Ujian masuk perguruan tinggi China dimulai. Masa depan generasi muda ditentukan dari hasil ujian ini.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·5 menit baca
Ujian terberat di dalam kehidupan remaja China telah datang. Seleksi masuk perguruan tinggi negeri atau yang terkenal dengan istilah gaokao dibuka pada Rabu (7/6/2023). Ini adalah gaokao terbesar yang pernah diadakan oleh China. Kondisi negara pascapandemi Covid-19 membuat ujian ini menjadi tantangan tersendiri.
Sejak subuh, berbagai sekolah, stadion, dan pusat-pusat ujian di seantero China dipadati warga. Para orangtua berkerumun menunggu di luar gedung. Mayoritas mereka memakai pakaian berwarna merah yang dalam budaya China melambangkan keberuntungan. Di dalam ruang ujian, para murid yang baru lulus SMA sibuk berkutat dengan kertas-kertas ujian. Mata pelajaran yang diujikan adalah Bahasa Mandarin, Matematika, dan mata pelajaran sesuai jurusan yang diminati oleh setiap peserta.
“Kelihatannya, sayalah yang lebih gugup. Anak saya kelihatannya santai-santai saja,” kata Zhang Jing, seorang ibu berumur 40-an tahun. Ia berdebar-debar menunggu putra semata wayangnya mengikuti ujian di dalam ruangan.
Menurut Zhang, ia selalu mendampingi putranya belajar sejak masih kecil. Demi persiapan mengikuti gaokao ini, mereka belajar ekstra keras hingga tengah malam setiap hari. Meskipun begitu, Zhang mengaku tidak memaksa putranya harus lulus dengan nilai tertentu. Ia meminta kepada anaknya itu agar menenangkan pikiran dan jangan sampai tegang.
Berbicara memang mudah. Skor maksimal dari gaokao adalah 750. Universitas-universitas negeri top dambaan semua orang tua dan anak hanya menerima mahasiswa baru dengan skor di atas 600. Dilansir dari kantor berita Hong Kong yang terafiliasi dengan China, HKCNA, pada tahun 2022 dari 10,7 juta peserta gaokao, sebanyak 9,3 juta orang diterima di perguruan tinggi negeri. Pada tahun itu, di Provinsi Guangdong yang merupakan wilayah terpadat di China, hanya 3 persen dari seluruh peserta gaokao yang lulus dengan skor di atas 600.
Saya setiap hari belajar dari pukul 04.00, kecuali di hari Minggu.
Apabila tidak mencapai skor itu, orangtua dan anak harus maklum perguruan tinggi yang bisa diakses adalah yang berstatus biasa-biasa saja. Di China, ini kerap dianggap skakmat bagi nasib si anak. Sebab, jika tidak lulus dari kampus top, dikhawatirkan ia tidak akan mendapat pekerjaan yang mentereng dan bergaji tinggi.
“Saya setiap hari belajar dari pukul 04.00, kecuali di hari Minggu,” kata Jesse Rao (17) dari kota Shenzhen. Ia mengatakan berusaha terus berpikiran positif bahwa dirinya akan lulus dengan nilai memuaskan. Bagi para peserta, gagal di gaokao tahun ini berarti mereka masih berkesempatan untuk mengikutinya lagi pada 2024. Pada tahun 2022, sebanyak 17 persen peserta gaokao adalah mereka yang tidak lulus pada tahun sebelumnya atau mengikuti ujian ulang karena tidak puas dengan skor tahun 2021.
Gaokao tahun 2023 diikuti lebih banyak peserta. Kementerian Pendidikan China mengeluarkan data yang dikutip oleh harian People’s Daily bahwa gaokao diikuti oleh 12,9 juta peserta. Tahun 2022, jumlahnya 10,7 juta peserta. Penyelenggaraan setelah pandemi Covid-19 pun merupakan tantangan tersendiri. Setiap lokasi gaokao menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Tajuk rencana surat kabar Global Times, People’s Daily, dan kantor berita Xinhua menyebutkan, gaokao ini adalah ujian sejati pertama yang dirasakan oleh generasi muda China. Mereka menyemangati para lulusan SMA ini untuk belajar keras dan tidak patah semangat.
Global Times melaporkan, tingginya harapan untuk lulus gaokao ini membuat pemerintah memastikan tidak ada kecurangan. Sejumlah pemerintah daerah memasang kamera canggih yang mampu mengenali wajah manusia. Teknologi ini memastikan bahwa peserta gaokao memang mereka yang harus mengikutinya, bukan joki.
Dalam gaokao tahun ini, peserta dihebohkan dengan tugas menulis esai untuk mata pelajaran Bahasa Mandarin. Menurut media Taiwan, CTS, setiap peserta diminta menulis sebanyak tujuh halaman refleksi dan pendapat mereka mengenai dua kutipan kalimat Presiden China Xi Jinping.
Pertama ialah kalimat yang diucapkan Xi dalam pertemuan Partai Komunis China Maret 2023. Bunyinya adalah “memadamkan pelita orang lain tidak akan membuatmu benderang, menghalangi jalan orang lain tidak akan membuatmu melangkah lebih jauh”. Adapun kutipan kedua diambil dari pidato Xi di Paris tahun 2014 ketika menghadiri rapat Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO). Bunyinya “jika di dunia ini hanya ada setangkai bunga, seindah apa pun rupanya tetap membosankan”.
Warganet ramai menuangkan pendapat mereka. Ada yang berteori bahwa kedua kalimat itu menyasar Amerika Serikat dan politik luar negeri China. Ada pula yang menafsirkannya sebagai prinsip bangsa China untuk bekerja sama demi kepentingan dan keuntungan semua pihak. Satu hal yang disepakati oleh warganet ialah mereka mempertanyakan dari berbagai tafsir itu, bagaimana panitia ujian menyaring pandangan yang tepat?
Sambil menyambut gaokao, Kementerian Pendidikan juga mengeluarkan data yang menyebutkan pemerintah bekerja sama dengan berbagai perusahaan untuk menyediakan total 35,1 juta lowongan pekerjaan bagi mahasiswa yang baru lulus. Perkiraannya, pada tahun ini ada 11,6 juta mahasiswa yang lulus. Ini belum termasuk mahasiswa China yang berkuliah di luar negeri.
Permasalahannya, angka pengangguran pemuda berumur 16-24 tahun mencapai 20,4 persen. Penelitian firma Goldman Sachs mengungkapkan, banyak lulusan perguruan tinggi di China mengatakan tidak bisa menemukan pekerjaan yang sesuai dengan minat mereka. Jangankan itu, menurut mereka bahkan tidak ada pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan dan keahlian mereka. Hal itu ditanggapi oleh media-media nasional dengan mengatakan bahwa generasi muda terlalu manja dan pemilih.
“Ada lowongan, tetapi sebagai guru SD di pedesaan terpencil,” kata Ingrid Xie, lulusan magister linguistik dari Universitas Queensland di Australia kepada harian Guardian. Ini tidak sesuai dengan cita-citanya menjadi akademisi ataupun peneliti di bidang kebahasaan. Pengalaman Xie ini gambaran dari banyak anak muda China berpendidikan tinggi, tetapi tidak diiringi dengan ketersediaan pekerjaan yang sesuai dengan majunya pendidikan itu. (AFP)