuk perguruan tinggi atau yang di dalam bahasa Korea disebut suneung. Walhasil, mereka menuntut ganti rugi kepada pemerintah.
Suneung adalah ujian nasional di Korea Selatan yang dihadapi oleh para lulusan SMA sederajat apabila ingin masuk universitas. Di Indonesia, sama dengan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Di dunia, suneung terkenal sebagai salah satu ujian nasional tersusah. Statusnya bersanding dengan gaokao di China. Para murid SMA sederajat umumnya harus belajar ekstra setidaknya satu tahun untuk mempersiapkan diri mengikuti ujian ini.
Model ujiannya adalah dua mata pelajaran setiap hari yang masing-masing diberi waktu empat jam pengerjaan. Pelajaran yang diujikan antara lain bahasa Korea, bahasa Inggris, dan matematika. Para peserta suneung mengikutinya di lokasi yang sudah ditentukan oleh Lembaga Kurikulum dan Evaluasi Nasional selaku pembuat soal dan penyelenggaran ujian.
Dilansir dari BBC edisi Rabu (20/12/2023), pengacara Kim Woo-suk mengatakan, dirinya ditunjuk sebagai kuasa hukum 39 murid yang mengikuti suneung di Seoul, ibu kota Korsel, pada awal Desember. ”Klien saya mengatakan, di salah satu mata pelajaran, petugas pengawas membunyikan bel tanda berakhir 90 detik lebih awal,” ujarnya.
Para murid belum menyelesaikan ujian mereka. Ada beberapa soal yang masih kosong jawabannya dan sejumlah murid yang sudah menyelesaikan ujian pun tidak sempat memeriksa kembali jawaban mereka kalau-kalau ada yang salah. Menurut Kim, murid-murid itu sudah memprotes pengawas, tetapi tidak ditanggapi.
Merasa usaha mereka sia-sia, murid-murid itu pun memutuskan untuk menggugat Pemerintah Korsel. Mereka menghendaki ganti rugi sebesar 20 juta won atau setara Rp 238,2 juta. Jumlah ini, menurut para klien Kim, sesuai dengan biaya yang mereka keluarkan untuk membayar uang sekolah dan uang les selama satu tahun mempersiapkan suneung.
Stasiun televisi nasional Korsel, KBS, melaporkan, Pemerintah Korsel menimpakan kesalahan kepada panitia suneung di lokasi ujian. Dari hasil pemeriksaan, panitia memang keliru membunyikan bel lebih awal. Akan tetapi, belum ada keterangan mengenai ganti rugi kepada para peserta ujian.
Semua soal ’suneung’ adalah soal-soal berpikir tingkat tinggi yang logika dan cara belajarnya sudah masuk di dalam kurikulum nasional.
Kasus serupa pernah terjadi pada tahun 2021. Ketika itu, ada salah satu lokasi suneung yang panitianya membunyikan bel dua menit lebih cepat. Para murid menuntut ke pengadilan dan mereka dinyatakan berhak menerima ganti rugi sebesar 7 juta won per orang.
Nilai menurun
Surat kabar The Korea Herald melaporkan, hasil suneung 2023 lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Pada mata pelajaran bahasa Korea, dari 440.000 peserta, hanya 64 orang yang mencapai nilai sempurna 150. Pada 2022, jumlah peserta suneung yang mencapai nilai sempurna ada 371 orang. Secara umum, hanya 4,71 persen peserta suneung 2023 yang nilai rata-rata melebihi 90.
Oh Seung-keol, Direktur Lembaga Kurikulum dan Evaluasi Nasional, mengatakan, Kementerian Pendidikan telah mengamanatkan agar soal-soal susah yang tidak dipelajari murid di sekolah jangan dimasukkan ke dalam suneung. ”Semua soal suneung adalah soal-soal berpikir tingkat tinggi yang logika dan cara belajarnya sudah masuk di dalam kurikulum nasional,” tuturnya.
Namun, murid, guru, dan orangtua mengatakan bahwa soal-soal berpikir tingkat lanjut itu masih sangat susah. Pilihan jawaban di soal pilihan ganda, misalnya, semuanya mirip dan membingungkan. Waktu ujian habis untuk memikirkan jawaban yang tepat.
Padahal, suneung ini penting bagi generasi muda Korsel. Masa depan mereka memasuki perguruan tinggi yang top, mendapat pekerjaan yang baik, hidup mapan, dan mencari jodoh hampir semua ditentukan oleh hasil suneung.
BBC pada 18 November 2021 menyiarkan tulisan mengenai tiga gadis SMA di Korsel yang hendak mengikuti suneung. Mereka mempersiapkan diri sejak 100 hari sebelum ujian. Rutinitas mereka sehari-hari ialah sekolah dan setelah itu les hingga pukul 22.00. Setelah pulang, mereka tidak langsung tidur, melainkan lanjut belajar hingga pukul 02.00.
Kim Ga-yeon, seorang gadis dari Pulau Geom-o, setiap hari setelah selesai sekolah harus menaiki feri ke kota Yoseon di dataran utama Korsel untuk mengikuti les hingga malam. Sebagai anak pulau, ia mengaku tidak pernah main di pantai karena sibuk belajar dari SD demi bisa memperoleh nilai yang baik.
”Nanti, kalau sudah selesai suneung, saya dan teman-teman mau benar-benar main di pantai. Biasanya kami cuma berjalan melewati pantai kalau mau ke dermaga,” tuturnya.
Siswa lain, Lee Han-seul dari Seoul, menanyakan pertanyaan lebih filosofis kepada dirinya. ”Masihkah saya berarti jika gagal dalam suneung? Mungkin saya harus mulai berpikir ada yang lebih dari hidup daripada ujian nasional,” ucapnya.
-------
KOREKSI:
Ada pembetulan dari versi awal artikel ini soal kutipan BBC di paragraf ke-4, yang sebelumnya ditulis "Kamis (21/12/2023)", menjadi "Rabu (20/12/2023)". Pembetulan dilakukan, Kamis, 21 Desember 2023, pukul 20.35 WIB. -- Redaksi